"Kalau begitu bagus Zam, ayah setuju...! kamu harus bertanggung jawab karena kesalahan yang kalian lakukan membuat Likha harus berhenti sekolah.Ayah akan sangat mendukung kalian untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita kalian." Likha dan Azzam saling menatap dan tersenyum, keduanya bersyukur bahwa kedua orang tua mereka sangat menyayangi keduanya.
"Terima kasih ayah, ibu..., kami mau istirahat dulu.!" Azzam dan Likha kemudian langsung masuk kedalam kamar mereka setelah makan malam, sebenarnya ayah dan ibu Azzam sangat merindukan putranya dan ingin berbincang lebih lama, tetapi karena Likha yang sedang hamil menjadi mudah lelah apalagi mereka baru saja sampai dirumah. Rencananya Azzam dan Likha berada di rumah selama dua atau tiga hari jadi besok masih ada waktu untuk berbincang.
Azzam dan Likha segera memasuki kamar mereka, Keduanya kemudian segera menyikat gigi dan tidur, Azzam membelai perut Likha yang sudah membesar, dia agak belum percaya kalau sebentar lagi mereka berdua akan segera menjadi orang tua.
"Likha, kapan ya kita bisa mengetahui jenis kelamin bayi kita...?" Azzam mengelus-elus perut Likha naik turun dan memutar, Likha sangat menyukai saat Azzam menyentuh perutnya seperti itu.
"Katanya sih empat bulan sudah bisa terlihat mas, tetapi kadang juga ada yang sampai lahir nggak bisa ditebak karena dia malu gitu sih katanya, tapi nggak tahu juga...." Likha kemudian memiringkan badannya dan mengganjal perutnya dengan bantal, kini dia merasa sangat nyaman dengan Azzam masih mengelus perut Likha.
"Likha, kapan kita akan ke dokter untuk memeriksakan kandungan mu sayang...?" Azzam menjadi teringat kalau mereka berdua belum sempat periksa kandungan karena terbentur tahun bar dan keduanya juga sangat sibuk.
"Bagaimana kalau sekarang saja? pumpung kita masih disini, bukankah dokter yang memeriksaku saat awal mengandung juga di rumah sakit didekat sini...?" Likha juga baru sadar kalau dia sama sekali belum memeriksakan kandungannya semenjak keluar dari rumah sakit beberapa bulan yang lalu.
"Baiklah sayang..., kamu ganti baju dulu...! aku mau meminjam mobil kepada Ayah." Azzam kemudian segera keluar dari kamarnya dan turun untuk menemui ayahnya dan meminjam mobil untuk mengantar Likha ke rumah sakit.
Ayah dan ibu Azzam masih berada diruang keluarga dan masih menonton televisi saat Azzam menghampiri mereka.
"Ayah..., Azzam mau meminjam mobil ya...! Azzam dan Likha mau memeriksakan kandungan Likha ke dokter. Kami lupa belum memeriksakannya karena kami sangat sibuk belakangan ini." Azzam Tersenyum tetapi malah dijewer oleh ibunya.
"Dasar anak nakal...! bagaimana kalian sampai tidak memeriksakan kandungan secara rutin sih...! apa saja sebenarnya yang kalian lakukan selama ini...?" ibu Azzam merasa gemas dengan putranya itu.
"Azzam...! kamu harus memperhatikan Likha, jangan senang membuatnya saja...! tetapi kalian juga harus menjaga kesehatan bayi kalian berdua." Ayah Azzam kemudian bangkit dari duduknya dan mengambilkan kunci mobil untuk Azzam. Likha juga sudah berganti baju dan turun menemui Azzam dan kedua orang tuanya.
"Ayah, ibu, kami akan pergi ke dokter sebentar...!" Likha mencium tangan kedua orang tuanya diikuti oleh Azzam. Mereka berdua kemudian segera berangkat agar tidak kemalaman.
Dalam waktu setengah jam Azzam dan Likha sudah berada di klinik bersalin dan mendaftar, karena sudah agak malam mereka tidak perlu mengantri dan langsung memasuki ruang periksa, setelah dokter memeriksa kandungan Likha..., dokter meminta Likha dan Azzam duduk di kursi yang ada didepan meja sang dokter yang mulai menjelaskan tentang keadaan bayi mereka.
