Rupanya, Laki-laki tampan itu tidak menyerah pada penolakan Diah, ia yakin Diah juga menginginkan kehangatan tubuhnya. Mike menghampiri kembali Diah yang membelakanginya. Ia berhenti sejenak, lalu diciumnya aroma tubuh Diah yang begitu menggairahkan. Tanpa sadar, Mike mulai memeluk Diah. Erat. Seakan tak ingin melepaskan Diah dalam waktu yang lama.
Untuk kesekian kalinya, Diah terkejut dengan perlakuan Mike. Menoleh, wajah itu bukan wajah yang dia kenal sesaat tadi. Tak ada senyuman indah yang begitu ramah ditujukan padanya. Tetapi, wajah seorang pria yang berharap lebih padanya.
"Mau ngapain kamu..?!" Tanya Diah ketakutan. Didorong tubuh Mike yang begitu besar. Sayangnya, itu tak membuat Mike bergeming dengan posisinya. Kaitan tangan Mike jauh lebih kuat dibanding tenaga Diah yang mendorong tubuhnya.
"Gue.. gue ingin miliki elu seutuhnya." Ujar Mike menahan bibir Diah untuk protes. Sebuah ciuman mendarat tepat di pipinya.
Diah menghindar saat ciuman kedua kali dari Mike hendak didaratkan kembali ke bibirnya. Mike memaksa. Diah menggeleng. Mendorong sekuat tenaga. Namun, tetap saja tenaga Mike jauh lebih besar dari tenaganya.
Ada amarah yang berontak dalam dirinya. Ciuman pertamanya direnggut pria asing yang baru saja dikenal dan ditemuinya. Bukan, Mike sudah mengambil lebih banyak ciuman di bibirnya. Diah juga belum tau siapa nama laki-laki asing itu. Asal Mike pun Diah tidak tau dari negara mana laki-laki asing itu datang. Semua serba tiba-tiba, dan tiba-tiba pula Mike sudah menciumnya dengan membabi-buta.
Diah berusaha mendorong sekali lagi tubuh besar Mike sambil menginjak keras kakinya. Sedikit terlepas pelukan yang diiring pekikan keras Mike. Diah berlari, berusaha keluar dari gubuk.
Namun..
Braaak.. tangan Mike lebih cepat menutup pintu itu dibanding gerak Diah yang hampir terserimpet saat berlari.
"Apakah kita gak bisa bersenang-senang sebentar saja?" Bisik Mike dengan tatapan Binal nan sexy itu. Senyuman dibibir laki-laki asing itu sudah berbeda dari pertama dia bertemu. Senyuman laki-laki yang penuh nafsu pada lawan jenisnya.
Dihentakan tangan Diah, sayangnya, tangan Mike tetap pada lengan Diah.
"Lepasin.., lepasin gue..!" Teriaknya berontak. Mike tetap tak peduli, dia mau Diah mengikutinya ke dalam gubuk itu.
Hujan yang deras, suara petir yang bergemuruh. Angin yang berhembus kencang, ranting-ranting bergoyang menggugah dedaunan melambai kesana-kesini. Langit yang semakin gelap, sangat gelap. Saksi bisu dari perbuatan Mike.
Dan.. "Praaang..!" Gelas di tangan Adrian, ayah Diah, mendadak terlepas tanpa disengaja. Di dadanya ada sesuatu yang mengganjal, sedari tadi setelah Susi memberitahu dirinya tentang anaknya. "Diah..?!" Sebutnya, menatap kosong pintu masuk area pesta ritual.
"Om..!" Akbar menepuk pundaknya. Adrian berusaha kembali dari lamunannya.
"Ya, nak Akbar!?"
"Om gak apa-apa, kan?"
Adrian menggeleng ragu. Ia merasakan ada sesuatu yang terjadi pada anak semata wayangnya itu. Setelah istrinya tak ada, ia merawat Diah segenap kasih sayang yang ia miliki. Ia tak mau dia kehilangan kasih sayangnya sebagai pengganti kasih sayang istrinya pada Diah. Menatap terus kearah luar pintu masuk area pesta.
"Om lagi kuatirin Diah?" Adrian menatap wajah anak muda yang tampan itu. Penuh harap, agar Akbar menjadi menantunya.
"Iya, sedari tadi Diah belum kembali." Ujar Adrian kembali menatap pintu masuk area pesta.
"Saya akan bantu cari Diah. Lebih baik Om tunggu disini..!" Imbuhnya mencoba menghilangkan rasa kuatir ayah dari cewek yang ia suka.
"Tapi nak Akbar.." henti Adrian sebelum Akbar melangkah keluar tenda. "Gimana dengan ibu kamu? Dia pasti marah banget sama kamu nanti."
Akbar tersenyum, lalu menggeleng. "Biar nanti Akbar yang hadapin ibu." Ujarnya, meninggalkan Adrian sebelum ia berkata apa-apa lagi.
Tak lama Akbar pergi, Austin datang dengan tubuh menggigil. Ia hampir kehabisan tenaga. "Every body.., help me..!" Teriaknya sekeras mungkin. Suaranya nyaris tertelan suara hujan yang dibarengi petir.
Dan..
Bruuuk.. tubuhnya terjatuh, Susi berteriak saat matanya tertumbuk pada sosok Austin yang tergeletak di tanah. "Tolooonnng.. tolong ada orang pingsang di sanaa..!" Teriaknya menunjuk-nunjuk ke arah Austin yang sudah tak sadarkan diri.
