Chereads / my little mate / Chapter 9 - 9

Chapter 9 - 9

"Xander!! kemana Alex pergi?" Clarissa bertanya sambil menatap Xander yang bersandar dipangkuannya.

"huh!! aku ingin bertemu denganmu sedari tadi tetapi Alex tidak mengizinkannya, dan hingga kami berebut, dan aku yang menang" Clarissa melihat Xander yang mengerucutkan bibirnya saat bercerita membuat Clarissa tertawa renyah.

"jangan bertengkar itu tidak baik Xander" Clarissa memberitahu Xander sembari mengelus rambutnya yang halus.

"aku tahu Clari, aku hanya bercanda" Xander pun tertawa dengan senang, Clarissa yang melihatnya tersenyum lembut.

deg!!!

'apa ini?' Clarissa mengerutkan dahinya saat rasa sakit menyerang dadanya, ia menutup mata dan berusaha meredam rasa sakit yang ia rasakan.

"Clari!!" Clarissa mencoba membuka matanya saat Xander memanggilnya namun ia sangat sulit untuk membuka mata, dadanya sangat sakit dan sesak seakan tidak ada udara yang masuk melalui paru paru nya.

"Clari!!!" Clarissa merasakan Xander mengguncang tubuhnya membuat nya terpaksa membuka matanya dengan sayu menahan rasa sakit.

"Clari!! kau baik bak saja?" Clarissa yang melihat wajah cemas Xander segera mengangkat tangannya untuk mengurangi rasa cemas Xander.

deg!!!

'ahkk!! ini sakit sekali' Clarissa berkata dalam hati.

"uhukk!!! uhukk!!!" Clarissa menutup mulutnya dengan tangannya dan ia sangat terkejut saat melihat tangannya dipenuhi darah segar yang keluar dari mulutnya. Clarissa menatap tangannya dan beralih menatap Xander

"Xander" hingga panggilan lirih yang ia keluarkan terakhir kali sebelum kegelapan membuatnya tidak sadarkan diri.

___

keadaan yang sangat mencekam terasa di dalam rumah sakit, semua orang tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun, hanya suara suara alam yang terdengar membuat keadaan semakin mencekam. sang Alpha Xander hanya diam dengan aura nya yang menakutkan dan tatapan nya yang tajam menghunus.

"Alpha" Kennan sang Beta berusaha menekan rasa takutnya menghadapi sang Alpha yang sedang dalam keadaan tidak baik, Xander tidak menatap Kennan sama sekali, pandangannya lurus dengan penuh pemikiran tanpa mempedulikan sekelilingnya.

"Alp-" perkataan Kennan terpotong

"cari siapa yang berani melukai Luna mu" Xander dengan Alpha tone nya yang tajam tanpa bentakan membuat Kennan dan para warior yang berada disana segera pergi memenuhi perintah sang Alpha.

"baik Alpha" semua menunduk submissive.

terdiam cukup lama Xander mulai beranjak dari tempatnya dengan aura nya yang pekat menuju tempat Clarissa terbaring dengan lemah.

"Clari!!" Xander menggumamkan nama Clarissa dengan sangat pelan.

"bisakah kau tidak tidur terlalu lama?" Xander tersenyum masam, ia mengingat hari hari bersama Clarissa yang bahkan belum genap satu minggu mereka bersama namun mereka sudah sangat dekat dan hal itu membuat nya bahagia, mulai dari Clarissa yang menerima nya sebagai seorang werewolf, Clarissa yang sama sekali tidak takut padanya, dan masih banyak lagi.

"ku mohon bangun Clari" Xander memeluk tubuh Clarissa dengan lembut.

"hiks!!" terdengar suara seseorang menangis dengan pilu, Xander menangis penuh kesakitan, sang Alpha sangat sedih membuat perasaan nya tersalurkan kepada para anggota pack nya.

Alpha mereka yang mereka hormati, Alpha mereka yang tidak pernah mengenal takut, Alpha mereka yang tidak pernah menampilkan gurat emosi, Alpha mereka bersedih memebuat mereka yang merasakan nya maraung tersiksa dan mendoakan sang Luna segera lekas membaik.

"Alpha" Xander menggeram saat seseorang mengganggu waktunya bersama Clarissa.

"m-maaf menggangu Alpha, saya hanya ingin memberitahu Anda keadaan Luna" Xander yang mendengar itu segera menatap sang dokter dengan tajam.

"katakan"

"Luna terkena racun dari bunga Kalmia Latifolia, bunga itu berwarna merah dan sangat cantik, banyak sekali orang yang menganggap bunga itu tidak beracun karena kecantikannya, namun bunga itu nyatanya sangat mematikan" Xander yang mendengarnya mengerutkan dahinya.

"mengapa ia bisa terkena racun dari bunga tersebut?" Xander menatap Clarissa dengan tatapan penuh arti.

"itu ada di dalam makanan yang Luna makan Alpha" Xander tersenyum misterius.

"buat ia sadar apapun yang terjadi" Xander segera meninggalkan ruangan itu sambil menyeringai jahat.

'Xander kau yakin?' Alex bertanya dengan kemarahan yang memuncak.

'Aku hanya mempercayai apa yang aku pikirkan' Xander tersenyum sinis membuat Alex mengikutinya.

___

"Kennan" Alex memanggil Kenan yang telihat sibuk memikirkan sesuatu.

"Alpha" Kennan yang terkejut melihat Xander yang sudah berganti menjadi Alex kembali.

"bagaimana?" Alex menatap Kennan tajam namun Kennan menyadari sesuatu dalam tatapan Alex yaitu kepuasan.

"kami belum menemukan petunjuk apapun Alpha, bagaimana dengan Alpha Xander, Alpha?" Alex yang mendengar pun tersenyum.