"Mas Azzam, mbak Likha, bayi kalian dalam keadaan sehat, hanya saja jenis kelaminnya belum terlihat, janin anda berdua kini panjangnya mencapai taksiran dua belas centimeter dengan berat kira-kira seratus gram. Rahim mbak Likha sendiri sudah berbobot sekitar dua ratus lima puluh gram, jadi sudah mudah diraba dan terletak kira-kira di pertengahan pusar tulang kemaluan. Sementara jari jemari kaki dan tangannya sudah dilengkapi dengan sebentuk kuku yang yang akan terus bertumbuh." Dokter menjelaskan kepada Likha dan Azzam yang mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan dokter.
"Dokter, beberapa hari ini aku sering ngerasa ada yang berkedut gitu..., apakah itu aman...?" Likha bertanya karena dia agak merasa takut bayinya akan kenapa-napa.
Dokter tersenyum mendengar apa yang dikatakan Likha dan dokter pun kembali menjelaskan kepada Likha dan Azzam tentang apa yang terjadi pada diri Likha.
"Sistem peredaran darah kian berkembang dan refleks yang sederhana sudah mulai ada atau bisa dirasakan si ibu, meski masih amat sederhana. Biasanya terasa sebagai kedutan. Di usia ini, janin sudah bersikap responsif. Artinya, ia sudah mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara dari luar kantong ketuban serta memberi reaksi tertentu terhadap suara-suara itu tadi. Termasuk detak jantung ibu, bahkan suara-suara diluar diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan lembut." Dokter itu tersenyum dan kembali memberi tahu kepada Likha dan Azzam karena dokter melihat Azzam dan Likha masih sangat muda.
"Itu sebabnya mas Azzam sangat disarankan untuk memberi stimulus sedini mungkin atau pendidikan didalam rahim dengan sering "menyapa" dan memberinya sentuhan lembut serta mengurangi nada-nada yang keras yang membuatnya terkaget-kaget. Jadi jangan terlalu berisik ya mas Azzam, mbak Likha...!" dokter itu sedikit menggoda Likha dan Azzam.
"Baik dokter, kami berdua akan menuruti semua yang dokter katakan. Terima kasih banyak...!" Azzam dan Likha kemudian ,meninggalkan ruangan dokter dan langsung menuju ke apotik untuk menebus obat dan vitamin untuk kandungan Likha."
"Likha, apakah kau menginginkan sesuatu sayang....?" Azzam bertanya kepada Llikha yang sejak tadi asyik memandang foto hasil USG nya tadi.
"Aku tidak menginginkan apapun mas..., aku ingin segera pulang ke rumah dan berbaring, punggungku terasa agak pegal sekarang...!" Likha memang kini sering mudah lelah setelah perutnya kian membesar.
Azzam dan Likha sampai rumah saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi kedua orang tua Azzam masih menunggu putra dan menantu mereka kembali dari klinik bersalin. Saat Likha dan Azzam sampai, ibu Azzam langsung menyambut mereka berdua dan bertanya tentang kandungan Likha.
"Likha..., bagaimana keadaan bayi kalian...? ibu langsung membawa menantunya duduk di ruang tamu, melihat ibunya sangat antusias Likha tersenyum dan memperlihatkan hasil USG kepada ibu mertuanya yang langsung memperlihatkan juga kepada suaminya. Kedua orang tua yang hanya memiliki Azzam sebagai putra mereka itu terlihat sangat bahagia dengan kehadiran Likha dan bayinya.
"Ayah, lihatlah ini cucu kita...!" Ibu Azzam tersenyum penuh kebahagiaan, begitu juga dengan ayahnya Azzam, keduanya sudah tidak sabar menantikan kelahiran cucu mereka.
"Waahhh..., ayah menjadi tidak sabar sekarang bu..., ayah ingin segera menggendongnya dan mengajaknya jalan-jalan...!" Kedua orang tua Azzam itu terlihat sangat bahagia. Likha dan Azzam juga bahagia melihat kedua orang tua mereka bahagia. Mereka lalu pamit ke kamar dan beristirahat.