'Dasar tidak peka' umpatku sepanjang jalan.
'Kenapa aku jadi menghabiskan waktuku secara percuma dengannya, sih?
Kupikir dulu rencananya hanya memberitahukan pada mantan pacarnya itu kalau si Axel ini sudah bisa move on darinya. Tapi ternyata tidak seperti itu. Dia justru memberitahukan pada semua orang kalau dia hanya ingin menikah denganku. Dia gila atau apa? Bukannya dengan caranya yang seperti itu justru malah membuatku sulit untuk meninggalkannya? Maksudku ini sudah membicarakan tentang jenjang pernikahan. Kalau saja waktu itu Axel bilang bahwa aku ini adalah pacarnya, mungkin tidak akan serumit ini. Terlebih lagi aku belum pernah bertemu dengan Alice.
Atau sudah ya?'
Aku berpikir keras. Ah, iya... aku pernah bertemu dengannya satu kali, saat di restaurant waktu itu. Dia terlihat marah dan kesal. Tapi kenapa, Alice justru tidak muncul sama sekali? Biasanya jika seorang wanita dibegitukan, dia akan meminta penjelasan dari pihak pria atau malah mendatangiku yang notabene di anggap sebagai selingkuhannya.
Ah entahlah, aku malas memikirkan itu. Lebih baik aku pergi ketempat anak anak yang lain. Mereka pasti suka saat kubawakan makanan ini.
Kakiku mulai melangkah memasuki ke area rumah sakit. Dari pintu masuk saja aroma obatnya sudah tersebar dimana mana.
'Ugh! Ramai sekali hari ini' batinku ketika melihat banyak orang yang berlalu lalang lebih dari biasanya.
Dokter Rian dan lainnya juga terlihat sibuk dengan pasien mereka. Oh, apa aku belum memberitahukan pada kalian? Dokter Rian itu termasuk dokter yang terkenal di area UGD dan ICU. Dia masih muda, sehat dan kaya raya jadi maklum saja jika banyak yang tau tentangnya.
Berada di rumah sakit selama bertahun tahun, aku mendapatkan hasil riset lapangan tentang dokter disini. Riset tersebut berjudul "Dokter Muda dan Kaya di Rumah Sakit(+lajang)" karya Valerie.
Diurutan ke tujuh, ada Dokter Nelson. Umur 29 tahun, hobby bermusik, ramah, tapi hatinya sedikit tertutup bagi wanita. Alasannya, dia masih menunggu seseorang yang menghilang darinya beberapa tahun yang lalu.
Keenam, ada Dokter Ppat? Entahlah, aku tidak tau namanya. Yang jelas, dia bukan berasal dari negara ini. Namanya susah dilafalkan, tapi seingatku suster Anna pernah memanggilnya dengan nama 'Hobbi'. Dia dokter anak, wajahnya selalu ceria dan cerah, tak seperti dokter dokter yang sudah lama berkecimpung didunia ini.
Kelima, Dokter Rian. Seperti yang sudah kujelaskan tadi. Dia terkenal diarea UGD. Banyak rumor tentangnya.
Keempat, ditempati oleh Dokter Eden. Pengikutnya di Insta banyak sekali, hampir menyentuh 1M. Umurnya sekitar 26 tahun.
Ketiga, Dokter Joseph. Dia sedikit cuek dan dingin, tetapi masih mempunyai rasa hormat pada orang yang lebih tua. Itu alasan kenapa aku menempatkannya diposisi ketiga. Bukankah tipe yang seperti ini yang disukai para wanita? Cool sekali.
Kedua, ada dokter kita tercinta yaitu Dokter Liam. Dia dulu ada di posisi pertama, tapi sekarang sudah bergeser ke posisi 2. Tak perlu ku jelaskan lagi kan tentang dokter ini? Kalian pasti sering mendengarnya.
Diurutan paling atas, ada Dokter Roey. Aku tak terlalu kenal meski dia dokterku sendiri. Dia terlalu misterius. Tapi suster suster disini sepakat jika dia berada diurutan pertama.
Brugh!!
Seseorang menabrakku hingga aku hampir terjatuh. Untung saja aku bisa mempertahankan keseimbanganku.
"Anak kecil dilarang berkeliaran disini.. kau tidak tau ya?!" Ucapnya sinis
"Ah maaf dokter Roey, aku tidak sengaja.... kalau begitu aku kan pergi, sampai nanti" ucapku kemudian bergegas pergi.
Bisa bisanya ada orang yang seperti itu. Dia buta ya? Bukannya dia yang menabrakku? Ish menyebalkan.
* * * * *
Valerie membuka pintu secara perlahan. Nampak muka muka yang senang tatkala melihat Valerie yang muncul dari balik pintu tersebut. Mereka langsung berhamburan dan memeluk erat gadis itu.
"Hai Dony! Hai Jessi! Hai Dave!! Lihat ala yang kubawa untuk kalian" Sapanya pada mereka sembari menunjukkan beberapa kantung plastik yang berisikan makanan.
