Chereads / Last Hope! / Chapter 36 - BAGIAN 36

Chapter 36 - BAGIAN 36

"Ah jadi begitu ya... tapi kalau masalah itu sih, aku sudah pernah mendengar ceritanya dari Lilly. Selain itu, apa ada cerita lain?" Tanggap Willy ketika Damian sudah selesai bercerita tentang kejadian di hotel waktu itu.

Damian terkekeh. Tumben sekali Willy juga ikut ikutan penasaran begini.

"Tidak ada. Dia gadis yang sangat  misterius kan? Haha" sahut Damian tertawa

Willy pun hanya mengangkat bahunya, mengatakan jika seolah ia tak berkata banyak tentangnya.

Sejenak mereka terdiam satu sama lain, tak saling membicarakan apapun. Hanya langkah kaki dan suara kendaraan lewat yang terdengar karena saat ini mereka sedang berjalan menuju kearah proyek kontruksi disebrang jalan.

"Tapi apa kau tidak penasaran dengan dia?? Tiba tiba saja gadis itu datang disaat Axel dan Alice sedang berada di situasi yang tidak mengenakkan. Terlebih lagi, Axel sendiri bukanlah tipikal pria yang mau berbaur dengan orang baru kan? Apalagi perempuan... dia sangat anti dengan kata kata itu. Dia lebih memilih berbicara pada anjing kesayangannya atau mobil sport miliknya. Apa kau tidak tertarik tentang gadis itu? Bisa jadi dia sama seperti Alice" lanjut Damian kembali membuka percakapan seputar hal itu.

"Haha kau benar. Axel memang tak mudah berbaur dengan wanita... tapi, aku tak begitu paham dengan apa maksud dibalik perkataanmu itu, Dam"

"Dasar... masa hanya masalah sepele begini kau tidak paham?  Kudengar, saat ini Axel sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan ibu ibu. Berita kalau ia sudah membatalkan pernikahannya dengan Alice sudah menyebar hingga keseluruh pelosok negeri. Tak heran jika salah satu  diantara mereka menginginkan Axel menjadi menantunya kan? "

"Lalu, apa masalahnya?" Tanya Willy yang masih tak paham dengan alur pembicaraan Damian yang kesana kemari.

Damian hanya menghela nafas gusar. "Kedatangan gadis itu sangat tiba tiba , bodoh! Apa kau tidak berpikir jika ini sangat aneh??" Sahut Damian

"Jadi dengan kata lain gadis itu sedang berpura pura mendekati Axel di titik rendahnya, begitu?" Tebak Willy

"Yups! Dia pasti sengaja. Aku bisa mencium kebohongan sejak bertemu dengan gadis itu. Maksudku, bagaimana jika dia hanya memanfaatkan Axel, sama seperti yang dilakukan Alice. Sebagai teman yang baik, aku harus memperingatkan Axel kan?? Aku tak ingin jika Axel jatuh dilubang yang sama" sahut Damian

Sontak, Willy menghentikan jalannya. "Tapi aku tak merasakan adanya ancaman dari gadis kecil tersebut. Justru dia terlihat lebih tulus dan jujur jika dibandingkan dengan Alice" katanya. Meski ia hanya pernah bertemu dengan Alice 1-2x pertemuan, ia sudah bisa menebak kepribadiannya.

Damian pun ikut menghentikan langkahnya. Ia kemudian membalikkan badan, menoleh kearah Willy yang berada dibelakangnya.

"Sifat dasar wanita paling gampang terlihat adalah ketika ia disodorkan oleh harta... Kau bisa tertipu dengan cover kapan saja, Wil. Sebagai intel negara yang sudah berkeliling dunia, kau paling paham dengan itu kan?" Ucap Damian yang langsung membuat Willy menolehkan kepala kearahnya.

"Bagaimana kau tau?" Sahut Willy dengan mata melototnya. Pasalnya ia tidak pernah membicarakan apapun yang berhubungan dengan dirinya pada orang lain.

"Tau apa? Masalah Wanita? Haha, aku sudah banyak bertemu berbagai orang dipenjuru dunia"

"Tidak, bukan itu. Bagaimana kau bisa tau kalau aku seorang intel? Aku bahkan tidak memberitahukannya pada siapapun kecuali ayahku" pekik Willy langsung mendekat kearah Damian

Pria itu hanya tersenyum. Ah tidak, lebih tepatnya menyeringai.

