Pagi ini, Azzam akan pergi kekampus. Dia ada jadwal ujian akhir, setelah itu dia akan menghadapi sidang skripsi dan menunggu waktu wisuda. Beberapa hari mengambil hari libur, saat tiba dikampus Azzam langsung disodori beberapa jadwal untuk menjadi pembicara di beberapa sekolah menengah atas untuk memberikan motivasi kepada para siswa dan sisiwi disekolah mereka.
"Azzam, kemana saja kau ini? seminggu ini kenapa tidak masuk kampus? Dio yang selama satu minggu ini tidak melihat Azzam merasa sangat penasaran, tidak biasanya Azzam ijin dari kampus. Pemuda yang satu ini sangat rajin masuk kuliah. Jadi saat dia selama satu minggu tidak terlihat, banyak temannya yang bertanya. Mereka bahkan mengira Azzam sakit. Hanya Dio yang berani bertanya kepada Azzam, karena memang Dio satu-satunya sahabatnya.
"Dio, ada sesuatu yang akan aku beritahukan padamu, tetapi kamu harus janji tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapapun." Azzam membuat Dio semakin penasaran.
"Sebenarnya apa yang akan kamu katakan sih Zam? kenapa berbelit-belit seperti ini?" Dio menjadi tidak sabar.
"Janji dulu! terus satu lagi, kamu tidak boleh kaget, oke?" Azzam kemudian menghela napas sebelum menceritakan kisahnya pada Dio.
"Iya Aku janji, nggak akan kaget juga nggak akan bilang sama siapapun." Dio mengangkat tangannya dengan dua jari membentuk tanda v.
"Dio, kemarin aku tidak berangkat karena aku melaksanakan akad nikah. Aku telah menjadi suami Likha sekarang. Kamu ingat kan gadis kecil yang kuperkenalkan kepadamu saat kita mendaki waktu itu?" Azzam baru saja selesai bicara, Dio langsung terjatuh dari tempat duduknya karena terlalu terkejut dengan apa yang disampaikan Azzam.
"Ap..apa...!!!! kamu sudah menikah? dengan Likha!!!!" Azzam membekap mulut Dio dengan kedua tangannya. Dia menjadi sebal dengan sahabatnya yang satu ini. Oh bukan, tetapi sahabat satu-satunya ini.
"Dio! aku sudah bilang, jangan kaget dan jangan beritahukan kepada siapapun kenapa kamu malah berteriak," Azzam memukul bahu Dio agak keras, dia benar-benar merasa geram terhadap sahabatnya ini.
"Maaf... maaf banget Zam, sumpah aku seperti tersambar petir disiang bolong Zam. Apalagi tahu kalau istrimu adalah gadis itu, apakah kamu seorang pedofil?Likha kan masih kecil, Azzam, apa kamu segitu ngebetnya? Ya Alloh, Azzam..." Dio benar-benar syok mengetahui kalau Azzam dan Likha telah menikah.
"Dio..!!! kamu bisa diem nggak sih? awas saja kalau semua ini bisa bocor, kamu pasti akan aku jitak seratus kali." Azzam mengancam Dio, sementara yang diancam hanya tersenyum lalu dia mendekati Azzam dan berbisik ditelinganya.
"Bagaimana rasanya saat malam pertama Zam, apakah kalian sudah melakukannya?" Dio menjadi kepo. Seketika, dia ingin tahu apa yang terjadi saat malam pertama.
"Tentu saja kami menikmatinya dan kamu tahu? aku ini sungguh hebat, kami hanya melakukannya sekali saja dan saat ini istriku sedang mengandung calon anak kami." Azzam dengan bangga memamerkan kemampuannya. Sekali lagi Dio terjatuh dari atas kursi yang didudukinya..
"Azzam, jangan katakan kau menghamili anak orang." Dio menatap tajam kearah Azzam, sementara Azzam menjadi agak malu.
"Tetapi, memang kenyataannya seperti itu Dio dan dia sedang mengandung anakku. Dio, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah." Azzam sangat bahagia dan dia berjanji mulai sekarang akan rajin menabung untuk mempersiapkan biaya untuk kelahiran bayi mereka.