"dia sedang bermalas malasan" Alex menyeringai membuat Kennan semakin bergidik ngeri.

"ahh begitu"

"mari kita kumpulkan semua orang di mansion ini" Alex terlihat sangat tenang.

"baik Alpha" Kennan yang tidak mengerti jalan pikiran sang Alpha hanya menurutinya.

Kennan segera memindlink semua orang yang ada di dalam mansion untuk berkumpul di ruang rapat yang biasa mereka gunakan.

setelah semua berkumpul diruangan yang sudah ditentukan Alex masuk keruangan tersebut dengan langkahnya yang tegap dan tegas membuat semua orang meneguk ludahnya dengan susah payah.

"aku memiliki kabar buruk-" Alex tersenyum mengerikan

"dan juga kabar yang sangat baik menurutku" Alex melirikan matanya mengelilingi setiap orang yang menatapnya.

"kabar buruknya adalah Luna kalian dalam keadaan buruk, ia tidak sadarkan diri" Alex tertawa dengan kekehan tajam, membuat semua orang tecengang akan sikap sang Alpha.

"dan kabar baik nya adalah ia akan segera sadar dalam waktu dekat ini" Alex menatap seseorang yang sudah mulai tidak tenang.

"Luna kalian memakan makanan beracun, dan jika aku tidak membawanya tepat waktu kedalam rumah sakit pack ia akan kehilangan nyawa nya dalam beberapa menit" lagi, Alex tertawa.

"siapa yang berani meracuni keponakanku Alpha?" bibi Mergan bertanya dengan raut nya menunjukkan kecemasan yang kentara. Alex hanya tertawa mendengar bibi Mergan mencemaskan Clarissa.

"bibi Mergan, kau memakai hiasan rambut yang sangat cantik" Alex tersenyum dengan manis, membuat keadaan semakin mencekam, Alex tidak pernah tersenyum kepada banyak orang.

deg!!!

wajah bibi Mergan berubah menjadi pucat pasi, keringat dingin mengalir di keningnya.

"apakah itu bunga Kalmia Latifolia? bunga yang sangat indah" Alex tersenyum misterius. "bisa kau berikan bunga itu padaku? aku ingin memberikannya pada Rissa, dia sangat menyukai bunga" Alex tersenyum dengan tipis.

"aa-aah ini hiasan khusus untuk rambutku, bunga ini aku bisa memberikan yang lebih cantik dari yang aku pakai" bibi Mergan tersenyum canggung.

"kalau begitu mengapa kau menaburkan bunga itu di dalam makanan Luna ku? bukankah kau tidak ingin memberikannya?" Alex tersenyum sinis, ekspresinya lebih menakutkan dibanding wajah datar nya.

"aku- aku-"

"atau kau ingin membunuhnya?" Alex bertanya dengan kerutan didahinya berpura pura bahwa ia sedang berpikir. hal itu tentu saja membuat semua orang marah pada bibi Mergan, tatapan tajam nan menghunus di berikan kepada bibi Mergan, bahkan Kennan yang sangat menghormati bibi Mergan menatapnya penuh kebencian.

"siapkan hukuman mati untuknya minggu depan" wajah datar Alex kembali dengan aura menyeramkannya dan segera meninggalkan ruang rapat dengan senyum kepuasan yang kentara membuat Kennan menggelengkan kepalanya tentang kejam nya sang Alpha.

___

sudah dua hari Clarissa belum sadarkan diri dari tidurnya, membuat Alex memiliki temperamen yang sangat buruk, ia mudah tersinggung dan marah. Clarissa masih dengan wajah pulas nya tertidur begitu damai seakan tidak terjadi apapun padanya sebelumnya.

"engh!!" Clarissa terbangun dan mengernyitkan dahinya saat merasakan tenggorokannya sangat sakit, ia berusaha bangun dan mengambil minum, namun rasa sakit dan panas masih hinggap di dalam tenggorokan nya.

"A.... Le... x" dengan susah payah Clarissa memanggil nama Alex karena saat ia berbicara tenggorokannya terasa terbakar. ia berusaha bangun dan berjalan dengan susah payah namun terus menerus terjatuh, rasanya sangat sulit untuk mencapai pintu kamar, ia kembali terbangun dan berjalan dengan perlahan.

cklek!!!

suara pintu terbuka, Clarissa yang melihatnya langsung menghampiri sang pembuka pintu dengan paksaan, air matanya sudah menderai saat melihat siapa yang baru saja membuka pintu itu, tanpa sepatah kata ia memeluk nya, Alex.

"A...lex.." Alex terenyuh mendengar suara Clarissa yang menghilang, air mata yang berlinang di mata bulatnya yang indah, Alex menggendong Clarissa dan memangkunya, memeluknya berusaha meredakan tangisan dengan suara tersendat karena sakit.

"s..ak..ithh" Clarissa terus manangis.

"sshttt" Alex yang melihat dan mendengar itu tidak tahan mengeluarkan air matanya. "maaf, maafkan aku, maaf membuatmu seperti ini, jangan berbicara terlebih dahulu jika itu menyakitkan" Alex mengusap wajah manis Clarissa dengan penuh kasih.

"sa...khittthh h..ikh..sh A...lex.." Clarissa mengangguk sambil menyandarkan tubuhnya di dada bidang Alex yang hangat, hingga tangis nya mereda.

"tidurlah, akan sangat menyakitkan jika kau tersadar" Alex mengelus rambut hitam nan lembut Clarissa agar ia tertidur.

tenggorokan Clarissa akan sangat sakit jika dipaksakan berbicara, bahkan sangat perih rasanya saat ia diam, tenggorokan nya seperti terbakar, itu sangat menyakitkan apalagi jika ia menelan sesuatu, tidur lebih baik, menurut Alex.