Chereads / kesalahan atau anugerah / Chapter 32 - Chapter 32 Apakah Dia Orangnya?

Chapter 32 - Chapter 32 Apakah Dia Orangnya?

"Likha, belakangan ini aku merasakan kamu banyak sekali berubah. Kamu menjadi lemah dan sering sakit, bahkan satu minggu ini kamu sudah ijin dua kali. Katakanlah yang sebenarnya padaku Likha, apa yang sedang terjadi saat ini? aku yakin kamu menyembunyikan sesuatu dariku." Keenand menginterogasi Likha, dia sangat khawatir dengan kondisi Likha.

"Aku tidak apa-apa Keen, aku hanya merasa sedih dan semua itu membuat napsu makanku hilang, jadi tubuhku menjadi sangat lemah dan aku sering jatuh pingsan sekarang karena aku mungkin kelaparan." Likha tersenyum kepada Keenand, dia mencoba bersikap sewajar mungkin agar Keenand tidak mencurigainya.

"Kamu yakin kan Likha? aku harap, kamu mau menjadikan aku tempat berkeluh kesah saat kau membutuhkan seorang teman. Aku sangat menyayangimu, aku berjanji aku akan selalu ada saat kamu membutuhkanku. Kamu mau kan menerimaku sebagai saudaramu?" Keenand merasa sangat sedih, disaat Likha membutuhkan sandaran, dia tidak bisa membantu gadis yang masih dicintainya ini.

"Iya Keen, makasih ya! kamu memang sahabat dan saudaraku yang paling baik." Likha memeluk Keenand, dia akan menganggap Keenand sebagai saudaranya mulai saat ini. Jadi saat tes kenaikan kelas selesai nanti, dia akan memberitahu Keenand dan keempat sahabatnya tentang pernikahannya dengan Azzam. Bagaimana pun, Likha ingin mereka semua bisa menghadiri pernikahannya dua minggu lagi, tetapi itu kalau kedua orang tua Azzam setuju. Kalau tidak, Likha akan mengajak kelima sahabatnya untuk sekedar makan malam saja.

"Ya sudah Likha, ayo kita kembali kekelas. Nanti kalau sudah pulang, kamu banyakin istirahat dan saat liburan nanti, kalau kamu mau aku akan mengajakmu ke rumahku. Aku sudah memberitahu kedua orang tuaku akan mengajakmu liburan dirumahku, kamu mau kan Likha?" Keenand sangat berharap Likha mau menerima tawarannya. Kedua orang tua Keenand sangat ingin bertemu dengan Likha, mereka sangat iba mendengar cerita Keenand tentang apa yang dialami Likha.

"Untuk yang itu, maaf ya Keen, aku belum bisa. Dua minggu ini aku ada urusan penting yang harus segera aku selesaikan. Aku harap mereka tidak kecewa, tapi aku janji suatu saat nanti kalau aku ada waktu aku pasti akan main kerumahmu. Sampaikan salamku saja untuk mereka dan juga aku minta maaf belum bisa menemui mereka." Likha dan Keenand akhirnya sampai di kelas, mereka kemudian menerima satu buah soal lagi. Setelah ini mereka sudah boleh pulang, Likha menyelesaikan soalnya dalam waktu empat puluh lima menit sedangkan waktu yang diberikan adalan sembilan puluh menit. Jadi, Likha adalah siswi yang selesai paling awal. Disusul Keenand, Alicia dan Iren. Lalu Niken menyusul kemudian, Dina adalah yang keluar terakhir kalinya. Meski begitu, enam orang ini adalah yang terpandai dikelas mereka.

"Kalian semua, aku ingin mentraktir kalian. Kita ke kantin sekolah sekarang, kalian boleh memesan apapun yang kalian inginkan." Likha dan keempat sahabatnya juga Keenand segera menuju kekantin.

"Likha, kamu serius? kami tidak perlu kamu traktir sayang. Kami sangat merasa tidak enak denganmu, kamu sudah tidak memiliki keluarga lagi. Jadi aku mohon, kamu jangan tersinggung ya Likha. Kalau menurutku, kamu sebaiknya menghemat uang sakumu." Alicia menasihati Likha. Iren, Niken, Dina dan Keenand mengangguk setuju, tetapi Likha malah tersenyum.

