"Hallo Keen, kamu kemana sih? bisa nggak kamu segera kembali? Likha meninggalkan asrama, dia membawa seluruh barang-barangnya yang tertinggal hanya buku-buku pelajaran dan juga seragamnya saja. Sementara barang-barang pribadinya sudah tidak ada." Alicia dengan suara yang Panik menelepon Keenand, setelah mengakhiri sambungan telepon dengan Alicia. Dia membangunkan Azzam yang kini terkapar ditanah karena telah dihajarnya habis-habisan. Azzam meringkuk tak berdaya merasakan seluruh tubuhnya yang kesakitan akibat pukulan Keenand tadi. Perlahan Keenand menghampiri Azzam dan membantunya bangun dan duduk bersandar di pohon.
"Kak Azzam, maafkan aku. Aku benar-benar merasa marah kepadamu, tetapi sekarang kita harus mencari Likha. Dia meninggalkan asrama baru saja, apakah kamu tahu kemana kira-kira dia pergi?" Keenand sangat panik sekarang, Azzam menatapnya dengan mata yang sayu. Dia kemudian mengeluarkan suaranya yang terdengar lirih menjawab pertanyaan Keenand.
"Sepertinya aku tahu dimana Likha saat ini, tetapi aku tidak bisa mengendarai motor dengan kondisi seperti ini." Azzam mencoba berdiri dan akhirnya berhasil meski dengan susah payah.
"Biar aku memboncengmu Kak Azzam, aku takut Likha kenapa-napa" Keenand membantu Azzam berjalan tetapi dia berhenti dan menatap Azzam dengan bingung.
"Tapi motormu bagaimana?" Azzam tersenyum dengan bibirnya yang masih mengeluarkan darah.
"Biar kutitipkan pada pak wandi, rumahnya didekat sini. Nanti biar diambil sama pak Wandi. Sebentar kuncinya kutitipkan pada tukang gado-gado langgananku." Azzam berjalan tertatih menghampiri tukang gado-gado langganannya. Dia menyerahkan kunci motornya kepada pak Iwan, kemudian segera membonceng Keenand dan pergi meninggalkan danau. Pak iwan melihatnya dengan heran dan sedikit bingung.
"Dasar anak muda, tadi berantem kok sekarang pergi berboncengan." katanya sambil menggelengkan kepalanya.
"Azzam menyandarkan kepalanya ke punggung Keenand, dia benar-benar merasa tubuhnya sangat kesakitan. Tenaga Keenand sangat kuat, terlihat sekali kalau tadi dia sangat emosi.
"Kak Azzam, kemana kita sekarang?" Keenand bertanya kepada Azzam setelah sampai di kompleks perumahan tempat kost Azzam.
"Masuk sedikit lagi, rumah no lima yang paling ujung itu. Itu rumah kost kami." Azzam kembali menyandarkan kepalanya yang mulai pusing ke punggung Keenand.
"Kalian menyewa rumah disini?" Keenand merasa dadanya sesak saat mengetahui Likha dan Azzam tinggal di rumah yang sama.
"Iya, cepatlah! aku yakin Likha sudah berada di sana saat ini." Azzam meminta Keenand segera melajukan kembali motornya dan ternyata kata-kata Azzam memang benar. Keenand melihat Likha sedang duduk dilantai rumah yang mereka sewa dengan kepala yang diletakkan diatas lututnya. Sementara kedua tangannya memeluk kedua kakinya. Sangat kasihan, Keenand merasa sakit hati melihat Likha dalam keadaan seperti itu.
Keduanya segera turun dari motornya, lalu Azzam langsung roboh disamping Likha. Gadis itu sangat terkejut melihat Azzam yang babak belur terjatuh tepat dibawah kakinya. Likha langsung memeluk tubuh Azzam dan menangis. Keenand yang melihat adegan itu sangat sedih. Meski begitu, dia kemudian mengambil kunci dari tangan Azzam dan membuka pintu. Lalu membantu Likha membawa masuk Azzam. Mereka membaringkan tubuh Azzam yang penuh luka. Saat Azzam sudah terbaring di tempat tidur, Likha menatap Keenand debgan tatapan yang menakutkan. Keenand pun menunduk karena merasa bersalah.
"Keenand, kenapa kau menjadi seperti ini? apakah dengan kau memukuli mas Azzam masalahku selesai?" Keenand tertunduk, dia kemudian memeluk tubuh Likha dengan erat.
"Likha, maafkan aku. Aku sangat emosi tadi, aku tidak terima dia menghamilimu. Dia menyebabkan masa depanmu hancur sayang, aku tidak rela kau berhenti skolah dan menikah dengannya dalam usiamu yang masih begitu muda. Masa depanmu akan hancur likha." Keenand memeluk Likha dengan erat, dia benar-benar tidak tega membayangkan gadis seusia Likha akan menikah dan mempunyai seorang anak.