"Jangan berebut dan ambil satu satu, okay?" , Mereka mengangguk dan menurut padanya.
"Em... dimana Ariana?" Lanjutnya ketika menyadari ada satu orang yang menghilang
Mereka hanya saling menatap dan diam, seperti takut untuk bicara.
"Tak apa, katakan padaku" ucap lembut dari Valerie sembari mengelus puncak kepala Jessi
Valerie melangkahkan kakinya, berjalan menuju kursi taman rumah sakit. Dikursi tersebut duduklah seorang anak kecil dengan muka yang sangat pucat. Ia memakai sebuah topi untuk menutupi kepalanya yang sudah tidak ada rambut. Syal melingkar di lehernya, jaket tebal pun menghangatkan dirinya dari angin yang berhembus.
Dalam hati, Valerie ingin menangis ketika melihatnya. Sungguh memilukan. Ia jadi membayangkan bagaimana ia nantinya. Apakah ia akan seperti anak kecil itu? Tak berdaya dan hanya menunggu kapan ajal akan menjemputnya.
Perlahan Valerie duduk disampingnya. Anak itu pun sedikit terkejut dengan kehadiran Valerie yang tidak terduga.
"Sedang melihat apa?" Tanya Valerie namun anak itu hanya diam.
"Lihatlah! bunga tumbuh dengan cepat ya, bahkan taman ini hampir dipenuhi olehnya. Oh iya, ngomong ngomong diantara semua jenis bunga, kau suka bunga apa?" Lanjut Valerie yang masih berusaha untuk mengajaknya bicara.
Ariana terdiam sejenak. "Aku tidak suka bunga" ketusnya.
"Kenapa? Padahal bunga sangat cantik dan memanjakan mata. Setiap bunga memiliki arti tersendiri. Didunia ini ada ribuan jenis bunga, setidaknya kau harus menyukai salah satu diantaranya"
"Emm.. mamaku dulu suka bunga mawar. TapiĀ kata Dave, batangnya berduri dan menyakiti setiap orang yang memegangnya" ucap Ariana polos.
"Astaga!! Dave mengatakan itu?" Valerie berpura pura terkejut
"Aish.. aslinya tidak begitu kok. Meski berduri, bunga mawar itu adalah bunga yang paling istimewa. Justru dengan durinya tersebut dia mampu membuat banyak orang tertarik, termasuk mamamu. Saat memetik mawar, kau tak bisa memegangnya dengan erat karena itu bisa melukai tanganmu. Kau juga tak bisa asal memegang kelopaknya, nanti bisa gugur satu persatu... "
"Bagaimana kalau dipegang dengan daunnya?" Ariana menyela
"Daun tidak bisa menahan beban tangkai dan bunga dalam jangka yang lama, nanti bisa patah" lanjut Valerie.
Dahi gadis kecil itu mengerut, menandakan bahwa kini ia sedang kebingungan. "Lalu? Bagaimana aku bisa memetik setangkai mawar kalau semuanya tak bisa dipegang?"
"Tentu saja kau bisa menggunakan gunting. Apa perlu kuajarkan?" Ucap Valerie diiringi gelak tawanya sendiri, sedangkan Ariana hanya memonyongkan bibirnya seakan marah dan tidak puas dengan jawabannya.
"Valerie bodoh" cibirnya pelan.
Setelah berhenti tertawa, Valerie kembali menatap mata Ariana. "Kau tau bunga yang aku suka?" Tanyanya yang hanya dibalas dengan lirikan oleh Ariana.
"Aku paling suka dengan bunga dandelion dan juga snowdrop"
"Snowdrop?" Tanya anak itu memastikan
"Ya. Apa kau belum pernah mendengarnya?" , ariana menggeleng.
"Bunga itu sulit ditemukan, bahkan aku sendiri belum pernah melihatnya. Tapi katanya ketika musim berbunga, dia akan terlihat sangat indah. ada yang mengatakan jika warnanya kuning ada juga yang mengatakan jika bunga itu berwarna biru, bentuknya kecil, hampir sama dengan dandelion" jawab Valerie
"Kenapa bisa begitu?" Ariana bertanya
Valerie menghela nafasnya, sesekali menyingkirkan anak rambut yang menutupi mata ketika angin bertiup. "Apanya?" , tanya Valerie balik.
"Kenapa bunga itu sulit ditemukan? Kau sudah mencari di toko bunga setiap kota?" Ariana masih penasaran
"Tidak mungkin ada. Kau tau alasannya kenapa? snowdrop itu bunga liar, dia hanya tumbuh saat musim dingin. Tepatnya di tumpukan salju yang tebal" jawab Valerie
Ariana justru nampak meremehkan, "ditumpukan salju?? Tidak mungkin. Di suhu yang dingin begitu dia pasti sudah mati"
Valerie mengacak rambut anak itu perlahan, "justru itu yang membuatku suka... karena dia istimewa"