Renita menunduk menekuri langkahnya menyusuri lorong, pelan tanpa tenaga, sebab terkikis habis setelah mendengar segala pengakuan yang terlontar dari bibir Januar, menyedihkannya lagi Jordan tampak biasa saja—bahkan tersenyum seraya menatap Chelsea yang berdiri di sebelahnya, ditambah perkara pertunangan. Lelucon menghampiri Renita, lelucon tentang siapa manusia bodoh yang mempertahankan kepercayaannya sepanjang hari, Renita benci.
Ia menangis, kelemahan setiap perempuan memang sama, tapi tak sampai tersedu-sedu sebab masih tersisa sedikit rasa percaya, masih ada tanggungan yang harus Jordan jelaskan. Renita memasuki dapur dan meletakan troli kosong tersebut di sebelah troli lainnya, tampak Barra menghampirinya, menyentuh bahu bergetar Renita yang berdiri memunggungi.
Ternyata tumpah lebih banyak sampai masker yang masih menutupi sebagian wajahnya basah.
"Hey," ucap Barra, "kenapa?"