"Lepaskan pelukanmu Keen, aku harus merawat luka mas Azzam. Kalau kau mau membantuku, aku minta kau carikan aku obat untuk mengobati luka-lukanya mas Azzam. Kalau kau tidak maumembantu, lebih baik kau tinggalkan tempat ini sekarang." Likha tidak mau memberi harapan sedikitpun kepada Keenand. Dia telah memilih Azzam dan apapun masalah yang sedang dihadapinya sekarang dia harus kuat, dia tidak boleh bergantung dengan orang lain.
"Likha, kenapa kau berkata seperti itu? kenapa kau mengusirku? aku sangat menyayangimu Likha. Aku ingin membantumu keluar dari masalah ini." Keenand menarik tangan Likha ingin memeluknya lagi, tetapi Likha menepis tangan Keenand.
"Keen, aku mohon! kau pergilah dari sini. Kembalilah ke asrama! aku dan mas Azzam akan menikah minggu depan, jadi kau tidak bisa lagi seenaknya memperlakukanku seperti ini. Aku mohon, segeralah kembali. Aku juga minta tolong sampaikan kepada keempat temanku tidak usah ikut campur dalam masalahku ini.
Apabila wali kelas kita bertanya, bilang saja kalian tidak tahu menahu tentang diriku. Terima kasih sebelumnya atas persahabatan kalian semua." Likha kemudian membukakan pintu untuk Keenand dan Keenand pun dengan berat hati meninggalkan rumah kost Likha.
"Sayang bangunlah, mana yang sakit biar aku obati..?" Likha berjalan kekamar mandi. Dia mengambil gayung dan mengisinya dengan air, dia mengompres wajah Azzam yang terluka dan juga memar.
"Tok..tok..tok..." terdengar ketukan pintu. Likha pun segera membukakannya, terliht Keenand kembali dan membawa obat-obatan. Keenand juga membawa berbagai makanan, buah, minuman dan cemilan.
"Likha, ini aku belikan obat. Mari aku bantu mengobati lukanya." Keenand dengan besar hati membantu Likha mengobati Azzam. Benar kata Likha tadi, dengan dia memukuli Azzam tidak bisa merubah apapun.
"Aku minta maaf, ijinkan aku tetap menjadi sahabatmu ya sayang.." Keenand menunggu penuh harap jawaban dari Likha. Kemudian saat Keenand mulai putus asa, Likha memeluknya.
"Tentu saja Keen, kita tetap menjadi sahabat," mereka kemudian mengobati luka-luka ditubuh Azzam. Likha menyangga tubuh Azzam dengan tubuh kurusnya kemudian setelah selesai. Dia kembali membaringkan Azzam dengan nyaman, dia dan Keenand kemudian menunggu sampai Azzam siuman.
"Likha, Sayang..." Azzam sudah terbangun tetapi dia tidak dapat menggerakkan badannya yang terasa sakit semua.
"Iya mas, aku disini. Kamu mau minum sayang?" Likha memberikan minum yang dibeli Keenand tadi dan memberikannya kepada Azzam.
"Terima kasih sayang, kmau ...apakah kau baik-baik saja?" Azzam bertanya kepada kekasihnya, tadi kata Keenand Likha kabur dari Asrama.
"Aku baik-baik saja mas, tetapi kamu yang tidak baik-baik saja. Keenand, tega sekali kau menghajar ayah dari anakku seperti ini." Likha memelototi Keenand, tetapi Azzam malah tersenyum melihat tingkah kedua sahabat itu. Dia sangat bahagia mendengar Likha menyebutnya sebagai ayah anaknya.
"Keen, tolong bantu aku bangun. Kamu yang menyebabkan aku seperti ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab." Azzam tersenyum saat melihat keenand mendekat dengan wajah ditekuk.
Keenand membantu Azzam duduk, kemudian menyuapinya. Sementara itu, Likha tengah asyik makan dengan lahapnya, dia sangat kelaparan.
"Keen, kamu tdak usah kembali ke asrama sekarang ya. Menginaplah disini, kau bisa tidur dengan mas Azzam dan aku akan tidur di sofa. Sekarang sudah malam, aku takut akan membahayakan dirimu jika kau kembali hari ini.
Lagi pula, besok aku ingin meminta tolong untuk mengantar mas Azzam mengambil motornya, bisa kan Keen?" Likha tersenyum saat melihat Keenand tersenyum sementara Azzam terlihat cemberut. Dia sebenarnya ingin bersama Likha, malah disuruh tidur dengan Keenand. Tetapi pada akhirnya mereka pun bertukar tempat. Keenand tidur disofa, Azzam dan Likha ditempat tidur. Karena likha sedang mengandung, Keenand merasa tidak tega.