"Mas Azzam... dimana aku? kenapa badanku sakit semua?" Likha baru saja siuman dan langsung memanggil Azzam, tetapi saat dia membuaka matanya dia tidak menemukan orang yang terakhir kali bersamanya,dia menemukan dirinya terbaring lemah di sebuah ruangan bernuansa putih bersih dengan bau disinfektan yang sangat menyengat indera penciumannya. Dia menemukan sepasang lelaki dan perempuan setengah baya yang sudah cukup dikenalnya sedang tersenyum kearahnya, hatinya agak menghangat.
"Ayah, ibu, dimana mas Azzam? kenapa aku berada disini?" Likha berusaha untuk bangun, tetapi ibu Azzam menahannya dan membiarkannya tetap berbaring.
"Likha, tenanglah dulu. Azzam sedang pulang untuk berganti pakaian, sedangkan kamu berada di rumah sakit. Kamu tadi terserempet motor saat akan menyeberang jalan." Ibu Azzam memberikan penjelasan kepada Likha yang seketika langsung menyentuh perutnya, ibu Azzam yang melihat pemandangan itu langsung tersenyum.
"Bayi kalian baik-baik saja! hanya saja, kamu tidak boleh banyak bergerak dulu. Kami akan mengurusmu nak, maafkan kami kalau selama ini kami belum bisa menerima kehadiran kalian berdua. Mulai saat ini, ayah dan ibu insya Allah akan mencoba menerima kehadiran kalian berdua." Ibu Azzam memeluk tubuh kurus Likha yang terbaring tidak berdaya. Sementara ayah Azzam tersenyum dan mengangguk kepada calon menantunya. Likha merasa sangat lega mendengar kata-kata ibu Azzam, dia merasa sangat bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang mulai menyayanginya.
"Terima kasih ibu, Ayah, aku benar-benar minta maaf atas kejadian ini." Likha merasa sangat bersalah. Meski begitu, kini hatinya merasa sedikit lega. Akhirnya permasalahannya perlahan terselesaikan.
"Sudahlah nak, beristirahatlah dulu. Lusa kalian sudah akan menikah, jadi kalau bisa besok kita sudah diijinkan pulang oleh dokter. Jadi gunakan waktumu saat ini untuk beristirahat agar kondisimu segera membaik." ibu Azzam kembali menenangkan calon menantunya. Setelah mereka bersama hampir seharian ini, kedua orang tua Azzam mulai membuka hati mereka untuk calon menantunya. Mereka mulai menyayangi gadis kecil yang beberapa hari lagi akan menjadi putri mereka.
"Baik bu, terimakasih untuk kalian berdua. Maaf kalau Aku merepotkan kalian berdua. Likha tertunduk merasa malu dan tidak enak menjadi satu. Bagaimana pun, mereka belum terlalu sering berinteraksi jadi rasanya masih agak canggung.
"Assalamu'alaikum..." Azzam yang baru saja kembali mengucapkan salam kepada ketiga orang yang berada didalam kamar rawat inap Likha.
"Wa'alaikum salam...." serentak, ketiga orang itu membalas salam dari Azzam. Kemudian Azzam mencium tangan kedua orang tuanya lalu menghampiri Likha yang juga langsung mencium tangan Azzam. Likha sangat menghormati Azzam sebagai calon imamnya. Lagi pula, usia mereka terpaut lumayan jauh. Sekitar lima atau enam tahunan. Likha sudah terbiasa mencium tangan orang yang lebih tua darinya, begitulah kedua orangtuanya dulu mengajarkan kepadanya.
"Bagaimana keadaanmu sayang?" Azzam membelai kepala Likha dengan penuh kasih sayang, Likha merasa agak malu karena Azzam memperlakukannya seperti itu tepat didepan kedua orang tuanya.
"Alhamdulillah mas, aku tidak apa-apa. Maaf membuat kalian semua repot gara-gara aku." Likha kembali menundukkan kepalanya, dia benar-benar merasa telah membuat semua orang susah gara-gara dirinya.
"Likha, kan ibu sudah bilang jangan menyalahkan dirimu sendiri. Semua ini adalah musibah, jadi kita harus sabar menghadapinya. Kamu juga harus semangat, jangan malah menyalahkan diri sendiri terus." ibu Azzam mengerti apa yang ada didalam pikiran calon menantunya, jadi dia berusaha menyemangati Likha agar segera membaik keadaannya.
