"Sayang, jaga dirimu dan bayi kita baik-baik ya. Satu minggu lagi Mas jemput untuk kembali ke rumah pak Agus mengambil berkas-berkas itu." Azzam mencium kening Likha saat mereka sudah sampai di depan pintu gerbang Asrama Likha.
"Iya mas, kamu juga hati-hati. Semangat belajarnya, jangan lupa jaga kesehatan." Likha mencium tangan Azzam, lalu menunggu Azzam meninggalkan asramanya baru Likha masuk dan naik kedalam kamarnya. Saat dia sampai, teman-temannya belum ada yang datang karena tadi Likha dan Azzam langsung kembali ke asrama saat urusan mereka dengan pak Agus selesai.
"Ahh, capek sekali rasanya. Ya Alloh, mudahkanlah urusanku dan mas Azzam. Semoga ini adalah yang terbaik darimu..." Likha merebahkan tubuhnya ditempat tidurnya lalu terlelap. Tak berapa lama, Iren dan Dina tiba. Mereka melihat Likha yang sedang tertidur pulas dan terlihat sangat lelah tidak mengganggunya. Setelah mereka membereskan barang bawaannya, kedua gadis cantik itu keluar untuk membeli makan dan tak lupa mereka juga membelikannya untuk Likha. Mereka sudah seperti saudara, jadi meski Likha tidak meminta mereka sudah pasti membelikannya. Begitupun saat Likha yang berbelanja, dia juga akan membelikannya juga untuk sahabat-sahabatnya.
"Likha bangun dulu, sudah adzan ashar. Kamu harus bangun dan mandi lalu sholat." Iren membangunkan Likha dan mengingatkannya untuk sholat, meskipun hanya Likha yang beragama islam di antara teman-temannya, mereka saling menghormati dan tak jarang mereka mengingatkan Likha saat sudah masuk waktu sholat.
"Eh, kalian sudah datang. Maaf, aku tidur karena aku sangat lelah." Likha bangun dan duduk, lalu senyum manisnya mengembang. Iren dan Dina langsung memeluknya, mereka sangat merindukan Likha. Gadis itu menjadi kesayangan teman-temannya.
"Likha, kamu semakin kurus sayang. Kamu harus banyak makan, biar tubuhmu kembali sehat. Ini, kami sudah membelikanmu makanan. Ayo kita makan bersama-sama." Dina menyodoran sebungkus nasi padang kepada Likha, karena selera mereka sama, sama-sama pecinta nasi padang.
"Baiklah, terima kasih. Kalian semua sangat baik, tetapi aku mau mandi dulu dan sholat,baru makan,kalian makan duluan saja."Likha kemudian mengambil handuk dan baju gantinya,lalu masuk kedalam kamar mandi dan kemudian langsung melaksanakan sholat Ashar. Saat dia selesai, ternyata kedua temannya masih menunggunya. Bahkan kini bertambah dua orang lagi karena Niken dan Alicia juga baru saja datang. Jadilah mereka mekan bersama-sama, karena mereka hanya membeli tiga bungkus nasi sedangkan mereka berjumlah lima orang akhirnya mereka menjadikan satu semua nasi itu dan kemudian makan bersama-sama. Alangkah indahnya persahabatan ini, tetapi Likha tiba-tiba bersedih. Bagaimana jika kehamilannya diketahui pihak sekolah dan pihak Asrama? sudah jelas dia pasti akan dikeluarkan dan mereka mau tidak mau harus berpisah.
"Teman-teman, aku sangat merindukan kalian. Kemarilah dan peluk aku." Likha merentangkan kedua tangannya dan keempat sahabatnya langsung menghambur kedalam pelukan Likha. Iren, Dina, Niken dan Alicia sedikit heran dengan sikap Likha, mereka merasakan Likha akan pergi meninggalkan mereka semua. Keempat sahabat likha itupun mengeratkan pelukan mereka.
"Likha, bagaimana hubunganmu dengan kak Azzam? kamu belum menceritakan kepada kami, bagaimana awal mula pertemuan kalian. Tahu-tahu sudah jadian saja." Niken yang sebenarnya juga menyukai Azzam sangat penasaran, ada sedikit rasa kehilangan dihatinya saat tahu Azzam dan Likha telah bersama.
