Azzam sudah tiba di kost, dia melihat Likha masih berbaring tetapi sudah bangun dari tidurnya. Wajahnya yang pucat tersenyum, an hati Azzam bergetar melihat senyum Likha yang membuatnya merasa sedih. Azzam bisa ikut merasakan betapa berat beban yang kini di pikul dan gadisnya ini berusaha tegar dengan memaksakan senyumannya. Azzam langsung memeluk tubuh Likha dan ternyata benar dugaan Azzam, Likha menangis. Dia menumpahkan segala yang memenuhi hatinya, tangisan Likha membuat Azzam sakit hati.
"Menangislah sayang, keluarkan semuanya yang membuat hatimu sesak. Aku akan menjadi tumpuanmu sekarang, kamu boleh bercerita apapun kepadaku." Azzam membelai rambut Likha dengan lembut, hati Likha merasa tenang sekarang. Perlahan tangisnya mereda.
"Terima kasih mas, maaf aku merepotkanmu, hhmmpptt...." Likha baru saja akan meneruskan kata-katanya tetapi Azzam lebih dulu menutup mulut Likha dengan bibirnya. Azzam melumat bibir kekasihnya dengan penuh kasih sayang, seolah dia akan menggatikan Likha merasakan kesakitannya.
Keduanya saling menumpahkan kesedihan mereka, Likha bersedih karena kehilangan kedua orang tuanya sedangkan Azzam bersedih melihat kekasihnya seperti ini, bahkan Likha sampai sakit dan pingsan.
"Sayang, kita makan dulu, mas suapi ya.." Azzam membuka kantong plastik yang dibawanya. Azzam membeli dua bungkus nasi padang, Likha sangat menyukai nasi padang dengan lauk rendang iso. Sedangkan Azzam menyukai lauk rendang daging sapi.
"Terima kasih mas, kapan kamu pulang dari bandung?" Likha sudah empat hari tidak bertemu dengan Azzam. Saat tangan Azzam menyuapkan sesendok nasi, Likha pun segera membuka mulutnya. Sekarang ini, dia baru merasa lapar saat melihat Azzam.
"Tadi aku baru sampai saat aku meneleponmu, Keenand yang mengangkatnya dan memberitahu mas kalau kamu pingsan dan sedang berada di UKS." Azzam kembali menyuapkan nasi kemulut kekasihnya ini. Azzam sangat menyayangi Likha dan semakin kesini, dia semakin mencintainya. Ada niat untuk menikahi gadisnya agar dia daat merawatnya, tetapi apakah kedua orang tuanya akan mengijinkannya. Sementara Azzam masih kuliah dan Likha bahkan masih SMA. Apalagi sekarang Likha tidak memiliki sanak saudara, tetapi melihat Likha seperti ini Azzam menjadi khawatir. Dia takut Likha tidak memperdulikan dirinya sendiri.
"Mas, apa tidak apa-apa kalau kita tinggal berdua disini?" Likha merasa takut kalau berdua dengan Azzam. Tanpa disadari, nasi Likha sudah habis. Azzam pun tersenyum.
"Likha, apakah kau benar-benar mencintaiku?" tanya Azzam tiba-tiba. Likha agak terkejut, tetapi dia kemudian tersenyum.
"Tentu saja mas, kalau aku tidak mencintaimu mana mungkin aku menerima mu menjadi pacarku." Likha kemudian meminta air mineral kepada Azzam, juga sekalian meminum obatnya. Lalu dia kembali berbaring, tetapi kini dia berbaring dipaha Azzam. Sementara Azzam sedang memakan nasinya.
"Sayang, kalau aku menikahimu sekarang apakah kau mau?" Likha langsung bangun dan duduk menjauh dari Azzam. Matanya melebar mendengar kata-kata Azzam barusan.
"Apa maksudmu mas? kita masih terlalu kecil, lagi pula aku belum kepikiran kesana mas. Aku masih ingin melanjutkan sekolahku, juga kalau bisa aku ingin kuliah juga. Aku ingin mewujudkan mimpi kedua orang tuaku yang menginginkan putrinya ini sukses dimasa depan. Sepertinya untuk menikah aku belum kepikiran mas." Likha menolak permintaan Azzam yang langsung menghela napas beratnya.