"Sudahlah, sayang. Lihat apa yang aku bawa.." Azzam menyerahkan sebungkus rujak kepada Likha, tentu saja matanya berbinar. Dia sangat menginginkannya, hingga dia terserempet motor gara-gara menginginkan rujak itu. Untung saja bayinya selamat.
"Waah, rujak. Terima kasih mas, aku sangat menginginkannya. Boleh langsung aku makan?" Likha langsung membuka bungkus rujak itu, Azzam membelinya dikafe. Jadi kemasannya juga sangat mudah untuk si pembeli menyantapnya. Likha sampai melupakan keberadaan kedua orang tua Azzam dan memakan rujak itu dengan lahap, dia kemudian mengelus perutnya sambil tersenyum.
"Sayang, apakah kamu senang?" Likha berbicara kepada bayi didalam perutnya sambil mengelus-elusnya, dia sangat bahagia hanya mendapatkan sebungkus rujak saja. Ibu Azzam yang melihatnya tidak tahan, beliau kemudian menghampiri Likha dan langsung memeluknya. Ibu Azzam merasa iba, gadis sekecil itu sudah yatim piyatu dan saat ini sedang mengandung cucunya. Padahal seharusnya, dia masih menikmati masa remajanya bersama teman-teman sebayanya.
"Sayang, kalau kamu menginginkan apapun bicaralah pada Azzam, biar dia mencarikannya untukmu. Jangan sampai cucu ibu nanti ngiler gara-gara apa yang diinginkannya tidak dituruti." mendengar kata-kata ibu dan istrinya, Azzam dan Ayahnya tertawa dan menganggukkan kepalanya. Sementara Likha tertunduk karena malu, dia juga merasa sangat bahagia karena pada akhirnya kedua orang tua Azzam bisa menerima kehadirannya dan bayinya.
"Iya bu, ayah, terima kasih atas perhatian kalian semua. Aku merasa kembali memiliki kedua orang tua lagi." Likha menghapus airmata yang mengalir dipipinya. Azzam juga merasa kasihan kepada Likha, dia pun langsung memeluknya. Lalu ibu dan ayah Azzam juga memeluk keduanya, mereka semua sudah berjanji akan merawat Likha dengan baik seperti putri mereka sendiri.
"Azzam, Likha, ayah dan ibu akan kembali dulu! kalian tidak apa-apa kan kalau kami tinggal sebentar?" ayah Azzam menyampaikan bahwa mereka harus bertemu dengan seseorang sebentar. Untuk itu keduanya harus segera kembali, semua itu berkaitan dengan pernikahan Azzam dan Likha lusa. Jadi urusan ini juga sangat penting.
"Ayah dan ibu pulang saja, setelah urusan kalian beres beristirahatlah dirumah. Kalian kemari besok saja, kami tidak apa-apa kok. Lagi pula, banyak yang harus dikerjakan dirumah. Ayah dan ibu tenang saja, kami akan menelepon kalian kalau membutuhkan apa-apa.." Azzam sangat bahagia kedua orang tuanya sudah bisa menerima kehadiran Likha dan calon bayi mereka, jadi dia tidak akan merepotkan kedua orang tuanya lagi. Lagi pula keenand tadi menelepon dan akan menemaninya malam ini di rumah sakit, jadi Azzam tidak terlalu kesepian.
"Ya sudah kalau begitu, kebetulan kami akan membereskan urusan dirumah. Kalian baik-baik disini, ingat kalau membutuhkan apapun kamu harus memberitahu kami Zam! jangan kamu biarkan cucu kami tidak mendapatkan apa yang diinginkannya." Ibu dan ayah Azzam kemudian pergi dari ruangan itu. Mereka harus segera menemui orang yang akan membantu mempersiapkan acara mereka lusa, jadi memang dua hari ini adalah hari yang sangat sibuk bagi keluarga besar Azzam.
"Siap ibu, ayah, kalian tenang saja. Lagi pula bayi itu adalah anak kami, mana mungkin kami akan membiarkan anak kami ngiler kelak. Jadi kalian tenang saja, hati-hati berkendara." Azzam mencium tangan kedua orang tuanya, kemudian memeluk keduanya. Lalu kedua orang tua Azzam mendekati Likha dan memeluk calon menantu mereka. Keduanya meninggalkan rumah sakit. Kini, tinggal Azzam dan Likha yang berada didalam ruangan itu. Keduanya kemudian menerima panggilan video dari sahabat-sahabat Likha, mereka pun asyik mengobrol. Pada akhirnya, sahabat-sahabat Likha bisa menerima keadaan yang dialami Likha dan Azzam dan mereka berjanji akan menghadiri pernikahan mereka lusa.