Chereads / kesalahan atau anugerah / Chapter 26 - Chapter 26 Kembali Bersekolah

Chapter 26 - Chapter 26 Kembali Bersekolah

"Sayang, bagaimana keadaanmu? apakah sudah membaik?" Azzam membelai kepala Likha dengan penuh kasih sayang.

"Sudah mas, Alhamdulillah. Besok aku kembali ke asrama ya mas? aku sudah sangat merindukan sahabat-sahabatku." Likha bersandar didada Azzam, keduanya sedang dimabuk cinta jadi dunia serasa milik mereka berdua.

"Lusa saja ya sayang... Mas besok masih libur, apa kamu tidak kasihan kepada kekasihmu ini berada di kost sendirian? Azzam membujuk Likha agar mau menginap satu hari lagi.

"Besok sore ya mas?" Likha masih mengajukan penawaran. Azzam pun tersenyum dan mengangguk, lalu dia menarik tangan Likha dan membawanya kedalam pelukannya.

"Boleh, tapi malam ini aku ingin seperti yang kemarin,boleh?" Azzam memberanikan diri meminta kepada Likha, tetapi Likha menggelengkan kepalanya.

"Tidak boleh mas, kemarin itu kita telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Bahkan aku masih sangat ketakutan sekarang, kita tidak boleh melakukannya lagi mas, itu adalah dosa besar." Likha menangis, dia sudah bersumpah tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya.

"Maafkan mas ya sayang, mas seharusnya menjagamu bukan malah merusakmu seperti ini." Azzam mengeratkan pelukannya,l alu dia mencium puncak kepala Likha. Keduanya kemudian berbaring dengan saling berpelukan lalu terlelap. Keesokan paginya, mereka bersiap untuk kembali ke asrama dan Azzam juga akan kembali ke mesnya saja, karena di kost tidak ada kegiatan. Lagi pula Likha juga sudah sehat sekarang dan selama bersama Azzam, dia tidak pernah bersedih lagi. Dia sudah benar-benar merelakan kepergian kedua orang tuanya berkat nasihat dari Azzam.

"Ayo sayang, sudah siap kan?" Azzam melihat Likha yang sedang mengunci pintu kamar kost mereka lalu memberikan kunci itu kepada Azzam untuk menyimpannya.

"Sudah mas, ayo kita berangkat sekarang. Kita mampir ke tempat biasa dulu ya mas." Likha segera membonceng keatas motor Azzam, lalu keduanya meninggalkan kost mereka dan menuju ke tepi danau yang biasa mereka kunjungi, tempat ini sekarang menjadi tempat favorit keduanya.

"Sayang... pegangan dong, nanti kalau jatuh mas nggak tanggung jawab lho." Azzam menarik tangan Likha dan menggenggamnya erat didepan perutnya. Sementara satu tangannya mengendarai motornya. Dalam waktu setengah jam mereka sampai ke danau, seperti biasa mereka langsung memesan bubur ayam pak wandi yang sudah menjadi langganannya.

"Mas Azzam, mbak Likha, kalian tidak berangkat sekolah lagi? apa mbak Likha masih sakit?" Pak Wandi tersenyum melihat pasangan ini.

"Kami akan berangkat besok pak, hari ini baru akan kembali ke asrama. Jadi besok, kami tidak kesini ya pak sampai minggu depan." Azzam menjelaskan kepada pak Wandi, kemudian Azzam dan Likha mulai memakan bubur mereka.

"Iya mas, tapi kalau sabtu sama minggu pasti kesini kan mas, mbak?" pak Wandi menggoda pasangan kekasih ini.

"Insya Allah pak, kalau kami libur dan sedang tidak ada kegitan kami pasti akan datang. Kami pasti akan merindukan bubur ayam bapak." Azzam dan Likha memang sangat akrab dengan pak wandi, beliau agak mirip dengan mendiang ayah Likha, jadi Likha sangat menghormatinya.

"Mas, kalau mau menjemput aku di asrama jangan lupa telepon dulu ya!" Likha mengingatkan Azzam, sementara Azzam tersenyum bahagia.

"Pasti sayang, setiap hari aku akan meneleponmu. Aku tida sanggup jauh darimu sayang.." Azzam menggombal, Likha pun menjadi malu. Untung saja pak Wandi sedang meladeni pembeli.