"Dasar, kamu benar-benar sudah gila! dimana akal sehatmu Zam? bukankah kamu ini sangat anti terhadap wanita, berapa banyak gadis yang telah kamu buat patah hati di kampus ini? kenapa kau malah memilih gadis kecil seperti Likha?" Dio benar-benar tidak habis pikir sahabatnya yang sangat dingin seperti air es ini, tiba-tiba menikah. Bahkan gadis yang dinikahinya masih dibawah umur, eh nggak ding, pas, karena usianya sudah tujuh belas tahun.
"Dio, jatuh cinta itu menghilangkan logika. Kamu tahu? istriku sangat cantik dan menggoda. Mana mungkin aku bisa tidak tergoda, bagaimanaun juga aku adalah lelaki normal dan sejak bertemu pertama kali dengannya, aku merasa diriku menjadi orang yang sangat berbeda dengan aku yang sebenarnya." Azzam dan Dio mengobrol cukup lama, hingga mereka memulai kuliah. Lalu setelah selesai jam kuliahnya, Azzam dan Dio kembali berbincang tetapi kali ini mereka sedang membicarakan tentang bisnis. Kedua pemuda itu sedang menyusun jadwal untuk Azzam mengisi motivasi dibeberapa sekolah menengah. Setelah selesai, Azzam buru-buru pamit pulang.
"Dio, aku pulang sekarang ya! sampai ketemu besok." Azzam baru akan melangkah pergi saat Dio kembali mengeluarkan suaranya.
"Azzam, aku benar-benar heran. Saat di kampus dan di depan forum kamu adalah seorang yang cerdas dan berwibawa, tetapi saat berbicara tentang Likha, kamu langsung berubah menjadi seperti seorang yang bodoh yang menjadi budak cinta alias BUCIN..hahaha..." Dio langsung lari terbirit-birit setelah mengatakan hal itu kepada Azzam. Sebenarnya Azzam merasa jengkel dan tidak terima dinilai seperti itu oleh Dio, tetapi memang kenyataannya seperti itu.
Azzam langsung bergegas ke parkiran dan mengambil motornya, kemudian dia segera meninggalkan kampus dan segera pulang. Dia sangat merindukan istri barunya, Likha. Gadis itu memang telah menjadi candu baginya, dia bahkan tidak akan bisa tidur jika tidak memeluk istri cantiknya.
"Assalamu'alaikum, Likha sayang. Kamu dimana?" Azzam baru saja tiba dirumah, pintunya tidak terkunci tetapi Likha tidak terlihat dimanapun. Azzam manjadi agak khawatir, dia segera meletakkan tas dan helmnya lalu mencari istrinya keseluruh sudut rumahnya. Ternyata, Likha sedang memasak didapur. Gadis kecilnya, oh bukan, istri kecilnya saat ini benar-benar seperti seorang istri sungguhan. Ternyata, berumah tangga itu memang rasanya sangat menyenangkan.
"Assalamu'alaikum sayang,," Azzam memeluk Likha dari belakang, dia meletakkan dagunya dipundak Likha. Lalu tangannya mengelus-elus perut istrinya yang masih rata.
"Sayang, apakah kamu baik-baik saja? kau tahu, ayah sangat merindukanmu." Azzam langsung mematikan kompor lalu menggendong Likha dan membawanya kekamar tidur mereka. Dia membaringkan Likha ditempat tidur, lalu Azzam menciumi istrinya. Dia benar-benar merindukan Likha hari ini, hampir seharian ini mereka tidak bertemu.
"Mas Azzam, tolong lepaskan aku mas. Kamu belum mandi, kenapa menindihku seperti ini? apakah kamu lupa kalau didalam perutku ini ada bayi kita?" Mendengar ini, Azzam segera bangun. Dia kemudian menyingkapkan baju Likha, sehingga kini perut putih nya terlihat. Azzam kemudian menciumnya, lalu dia kembali berbicara dengan bayinya. Tangan Azzam membelai kulit perut Likha, sehingga gairah Likha tiba-tiba hadir. Semenjak dia hamil, Likha sebenarnya sangat menyukai sentuhan Azzam. Hanya saja dia malu kalau sampai harus meminta kepada Azzam kalau dia ingin disentuh oleh suaminya, takut Azzam salah faham.
"Aahh, mas, tolong jangan seperti ini.." tubuh Likha manggeliat merasakan sensasi yang sangat aneh tetapi nikmat karena sentuhan suaminya. Azzam sangat menyadari kalau Likha sudah sangat bergairah, tetapi Azzam ingin Likha meminta kepadanya. Jadi dia hanya bermain-main dan membuat Likha semakin terangsang.