"Yah.. itu sudah bukan lagi informasi rahasia bagiku. Aku sudah tau dari lama jika kau dan Lilly ada di devisi khusus, haha... akan aku rahasiakan ini dari siapapun Wil, tenang saja tidak usah panik begitu. Akan kukunci rapat rapat mulutku ini, oke?"

"Awas saja jika kau mengatakannya pada orang lain Dam.. aku tak bisa menjamin keselamatanmu meski kau ini adalah temanku, kau mengerti maksudku kan?" Ucap Willy sedikit ketus

Damian hanya menganggukkan kepalanya, tak berani berkutik. Ia sebenarnya hanya asal mengira saja, tapi ia tak tau jika Willy benar benar seorang intel negara. Mulut konyolnya ini terkadang berbicara tanpa berpikir dan berujung pada kebenaran, sangat ajaib bukan?

* * * * *

Didalam mobil, Axel dan Valerie sama sama terdiam. Tak ada topik yang pas untuk memulai percakapan. Keduanya membisu, rasa canggung menyelimuti keduanya. Terlalu tidak sopan jika membuka topik tentang kehidupan pribadi masing masing disaat mereka belum lama mengenal, kan?

Axel melajukan kecepatan mobilnya dibawah rata rata dari biasanya. Tak baik jika mengendarai mobil secara brutal bersama seorang gadis, kesannya jadi seperti orang yang tidak bermartabat.

Ia menghentikan mobilnya di belakang marka, tepatnya di persimpangan lampu merah tengah kota.

'120 detik? Hell! Lama sekali' batinnya ketika melihat angka dilayar yang berada didekat lampu lalu lintas.

Sesekali ia mengedarkan pandangannya kekanan dan kekiri, membaca seluruh baliho yang berada di pinggir jalan atau melirik Valerie yang duduk manis disampingnya.

Saat lampu hijau menyala, ia langsung menancapkan pedal gas dan mulai fokus kejalanan lagi.

"Turunkan aku di depan rumah sakit saja" kata Valerie

"Hn" Axel hanya berdehem, seperti tidak mau melanjutkan percakapan lagi.

Jangan salah sangka. Saat ini pria itu sedang tersipu malu sesaat setelah melirik Valerie. Entah kenapa, hari ini Valerie terlihat sangat cantik dimatanya. Rambutnya diikat sedikit keatas, sehingga ada beberapa anak rambut yang terurai. Poninya mengikuti belahan seperti biasa, belah tengah. Ditambah lagi ia sekarang sedang memakai kacamata bulat yang menambah kesan imut pada dirinya.

"Kenapa kau sering sekali datang kerumah sakit?" Tanya Axel

Valerie lantas menolehkan kepalanya. "Hanya memeriksa kesehatan secara rutin" jawabnya

"Dimataku kau terlihat sehat sehat saja. Apa kau sakit parah?" Tanya Axel lagi.

Deg.

Hati Valerie berdesir. Pertanyaan ini sungguh menyakitkan untuknya mengingat hanya tersisa 8 bulan lagi.

"Xel... kapan permainan ini berakhir?" Tanya Valerie, langsung mengganti topik.

"Permainan?? Apa maksudmu?"

"Maksudku, sampai kapan aku harus berpura pura menjadi pasanganmu?"

Dia terdiam. Tak tahu harus menjawab apa. Didalam hatinya masih ada Alice, dan sepertinya akan sulit untuk melupakannya.

Beberapa hari ini, Axel selalu memikirkan cara. Saat kau kehilangan orang tercintamu dan dia berpaling darimu, satu satunya cara untuk melupakannya adalah dengan mengganti yang baru. Tapi tak mungkin jikalau Axel harus melampiaskannya pada Valerie. Itu jelas hal yang mustahil.

Tak tak tak

Valerie menjentikkan jarinya tepat dihadapan Axel yang tengah melamun.

"Hei hei, kau dengar aku?" Sahut Valerie cepat

"H-huh? Apa?" Axel tersadar

Helaan nafas gusar keluar begitu saja, "maaf Xel, tapi kau harus cepat menyelesaikan masalahmu. Aku tidak mau waktuku habis untuk orang lain"

Gadis itu keluar mobil, meninggalkan Axel yang masih terdiam didalamnya. "Dia benar. Ini harus cepat cepat diselesaikan"