"Teman-teman, aku serius. Ini adalah uang sakuku yang memang sengaja aku sisihkan satu bulan ini dan memang aku berniat menggunakannya untuk mentraktir kalian semua. Aku harap kalian tidak menolaknya, kumohon. Aku takut suatu saat nanti tidak akan pernah bertemu dengan kalian lagi. Jadi selagi kita berkumpul disini sekarang, aku ingin mentraktir kalian semua. Sekali ini saja, please..." Likha memohon dan teman-temannya pun mengabulkan keinginan Likha meski sebenarnya mereka enggan.

"Likha, apa yang kamu katakan? tentu saja kita akan selalu bersama sayang. Kamu jangan bicara seperti itu." Alicia memeluk Likha dengan erat, begitu juga dengan Iren, Dina juga Niken. Mereka semua kemudian tertawa bersama.

"Likha, kamu belakangan ini memang aneh. Ada apa sebenarnya? aku tetap yakin kamu menyembunyikan sesuatu." Keenand merasa Likha benar-benar berubah sekarang. Dia seperti memiliki beban yang sangat berat, tetapi tidak mau membaginya pada sahabat-sahabatnya.

"Keenand, aku sungguh tidak apa-apa. Kalian semua, terima kasih banyak sudah mau menjadi bagian dari kehidupanku. Aku sangat menyayangi kalian semua. Andaikan aku tiba-tiba harus pergi, kalian tetap mau kan berteman denganku?" Likha meneteskan air matanya. Sekuat-kuat usahanya untuk pura-pura tidak ada yang terjadi saat ini, dia tetap tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Kalau sebenarnya dia takut ditinggalkan oleh sahabat-sahabatnya saat tahu Likha saat ini sedang mengandung dan sebentar lagi dia bahkan akan menikah.

"Likha, setelah mendengar kata-katamu saat ini, aku semakin yakin ada yang kamu sembunyikan dari kami. Aku mohon Likha, kalau kamu menganggap kami sebagai sahabatmu ceritakan pada kami apa yang sedang kamu sembunyikan. Aku mohon, jangan kamu simpan sendiri masalahmu Likha." Keenand sangat yakin kalau Likha sedang menyembunyikan sesuatu saat ini.

"Iya benar, aku juga merasakan ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan sayang. Ayolah, ceritakanlah kepada kami." Niken juga membenarkan apa yang Keenand katakan dan ketiga sahabatnya yang lain juga mengangguk.

"hikz... hikz... maafkan aku teman-teman, aku sungguh tidak enak pada kalian semua. Masalahku ini sungguh hanya aku saja yang bisa menyelesaikannya sendiri, aku hanya minta kalian tetap menjadi temanku." Likha semakin terisak. Sementara teman-temannya semakin mendesaknya, akhirnya setelah memikirkan beberapa saat Likha bertekad menceritakan semuanya pada sahabat-sahabatnya ini. Apa yang sebenarnya sedang dia hadapi saat ini. Dia juga ingin mengetahui bagaimana sikap sahabat-sahabatnya ini saat mengetahui masalahnya yang sebenarnya.

"Teman-teman, sebenarnya saat ini aku... mmmm, aku sedang....ha...a..mi...l...." Likha menundukkan kepalanya. Tangisnya yang baru saja mereda, kini mengalir lagi. Bahunya bergetar karena Likha berusaha menahan tangisnya. Iren, Niken, Alicia dan Dina juga Keenand semuanya terkejut. Saat ini mereka semua terdiam menatap Likha yang menunduk sambil menangis. Mereka semua sungguh tidak percaya sahabatnya yang cantik, pendiam, smart dan baik hati juga lugu ini saat ini sedang mengandung. Mereka semua menatap Likha tak percaya, sama sekali tidak percaya....

"Likha, apakah dia yang melakukannya? jawab Likha. Apakah dia orangnya? JAWAB LIKHA, KAMU JANGAN DIAM SAJA? APAKAH SI BRENGSEK ITU YANG MELAKUKANNYA???" Keenand benar-benar marah saat ini. Melihat Likha tak menjawab dan malah semakin menangis membuat Keenand segera beranjak dan pergi meninggalkan Likha dan keempat sahabatnya. Keenand harus membuat orang itu bertanggung jawab. Padahal memang Azzam sudah akan bertanggung jawab, hanya saja Keenand keburu emosi tanpa mendengarkan penjelasan Likha lebih lanjut.