Chereads / kesalahan atau anugerah / Chapter 41 - Chapter 41 Malam Pertama

Chapter 41 - Chapter 41 Malam Pertama

Azzam dan Likha baru saja selesai mengerjakan sholat isyak berjamaah, keduanya berdo'a sebentar lalu mereka berdua berbaring di tempat tidur pengantin mereka yang dihiasi oleh aneka bunga mawar berbagai warna.

"Sayang, kemarilah! sahabat-sahabatmu itu sungguh baik, mereka menyiapkan semua ini untuk kita. Akhir pekan nanti, kita harus mentraktir mereka." Azzam menarik tangan Likha. Seketika, gadis itu terjatuh kedalam pelukan Azzam.

"Mas Azzam, hati-hati,jangan sampai bayiku kenapa-napa." Likha melindungi perutnya dengan kedua tangannya.

"Bayi kita sayang..." Azzam mencubit hidung Likha dengan gemas lalu dia mengelus perut istrinya.

"Anak ayah, sehat terus ya didalam perut bunda.." Azzam mencium perut rata Likha kemudian keduanya berbaring, tetapi Azzam tidak melakukan apapun. Dia tahu kondisi Likha sedang tidak baik saat ini, Likha bahkan baru keluar dari rumah sakit dan dokter memberitahunya kalau dia bisa menyentuh istrinya setelah usia kandungan Likha menginjak lebih dari tiga bulan. Saat ini, usia kandungan Likha sudah dua bulan, tetapi kondisi Likha memang agak lemah. Meski bayi mereka tidak rewel, Likha tidak mengalami mual dan nyidam seperti ibu hamil lainnya.

"Terima kasih ya mas, kamu telah menjadi suamiku. Aku merasa sangat bahagia, ayah ibu juga sudah bisaa menerima kehadiran kami saat ini. Aku hanya tidak menyangka akan menikah semuda ini. Semoga aku bisa menjadi istri dan ibu, juga menantu yang baik ya mas. Jangan pernah bosan membimbingku." Likha masuk kedalam pelukan Azzam. Sementara Azzam kemudian mencium kening Likha dan mencium bibirnya, mereka berciuman cukup lama hingga keduanya hampir kehabisan napas, barulah mereka mengakhiri ciuman mereka.

"Tidak perlu berterima kasih sayang, kita akan belajar bersama-sama. Sekarang, kita tidur! Besok pagi kita sudah harus kembali ke kost karena lusa aku akan menhadapi ujian akhir. Do'akan semuanya lancar ya sayang." Azzam kembali mencium kening Likha kemudian mereka pun terlelap.

Suara Adzan subuh membangunkan kedua pengantin baru ini, Likha yang terbangun lebih dulu tetapi karena dia berada didalam pelukan Azzam saat dia bergerak Azzam juga terbangun. Keduanya langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh berjama'ah. Setelah itu, mereka berkemas karena mereka akan kembali ke kost mereka.

"sayang, sudah siap kan,?" Azzam bertanya pada Likha, istrinya mengangguk lalu keduanya keluar untuk mencari kedua orang tua Azzam.

"Ayah, Ibu, kami akan berangkat sekarang. Kami pamit ya.." Azzam dan Likha hendak berpamitan, tetapi ibu Azzam mengingingikan kedua anaknya menyantap sarapan dulu.

"Azzam, Likha, kalian baru boleh pergi setelah sarapan." Ibu Azzam mengajak Likha ke ruang makan diikuti oleh Azzam dan ayahnya

"Iya Zam, Likha sedang mengandung, harus banyak makan. Apalagi badannya sangat kurus." Ayah ikut menasihati putranya, mereka pun akhirnya makan bersama. Padahal sebenarnya Likha menginginkan sarapan bubur ayam ditempat pak Wandi, tetapi dia tidak tega menolak. Likha hanya sarapan sedikit karena masih ingin bubur ayam itu.

"Ayah, ibu, kami pamit ya! takut kesiangan.." Azzam dan Likha berpamitan kepada ibu dan ayahnya, mereka kemudian mencium tangan kedua orang tuanya. Sementara ibu Azzam agak merasa berat hati melepaskan putra dan menantunya. Mereka baru saja memasuki dunia baru mereka sebagai suami istri dan juga Likha sedang hamil. Ibu Azzam sangat khawatir, tetapi Azzam meyakinkan kalau mereka akan baik-baik saja. Maka dengan berat hati, kedua orang tua itu melepaskan kepergian putra dan menantunya dengan diiringi do'a agar keduanya selalu dilimpahi kebahagiaan.

