"Alex
Kau...
___
Hening...
Tidak ada satupun suara yang terdengar selain daun yang bergesekan karena hembusan angin. semua orang yang ada di sana hanya menatap kedua pasangan itu dalam diam.
"Mate..." Clarissa berdiam tidak menyahut.
Mata biru itu sedih melihat sang mate yang tidak merespon perkataannya.
Kepala nya tertunduk lesu, ia berpikir bahwa sang mate tidak menyukainya.
"Xan..der" pemilik mata biru mengangkat kepalanya dengan binar bahagia tercetak jelas.
"kau... Xander?" Clarissa berjalan perlahan membuat pemilik mata biru itu gugup.
"kau.. memanggilku?" Xander, sang pemilik mata biru itu bertanya dengan raut bahagianya. Clarissa mengangguk, jaraknya semakin dekat dengan Xander, ia segera berlari mempertipis jaraknya dengan Xander.
brukkkk!!! Clarissa memeluk Xander dengan erat, membuat Xander terkejut sekaligus senang karena ini adalah pertama kalinya sang mate memeluknya, ia membalas pelukan sang mate tak kalah eratnya. semua yang ada di sana menahan nafas mereka, entah terkejut, senang, ataupun gemetar khawatir.
"hiks!! hikss!!"
Deg!!!
hilang sudah kebahagiaan Xander saat mendengar isak tangis sang mate. matanya berubah menjadi tajam, sikapnya menjadi waspada, sifat posesifnya datang begitu saja, membuat semua yang ada di sana menjadi waspada akan berubahnya sikap sang Alpha.
"aku khawatir" lirih Clarissa dalam pelukan Xander yang erat. Xander terpaku akan perkataan itu.
"kau mengkhawatirkan... aku?" Xander bertanya dengan nada lembut, sangat lembut, berbeda seperti Alex yang akan bertanya dengan nada ketus nan dingin.
"ya.. aku pikir terjadi sesuatu pada kalian..." Clarissa semakin mempererat pelukannya.
"hehehe" sang Alpha terkekeh tulus, membuat semua orang terkesiap. "jangan menangis lagi, aku itu kuat tidak seperti Alex, mate" Xander tersenyum bahagia dan merapihkan anak rambut Clarissa yang menempel di wajah cantiknya karena tadi ia menangis.
"Alex tidak kuat??" Clarissa bertanya dengan nada polosnya, membuat Xander mengangguk puas.
"ayo kita ke dalam, kita harus berganti baju" Xander segera menarik dengan lembut tangan Clarissa.
___
Xander dan Clarissa saat ini sedang berada di taman yang ada di dalam mansion, menghabiskan waktu hanya sekedar berbincang, Xander yang memintanya pada Clarissa.
"mengapa kau serigala Xander?" Xander yang mendengar perkataan itu mengernyitkan dahinya.
"apa kau tidak menyukai serigala seperti ku?" Xander berkata dengan sedih.
"bukan!! bukan begitu maksudku..." Clarissa menggelengkan kepalanya dengan cepat. "maksudku mengapa kau yang serigala, bukan Alex? apa tidak bisa ditukar??" Clarissa bertanya dengan polosnya membuat Xander tertawa terbahak-bahak.
"tidak bisa Clari.. memangnya ada apa???" Xander memainkan untaian rambut Clarissa yang lembut.
"tidak ada apa apa, aku hanya bertanya" Clarissa tersenyum manis.
"sekarang bolehkah aku yang bertanya?" Xander tersenyum dengan lembut.
"tentu" Clarissa mengangguk dengan semangat.
"kau.. benar-benar tidak takut padaku?" Xander bertanya dengan raut wajah seriusnya.
"apa salah jika aku tidak takut padamu?" Clarissa bertanya dengan wajah cemberutnya. "mengapa banyak sekali orang yang bertanya seperti itu padaku. apa aku salah?? apa seharusnya aku takut padamu??" Clarissa menggembungkan pipinya.