"Oh iya, maaf ya teman-teman. Aku akan menceritakan kepada kalian tentang pertemuan kami.." Likha pun akhirnya menceritakan semua kepada keempat sahabatnya dari awal sampai akhir. Mereka pun ikut bahagia untuk Likha. Tak terasa, malam semakin larut. Kelima gadis cantik itu pun segera pergi tidur, karena besok mereka akan menghadapi test kenaikan kelas dan setelah itu mereka akan kembali berpisah. Memang saat liburan semua penghuni asrama akan dipulangkan.
Keesokan paginya, mereka semua bergegas pergi kekantin untuk sarapan dan kemudian langsung menuju ke kelas. Likha hanya makan sedikit, dia sungguh tidak mempunyai selera makan. Mungkin karena kehamilannya, dia pun pergi ke kelasnya terlebih dahulu. Dia kemudian membuka bukunya untuk belajar sebelum pelajaran dimulai.
"Likha, kamu datang awal sekali. Apa kamu tidak sarapan dulu? nanti kalau sakit lagi bagaimana?" Keenand tiba-tiba berada di samping Likha dan merangkul pundak Likha yang kini semakin kurus.
"Aku sudah sarapan Keen, cuma perutku rasanya tidak begitu nyaman. Jadi aku hanya makan sedikit, tapi kamu tenang saja. Aku sudah sehat kok Keen, terima kasih atas perhatianmu." Likha tersenyum manis pada Keenand, hati Keenand langsung berdetak kencang. Seandainya saja Likha bisa menjadi kekasihnya, hanya saja dia sudah kalah telak oleh Azzam.
"Ya sudah kalau begitu, mari kita belajar." keenand dan Likha duduk bersebelahan tetapi saling diam, mereka sedang fokus belajar sekarang.
"Likha, Keenand, kalian sedang apa? kenapa kalian lengket sekali sih? awas lho kalau kak Azzam tahu kamu pasti akan diapakan nanti kalau kamu mendekati Lkiha teruss." Iren yang meyukai Keenand merasa agak cemburu pada likha, padahal dia sangat menyayangi Likha. Tetapi kalau Keenand menempel pada Likha, Iren akan langsung meresa jengkel pada keduanya.
"Iren Sayang, kamu jangan khawatir. Aku nggak akan merebut Keenand kok. Aku sudah cukup memiliki mas Azzam, kamu tenang ya! nanti aku bujuk Keenand dech, biar jadian sama kamu.." Likha tersenyum menggoda Iren dan Keenand.
"Apaan sih kamu Likha, mau jadi mak comblang ya? tetapi boleh tuh aku mencoba sama Iren, lagian mau ngejar kamu pasti udah nggak mungkin kan?" Keenand menaik turunkan alisnya dan mengedipkan matanya pada Iren. Gadis itu pun tersipu malu, dia kemudian kembali ke bangkunya di barisan paling belakang. Wajahnya pun memerah seperti kepiting rebus.
"Hahaha... Keenand, kamu membuat Iren malu. Aku setuju lho kalau kamu mau mencoba dengannya, aku dukung kedua sahabatku ini." Likha tertawa, tetapi tiba-tiba dia terasa mual sekali dan dia segera berlari kekamar mandi. Dia memuntahan semua sarapannya tadi pagi dan sekarang tubuhnya menjadi lemah, tetapi dia harus bertahan karena saat ini sedang test kenaikan kelas. Likha kemudian meraba perutnya yang masih rata, tangannya bergerak naik turun mengelus pelan dan berbicara dengan calon bayinya.
"Sayang, jadilah anak yang baik. Mama masih harus mengikuti test ini sayang, kamu jangan rewel ya! anak baik, mama mencintaimu." dan kini Likha merasa perutnya sudah tidak mual lagi, dia kemudian keluar dari toilet dan kembali kedalam kelasnya. Untung saja Likha memiliki permen, jadi dia memasukkannya kedalam mulutnya dan kini rasa mualnya agak mereda. Dia segera kembali kedalam kelas dan bel masuk pun berbunyi. Keenand melirik sahabatnya yang juga teman sebangkunya ini agak aneh, Keenand menjadi agak curiga.
"Likha, kamu tidak apa-apa kan? kenapa belakangan ini kamu jadi sering sakit sih, kamu harus menjelaskannya padaku nanti." kata-kata Keenand membuat jantung Likha berdetak lebih kencang, Keenand sudah mulai mencurigainya sekarang.