"Kalian hati-hati, Azzam! jangan ngebut-ngebut. Ingat, Likha sedang mengandung cucu kami." Ayah Azzam ikut menasihati. Lalu mereka berdua mengantar Azzam dan Likha sampai depan rumah. Mereka berada disana sampai kedua anak mereka meninggalkan rumah. Sementara Azzam dan Likha akan mampir dulu ke tempat pak wandi, Azzam akan menemani Likha membeli bubur ayam ditempat langganan mereka ini.

"Sayang, apakah kau lelah? kita bisa istirahat sebentar." Azzam menggenggam tangan Likha yang melingkar dipinggangnya.

"Tidak usah mas, kita langsung ke danau saja," Likha bukanlah gadis yang manja, jadi dia ingin agar mereka cepat sampai di tempat pak wandi. Azzam memacu laju motornya dengan kecepatan yang sedang, dia tidak terlalu cepat karena ada calon anak mereka di dalam perut Likha.

"Akhirnya sampai juga, Sayang. Kamu tunggu disini, mas pesankan dulu ya." Azzam kemudian meninggalkan Likha sebentar untuk memesan bubur, kemudian Azzam kembali lagi menemui Likha yang sedang duduk di tepi danau. Sesekali dia melemparkan batu kerikil ke dalam danau.

"Sayang, apakah kamu baik didalam sana?" Likha mengelus perutnya yang masih rata, wajah cantiknya tersenyum. Apalagi saat suaminya datang membawa semangkuk bubur ayam yang diinginkannya, senyum diwajahnya semakin mengembang. Seperti seorang anak kecil yang mendapatkan apa yang sedang diinginkan, dia terlihat sangat senang.

"Likha, ini buburnya dimakan dulu selagi masih hangat, atau mau mas suapi?" Azzam duduk disebelah istrinya kemudian dia menyendokkan bubur itu lalu menyuapkan nya kepada Likha. Gadis itu merasa sangat tersanjung diperlakukan seperti ini.

"Terima kasih mas, aku makan sendiri saja. Malu dilihat banyak orang." Likha mengambil mangkuk bubur ayam itu dari tangan Azzam, kemudian memakannya sampai habis. Keduanya kemudian berpamitan kepada pak Wandi dan langsung menuju kosst mereka. Ibu Azzam membawakan banyak sekali makanan dan cemilan, jadi mereka agak kerepotan karena banyak membawa barang-barang. Saat sampai di kost, kepala Likha terasa agak pusing dan matanya berkunang-kunang, jadi Likha langsung berbaring di tempat tidur. Azzam segera menghampiri Likha setelah memasukkan semua barang-barangnya.

"Sayang, apakah kamu sakit?" Azzam merasa sangat khawatir melihat likha sangat pucat.

"Tidak mas, aku hanya sedikit lelah. Aku akan beristirahat sebentar, nanti juga akan segera pulih." Likha kemudian memejamkan matanya. Azzam tersenyum, dia menyelimuti istrinya kemudian mulai membongkar barang-barang yang dibawa dari rumahnya tadi. Setelah itu, Azzam memberi tahu kedua orang tuanya bahwa mereka sudah sampai dengan selamat di tempat kost mereka.

"Alhamdulillah nak, ingat, jaga calon cucu ibu dan juga menantu ibu baik-baik. Jangan sampai Likha kelelahan, kalau sekiranya kamu banyak kegiatan dan tidak sempat menemani Likha, biarkan Likha tinggal bersama kami. Rasanya akan lebih aman." ibu Azzam sangat khawatir, memang orang tua selalu menganggap putra mereka lemah dan harus dilindungi, meski mereka sudah berkeluarga.

"Baik bu, apakah sekarang ibu hanya memiliki menantu? dan melupakan putra mu sendiri?" Azzam merasa iri dan tersingkirkan, kemudian ibunya tertawa.

"Azzam, apakah kamu sedang cemburu dengan istrimu sendiri?" mendengar kata-kata ibunya, Azzam langsung tertawa.

"Tentu saja tidak bu, aku hanya bercanda. Kalau begitu sudah dulu ya bu, aku mau beres-beres dulu. Rumah kost ku agak berantakan setelah beberapa hari tidak ditinggali.