Seminggu telah berlalu sangat cepat, sepulang sekolah nanti Azzam akan menjemput Likha dan membawanya pulang kerumahnya untuk bertemu dengan kedua orangtuanya.
"Likha, kenapa kamu terlihat murung? apa kamu masih sakit atau apa?" Keenand yang sejak pagi memperhatikan Likha tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dia merasa Likha sedang memikirkan sesuatu saat ini.
"Tidak apa-apa Keen, aku hanya sedang merindukan kedua orang tuaku. Terima kasih ya Keen, atas perhatianmu." Likha terpaksa membohongi Keenand. Dia tidak mungkin memberitahu Keenand kalau dia akan betemu dengan orang tua Azzam. Untuk saat ini, Likha tidak ingin sahabatnya mengetahi masalahnya dengan Azzam.
"Ya sudah, nanti kamu ada acara tidak? bukankah besok libur?teman-teman sekamarmu pasti pada pulangkan? lalu apakah kamu akan berada di asrama seorang diri atau kau mau ikut pulang bersamaku?" Keenand sudah menceritakan kepada orang tuanya tentang Likha dan mereka tidak keberatan kalau saat liburan Likha akan mengunjungi mereka bersama Keenand.
"Sekali lagi terima kasih Keend, tetapi aku tidak selemah seperti bayanganmu. Aku sepulang sekolah nanti akan pulang, aku harus menemui pak Agus. Ada yang mau kami bicarakan, jadi lain kali saja aku main kerumahmu, tidak apa-apa kan?" Likha sangat terharu dengan perhatian Keenand. Meski dia telah menolak cintanya, tetapi Keenand menganggapnya seperti saudaranya sekarang.
"Ya sudah, tetapi kalau kamu butuh apapun kamu bilang saja padaku. Aku akan selalu membantumu selagi aku bisa." Keenand mengacak rambut Likha, kemudian keduanya masuk kembali kekelas mereka. Pelajaran setelah istirahat kosong, jadi mereka pulang lebih awal. Likha dan keempat sahabatnya segera kembali ke asrama, mereka semua bersiap untuk kembali kerumah mereka masing-masing dan akan kembali minggu sore.
"Likha, kamu mau pulang? apa tidak ikut aku saja? aku sudah menceritakan kepada bunda dan ayahku kalau kamu mau, setiap libur kamu boleh pulang bersamaku." Alicia menawarkan pada Likha apakah dia akan ikut atau tidak. Sementara ketiga temannya yang lain juga mengangguk.
"Iya Likha, atau kamu bisa bergantian kerumah kami, kan kamu tidak kesepian." Iren juga menyetujui apa kata Alicia. Begitu juga dengan temannya yang lain, mereka benar-benar sahabat sejati yang tidak meninggalkan Likha saat sekarang dia sedang kesusahan.
"Terima kasih teman-teman, tetapi aku akan pulang kerumah. Aku mau bertemu dengan pak Agus, ada yang mau beliau sampaikan. Jadi menyuruhku pulang, lagi pula aku akan berziarah kemakam kedua orang tuaku. Jadi, lain kali saja aku akan mengunjungi rumah kalian satu persatu." Likha tersenyum dan memeluk keempat temannya secara bersamaan. Lalu mereka satu persatu meninggalkan Asrama, tinggal Likha seorang diri yang menanti Azzam menjemput satu jam lagi. Sambil menunggu, Likha merpihkan kamarnya dan mencuci bajunya yang kotor lalu dia sekalian mandi dan bersiap menunggu Azzam menjemput.
"Drtt..drttt..Azzam Calling.." Likha melihat ponselnya ada panggilan masuk dan ternyata dari Azzam, dia langsung mengunci pintu dan menggendong ranselnya. Lalu menerima telepon Azzam sambil berjalan menuruni tangga dan menuju keluar Asrama. Saat dia selesai menjawab panggilan Azzam, dia pun sudah melihat orang yang dicintainya menunggu dirinya didepan gerbang. Azzam terlihat sangat tampan diatas motornya.
"Assalamu'alaikum Mas Azzam. Maaf ya, aku kira kamu masih lama.." Likha mencium tangan Azzam yang langsung menyodorkan helm kepadanya.
"Tidak apa-apa sayang, Ini helmnya. Ayo segera naik, cuacanya sangat mendung, nanti keburu hujan." Azzam segera menyalakan mesin motornya dan meninggalkan asrama. Mereka menuju kost mereka terlebih dulu, karena Azzam akan membawa Likha pulang besok pagi.