"Tidak.. kau tidak salah.." Xander menatap Carissa dengan raut yang sulit diartikan.
"Tentu!! Aku tidak pernah salah" Clarissa mengatakannya sembari tertawa lepas membuat Xander yang mendengarnya ikut tertawa.
"Berapa umurmu Clari?" Xander sangat penasaran dengan umur Clarrisa.
"Enam belas tahun" Clarissa mengatakannya sambil tersenyum seperti anak kecil.
'sudah kubilang dia berumur enam belas tahun' Alex menyahut dalam pikiran Xander.
'aku hanya memastikan dan ternyata benar' Xander terdengar sedikit lesu.
"Xander!!" Xander yang merasa dipanggil berjengit kaget.
"Ahh ya apa?"
"Kenapa raut muka mu sedih?" Clarissa bertanya dengan nada khawatir.
"Kau masih dibawah umur" clarissa menaikan alisnya tidak mengerti akan perkataan Xander.
"Lalu?" Clarissa bertanya sembari mengerjakan matanya yang bulat.
"Yaa.. yaa.. intinya kau dibawah umur" Xander yang ditatap sedemikian rupa merasa gugup tiba tiba.
"Terkadang aku juga sedih saat mengetahui bahwa aku masih dibawah umur" Clarissa menurunkan bahunya lesu.
"Mengapa?" Entah mengapa perasaan Xander sangat bahagia saat berbincang dengan Clarissa, serasa dunia nya berubah menjadi serba menyenangkan yang menimbulkan efek senyum pada wajahnya.
"Aku tidak boleh bekerja paruh waktu saat dulu aku sangat membutuhkan uang, ya.. dan banyak lainnya" Clarissa menatap dedaunan didepannya dengan tatapan kosong, memikirkan apa yang telah ia lalui dulu saat berada dalam keadaan sulit.
"Kau tidak perlu bekerja" Clarissa menatap Xander dengan dahi yang mengernyit.
"Aku butuh menghidupi diriku Xander" Clarissa lagi lagi menghela nafas lelah.
"Ada Alex, dia punya setumpuk uang untuk menghidupi mu, jangan khawatir, uang yang dihasilkannya selalu tersimpan dengan rapih" Xander dengan yakin menatap Clarissa serius.
"Mengapa kalian harus menghidupi ku? Dan mengapa uang nya tersimpan rapih?" Clarrisa bertanya sambil terkekeh kecil.
"Kau mate kami, wanita yang paling kami sayangi, kekuatan dan kelemahan kami, kau segalanya bagi kami, tentu saja termasuk menghidupi mu. Dan mengapa uang itu tersimpan rapih karena Alex tidak tahu harus diapakan uang yang ia hasilkan" Xander bercerocos tanpa melihat reaksi Clarissa yang sedari tadi mendengarnya berbicara.
"Clari.." Xander menatap Clarissa yang sedang menatap nya aneh.
"Terimakasih" Clarissa segera memeluk Xander dengan erat membuat Xander yang tak siap akan itu terjungkal kebelakang.
"Terimakasih?? Iya sama sama" Xander tidak mengerti apa yang dimaksud mate nya, ia hanya menjawab nya dan memeluk mate nya yang terlihat senang dengan erat, ia akan melakukan apapun asal matenya senang, walaupun ia tidak tahu apa yang membuat sang mate senang.
___
Malam sudah tiba, bulan mengambil tugas matahari menyinari bumi, bintang bintang menjadi teman bulan dalam melaksanakan tugasnya.
Clarissa yang saat itu sedang mandi beradik ria sambil menyanyi, membuat seseorang yang mendengarnya menggelengkan kepalanya, melihat sifat sang mate yang seperti anak kecil, hingga sudah tidak terdengar suara guyuran shower menandakan seseorang yang ada disana sedang berpakaian.
"Xander!!!" Clarissa melompat keluar dari kamar mandi dengan riang, menggunakan baju tidur nya yang berwarna hitam dengan hiasan bulan disekelilingnya.