"Tapi aku ingin selalu menjagamu sayang, aku juga akan tetap membuatmu bersekolah. Kita akan menjalani hari-hari kita seperti biasanya, yang membedakan hanya setatus kita. Kamu juga akan tetap berada di asrama dan aku juga di mes, kita hanya akan bersama saat kita liburan saja? apakah kamu tetap tidak mau?" tanya Azzam pada kekasihnya yang terlihat sangat bingung.
"Bagaimana dengan kedua orang tuamu dan keluargamu mas? kalau aku lebih mudah karena tidak memiliki sanak saudara, tetapi kalau kamu pastinya akan sangat merepotkan. Belum tentu juga kedua orang tuamu mau menerimaku yang sebatang kara ini." Likha pun berbaring dan memunggungi Azzam, dia belum mengenal Azzam terlalu lama. Kedua orang tuanya apalagi, lalu keluarganya yang lain?" Likha tidak pernah membayangkan akan menikah semuda ini, dia masih ingin kuliah dan bekerja.
"Tetapi itu akan memudahkanku menjagamu Likha, kalau seperti ini terus bagaimana nanti kalau kamu sakit lagi?" Azzam sangat memahami Likha, dia tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Apalagi saat hatinya sedang bersedih seperti saat ini, dia tidak memperhatikan kesehatannya hingga jatuh sakit.
"Tetapi apakah kata-katamu bisa dipercaya mas? apakah kau akan membiarkan aku tetap sekolah dan tetap menjalani kehidupan di asrama?" setelah Likha memikirkan kata-kata Azzam hatinya sedikit luluh, tetapi dia harus memastikan lagi semuanya. Dia tidak akan mengambil keputusan yang salah.
"Tentu saja, kamu bisa memegang kata-kataku. Aku seorang lelaki yang menepati janji, jadi kau jangan khawatir." Azzam menyunggingkan senyumnya, dia yakin Likha akan segera menjadi miliknya.
"Baiklah, mas Azzam silahkan membicarakan ini kepada kedua orang tuamu. Kalau mereka mengijinkan dan merestui kita, aku mau menikah denganmu, tetapi dengan satu syarat. Teman-temanku juga Keenand tidak boleh tahu kalau kita menikah, biarkan mereka menganggap kita hanya pacaran, bagamana?" Sebenarnya Likha tidak enak hati, memangnya siapa dia sehingga memberikan syarat seperti itu?bukankah sudah sangat beruntung Azzam mau mengurusnya? tetapi pertimbangan Likha juga tidak sepenuhnya salah, kalau pihak sekolah tahu. Dia pasti akan dikeluarkan dari sekolah.
"Baiklah, nanti sehabis sholat Ashar mas akan pulang dan berbicara kepada mereka." Azzam merasa telah menang dari Likha, dia pun merasa bahagia. Sebentar lagi, Likha akan menjadi miliknya. Keduanya kemudian berbaring ditempat tidur, tetapi keduanya saling diam dan saling memunggungi. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Adzan Ashar pun berkumandang, Azzam dan Likha melakukan sholat berjama'ah dan kemudian Azzam pamit pada Likha untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya.
"Sayang, kamu jaga diri ya, mas akan kembali besok. Jadi kalau mau makan nanti kamu pesan online saja, jangan lupa obatnya diminum dan kamu bersiaplah. Sebentar lagi, kamu akan menjadi milikku." Tatapan Azzam membuat Likha bergidik ngeri, Likha teringat saat Azzam dan dirinya mendaki beberapa waktu yang lalu dan itu membuatnya sedikit takut. Raut wajahnya langsung berubah, sementara Azzam menyembunyikan senyumnya.
"Iya mas, kamu hati-hati.." Likha mencium tangan Azzam dan mereka berpisah, setelah kepergian azzam, Likha segera menutup pintu kamarnya. Dia tidak mengenal siapapun disini, jadi dia merasa agak takut. Dia juga tidak khawatir untuk makanan, karena yang dibawa Azzam tadi masih sangat banyak. Masih sangat cukup untuk mengisi perutnya sampai Azzam kembali besok. Lagi pula, dia juga tidak begitu memiliki nafsu makan saat ini. Pikirannya sedang gundah, dia bingung apa kira-kira yang akan dia hadapi setelah ini. Apakah keputusannya sudah tepat, atau dia terlalu terburu-buru dan terlalu menuruti hawa nafsunya?.
"Aakkhhhh....Ayah, ibu? apa aku telah melakukan hal yang benar?" Likha merasa frustasi sekarang. Dia pun kemudian merebahkan tubuhnya dan tidur, Likha benar-benar merasa pusing.