Likha memeluk erat tubuh Azzam, dia menyandarkan kepalanya di punggung kekasihnya. Azzam merasa senang dengan apa yang dilakukan Likha, dia pun menggenggam tangan Likha dengan erat. Tak lama mereka tiba di kost dan setelah Azzam memasukkan motornya kedalam garasi. Hujan turun dengan lebatnya, keduanya segera masuk dan mengunci pintu. Tetangga mereka masih pada bekerja dan sebagian sudah pulang ke rumah untuk liburan.
"Hufftt, untung saja kita sudah sampai. Kalau belum, kita pasti basah kuyup." Likha merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Azzam juga ikut berbaring disampaing Likha setelah meletakkan tas ransel miliknya disebelah tas milik Likha.
"Sayang, kamu sudah siap bertemu dengan orang tuaku besok?" tanya Azzam pada Likha. Dia memeluk tubuh langsing Likha dan mencium keningnya. Lalu, tentu saja Azzam langsung melahap bibir Likha yang sudah membuatnya kecanduan. Keduanya berciuman sangat lama, melepaskan kerinduan yang sudah memenuhi dada mereka setelah lima hari sama sekali tidak bertemu. Keduanya bahkan hanya sesekali menelepon atau mengirim pesan karena kesibukan keduanya, Azzam sedang mempersiapkan skripsinya sedangkan Likha sedang mempersiapkan tes kenaikan kelas satu bulan kedepan.
"hah..hah..." Likha merasa napasnya hampir habis, dia kemudian melepaskan dengan paksa ciuman Azzam
"Haha...kamu harus sering mas ajari cara berciuman yang benar sayang, agar tidak sampai ngos-ngosan seperti ini." Azzam sangat gemas melihat wajah merah Likha. Dia sangat ingin memakan gadis didepannya ini.
"Ish, mas Azzam apaan sih? sudah ah, aku mau tidur dulu. Aku mau mempersiapkan diri buat besok. Sebenarnya aku sangat takut mas, aku takut bertemu dengan ayahmu. Misalnya mereka tidak setuju, kita harus bagaimana mas? apa sebaiknya aku menyerah?" Likha menunduk, hatinya sangat takut membayangkan apa yang akan terjadi besok. Azzam memeluk Likha, dia mengelus punggung kekasihnya. Dia memberikan ketenangan untuk gadisnya yang kini berada didalam pelukannya.
"Sayang, jangan menduga-duga. Mas sendiri juga belum tahu apa yang akan mereka katakan saat melihatmu besok, tetapi mas tidak akan menyerah. Mas akan mempertahankanmu sayang, kamu percaya pada mas kan?" Likha mengangguk, keduanya semakin mengeratkan pelukan mereka dan keduanya pun terlelap. Udara yang dingin karena hujan membuat keduanya tertidur pulas, hingga saat mereka terbangun adzan subuh sudah lewat. Azzam dan Likha segera melaksanakan sholat subuh berjamaah. Lalu keduanya bersiap untuk pergi ke rumah Azzam, tetapi sebelumnya keduanya akan pergi ke danau dulu. Mereka akan sarapan dengan bubur ayam pak wandi.
"Pagi pak Wandi, buatkan kami dua porsi seperti biasanya ya pak." Azzam dan Likha tersenyum,dan langsung diangguki oleh pak Wandi.
"Pagi sekali kalian kesini, mau pergi ya?"Pak Wandi yang sudah menganggap keduanya seperti anaknya sendiri bertanya pada keduanya.
"Iya pak, kami mau pergi. Ada sedikit urusan, do'akan kami ya pak agar kami diberikan kemudahan dan semua selesai dengan lancar sesuai dengan yang kami harapkan." Azzam tersenyum sambil mengedipkan matanya pada Likha yang langsung mencubit pinggang Azzam. Pak Wandi hanya menggelengkan kepalanya. Setelah selesai keduanya langsung pamit, mereka langsung menuju rumah Azzam. Hati Likha sangat cemas, dia mencoba menenangkan dirinya untuk menemui calon mertuanya. Likha kembali memeluk tubuh Azzam, dia seperti biasa menyandarkan kepalanya dipinggung Azzam. Saat begini, hatinya merasa agak tenang.