"A-ah!" Clarissa menelan ludah nya dengan susah payah, ia tiba tiba merasa gugup.
"Ekhm" Clarissa berusaha menormalkan suaranya. "Hay Alex!" Clarissa tersenyum dengan sedikit dipaksakan ketika melihat Alex yang sedang membaca buku di ujung tempat tidur, Alex mengehentikan kegiatan membaca nya dan melihat kearah Clarissa berada, jantung Clarissa sudah berdetak tak karuan.
"Tidak mengharapkan ku?" Alex bertanya sambil kembali membaca buku yang ada di genggamannya.
"Tidak" Clarissa dengan polosnya menggeleng tidak mengerti.
"Mengapa?" Alex segera merubah fokusnya menjadi kearah Clarissa bukan lagi pada bukunya, Clarissa yang ditanya seperti itu merasa bingung harus menjawab apa karena ia tidak mengerti apa yang ditanyakan Alex.
"Ya.. karena tadi Xander lalu.. tiba tiba berubah jadi kau" Clarissa menjawab seperti apa yang ada di pikirannya membuat Alex menghela nafas kasar.
"Tidur Rissa" Clarissa yang mendengar itu segera mengangguk dan menempatkan diri di sebelah Alex yang sedang melanjutkan kegiatannya.
"Emm Alex?" Alex hanya bergumam untuk membalasnya.
"Aku tidak bisa tidur" Clarissa melihat reaksi Alex yang segera menatapnya.
"Kenapa?" Lagi lagi Clarissa bingung harus menjawab seperti apa pertanyaan yang dilontarkan Alex.
"Aku tidak tahu" Clarissa segera bangun dan mendudukkan dirinya.
"Kau membaca buku apa?" Clarissa mendekatkan dirinya kepada Alex.
"Aku tidak mengerti" Clarissa mengelus nafas lelah saat melihat buku yang digenggam Alex adalah buku bisnis nya.
Alex segera menutup bukunya dan menatap Clarissa dengan serius.
"Apa?" Clarissa tidak kalah menatap Alex dengan serius.
"Apa ada hal yang kau mengerti?" Alex menghela nafas panjang nya. Membuat Clarissa mencebikan bibirnya kesal atas ejekan yang Alex lontarkan.
"Kau menyebalkan" Clarissa segera memukuli Alex sekuat tenaganya.
"Itu tidak terasa apa apa Rissa" Alex tersenyum mengejek. "Hanya seperti kelitikan saja"
"Huh" Clarissa yang kesal segera memalingkan wajahnya dari Alex.
"Kau marah?" Alex yang melihat itu tersenyum tipis.
"Tidak" Clarissa yang melihat Alex tersenyum tipis segera ikut tersenyum.
Ctash!!!!
Hening..
Clarissa yang hampir terkena anak panah itu terdiam membeku dengan pandangan terkejut.
Alex yang saat itu sama terkejutnya segera melangkah menuju arah asal anak panah itu yang ternyata berasal dari jendela yang berada di kamar mereka.
'cari penyusup itu, dalam keadaan hidup' Alex segera memerintahkan warior nya agar segera menangkap seseorang yang ingin mencelakai matenya. Seakan teringat ia segera menghampiri Clarissa.
"Rissa" Alex menggoyangkan tubuh Clarissa.
"Apa itu tadi?" Clarissa menelan ludahnya susah payah.
"Penyusup" raut, nada, dan aura Alex berubah menjadi menyeramkan.
"Tidur akan ku temani" Alex segera membaringkan dirinya disebelah Clarissa dan memeluknya hingga perlahan kegelapan mulai menyelimuti penglihatan clarissa dan nafas teratur mulai terdengar di telinga Alex.
"Tidurlah, aku akan membunuh siapapun yang ingin melukai mu" Alex segera bangkit dan berjalan menuju jendela dimana anak panah tadi masuk, dan tersenyum mengejek.
"Rogue"
___