"Mas Azzam jangan suka gombalin anak orang ah," Likha kemudian kembali menyantap buburnya hingga tandas. Setelah selesai dan cuaca mulai memanas, mereka kemudian meninggalkan taman ini. Azzam mengantarkan Likha ke asrama setelah itu. Azzam kembali ke mesnya, saat dia sampai dia melihat ayah dan ibunya sedang menunggunya. Wajah Azzam yang tadinya cerah kini menjadi murung, dia menghampiri kedua orangtuanya lalu mencium tangan ibunya, tetapi saat berhadapan dengan ayahnya dia menatapnya dengan tajam dan melewatinya. Dia masih sakit hati saat ayahnya memukulnya beberapa hari yang lalu.

"Azzam, kemana saja kamu tiga hari ini? kenapa kamu membolos kuliah dan tidak kembali ke mes?" Ayahnya kembali terbawa emosi, ibunya yang menangis melihat putra dan suaminya bertengkar mencoba melerainya.

"apa urusannya denganmu, bukankah aku bukan lagi putramu. Kamu sudah mengusirku, tentu saja mau kemana aku pergi bukan lagi menjadi urusanmu." Azzam duduk disamping ibunya, tetapi dia sama sekali tidak menatap ayahnya.

"Nak, jangan bicara seperti itu. Ayahmu sedang emosi saat itu, lagi pula kamu belum selesai kuliah, mana mungkin kamu mau menikah. Apalagi gadis itu juga masih kecil, kalian nanti akan menyesal nak. Kalian belum mengerti bagaimana tanggung jawab orang yang sudah menikah, kamu dan dia hanya sedang dimabuk cinta. Saat kalian menikah, akan ada banyak sekali yang tidak akan kalian mengerti. Kalian belum matang sayang." ibunya Azzam kembali menangis, dia merasa sangat sedih saat melihat kedua orang yang disayanginya saling bermusuhan. Mereka hanya memiliki satu orang anak, Azzam merupakan anak tunggal mereka.

"Sudahlah bu, biarkan dia melakukan apa yang dia mau. Kita lihat saja bagaimana kehidupannya setelah menikah." Ayah Azzam masih sangat marah.

"Bu ,aku sangat mencintai gadis itu. Dia juga gadis yang baik, dia sudah tidak memiliki orang tua bu. Aku hanya ingin menjaganya, dia bersekolah juga dengan beasiswa. Dia juga memiliki uang saku sendiri, kami hanya akan meresmikan hubungan kami agar aku bisa menjaganya itu saja. Kami tidak ada maksud yang lain bu, percayalah. Kami masih tetap akan menjalani kehidupan kami seperti saat ini, dia di asrama dan aku disini. Tidak akan ada yang berubah kecuali status kami." Azzam kembali menjelaskan, tetapi ayahnya masih tidak mengijinkannya. Kalau seperti itu apa guna nya menikah kalau tidak tinggal serumah.

"Kamu pikirkan lagi saja nak, kami akan kembali dulu karena kau sudah kembali. Kami khawatir saat tengah malam kamu meninggalkan rumah dan tidak bisa dihubungi." Ibu Azzam memeluk putranya, kemudian dia dan ayahnya berpamitan untuk pulang.

"Besok hari sabtu, bawa gadis itu kerumah. Lalu aku akan memtuskan masalah selanjutnya, kalau kamu tidak membawanya, jangan harap kami akan memaafkanmu. Apalagi kamu berani melawan orang tuamu sendiri demi seorang gadis yang tidak jelas asal usulnya." Ayah Azzam langsung berjalan keluar diikuti ibunya, lalu Azzam menutup pintu kamarnya. Dia kemudian berbaring di atas tempat tidurnya, dia mengambil ponselnya dan memberitahu Likha tentang undangan ayahnya. Likha juga menyetujuinya, kebetulan sekali ayahnya Azzam mengundangnya. Sedangkan dia sedang membujuk Azzam untuk mempertemukannya dengan ayah Azzam untuk meminta maaf karena telah membuat dirinya dan Azzam bertengkar. Bahkan Likha juga rela menyerah jika kedua orang tua Azzam tetap tidak merestuinya, baginya restu kedua orang tua sangat penting.