****
Di gubuk, persenggamaan yang cukup lama. Menyatukan alat vital keduanya, Mike begitu menikmati saat kemaluannya mulai memasuki liang kewanitaan Diah yang selalu dia jaga selama sembilan belas tahun lamanya. Tetapi sekarang, Mike sedang menikmatinya. Kenikmatan yang tidak dirasakan Diah.
Mike memaju mundurkan bokongnya, awal sangat pelan dan lembut. Lama kelamaan menjadi kencang dan sedikit membabi buta.
"Aaaaargh.. aaah.." teriaknya bagai lolongan serigala yang mencari kawanannya. Teriakan yang di iringi deraian airmata Diah.
Tubuh Mike menggelepar, sekali, dua kali, tiga kali hingga tujuh kali semburan cairan putih itu masuk kedalam liang kewanitaan Diah. Mike terkulai lelah di samping tubuh Diah yang sedari tadi tak mau menatap wajah Mike.
Diah bangkit, Mike kelelahan hingga tertidur. Tanpa sadar dia telah menodai kesucian Diah. Ditatap sebentar laki-laki yang telah menodainya. Ada kebencian yang tersirat dari tatapan nanarnya itu. Awalnya, Diah begitu terpesona pada Mike yang mirip dengan tokoh film animasi Disney. Tapi sekarang, semua berubah seketika akibat perbuatan laki-laki yang sekarang tertidur pulas tanpa busana.
Lagi, airmatanya menetes. Teringat kejadian yang baru saja terjadi yang belum genap satu jam itu.
Kemudian, baju diraihnya, di pakai kembali. Dan pergi meninggalkan Mike sendirian. Berlari, terus berlari. Entah seberapa jauh dia berlari hingga akhirnya tubuhnya terjatuh, kelelahan.
Menangis sesegukan ditengah hujan yang semakin deras. Menyesali pertemuan tak sengaja itu, membenci rasa kagum dan terpesonanya pada Mike sesaat tadi. Ia benci semuanya, benci dengan segala kebodohan dan kelemahannya. Andaikan dia bisa berontak lebih dari tadi, mungkin semua tak akan terjadi. Tetapi.. aah, Diah mengutuk dirinya sendiri.
"Aaaaaaaaargh..!!" Teriaknya sekeras mungkin ke atas langit. Dibiarkan hujan mulai meruntukinya setetes demi setetes ditubuhnya. "Tuhaaan, kenapa harus aku..? Kenapa aku yang harus mengalami semua ini??" Teriaknya lagi.
"Aku benci diriku, aku benci tubuh ini! Gimana aku menjawab semua pertanyaan ayah nanti??" Gumamnya menggosok-gosokan tubuhnya yang merasa kotor.
"Diah..!" Panggil suara cowok yang tidak asing lagi oleh telinganya. Diah mendongak. Sosok Akbar sudah berdiri di hadapannya. "Lu kenapa?" Tanya Akbar menekuk lututnya dan mensejajarkan dirinya pada Diah.
Diah tak menjawab, dia diam menunduk. Rasanya, matanya tak lagi sanggup menatap Akbar dihadapannya. Ia malu.
Tangan Akbar menggapai, mulai menyentuh pundak Diah. Namun, dengan cepat Diah menyingkirkan tangan cowok itu dari tubuhnya yang sudah kotor. "Jangan sentuh tubuhku yang udah kotor."
"Ma..maksudnya?" Akbar tak sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi dengan Diah.
Diah berjalan tanpa menjawab rasa penasaran Akbar. Laki-laki yang pernah dicintainya berjalan mengikuti dari belakang. Ia butuh jawaban Diah, dia juga butuh penjelasan cewek yang sejak kecil menjadi teman sekaligus cinta pertamanya.
"Diah, tunggu..!!" Henti Akbar menarik paksa tangan Diah.
Diah terdiam, lalu menatap benci Akbar yang memaksa dirinya seperti Mike melakukannya tadi. "Lepasin tangan gue..?!" Akbar sedikit kaget mendengar kata 'Gue' dari bibir Diah. Tak seperti biasanya Diah menyebut dirinya dengan kata 'Gue'.
"Apa yang terjadi sebenarnya sama lu?" Akbar semakin tidak mengerti. Sikap Diah bukan Diah yang dulu. Senyuman yang selalu mengembang kini menghilang. Wajah cerianya seakan menyimpan misteri yang sulit dipecahkan berubah kelam bak langit yang saat ini tak hentinya menumpahkan airnya dari langit.
"Bukan urusan elu. Jadi, lepasin tangan elu itu." Katanya membuang muka.
"Kita perlu bicara, dan urusan lu itu jadi urusan gue."
Diah menoleh cepat.. "sejak kapan urusan gue jadi urusan elu?"
"Karena gue mencintai lu." Tatap Akbar berharap. "Sangat mencintai lu, apapun yang terjadi sama lu. Dan kita udah dijodohin kan?"
Mendadak sunyi, Diah terdiam sembari menatap sedih wajah Akbar yang membias oleh guyuran air hujan, tidak ada kata yang mampu terucap dari bibirnya. Sangat kelu.
"Gue gak pantas dicintai. Gue kotor.., sangat kotor sekarang. Dan gue pengen perjodohan itu batal..!" Perih, itu yang ia rasakan saat ini di hatinya. Goresan panjang membuat luka semakin menggangga lebar dihatinya.
Diah menghentakan tangannya, dan berjalan meninggalkan Akbar.
"Diaaaah, gue gak tau apa yang terjadi sama lu. Tapi gue.., gue akan tetap pada pendirian hati ini. Untuk mencintai elu hari ini, esok atau nanti. Bahkan selamanya." Teriak Akbar menambah luka dihatinya menjadi sangat lebar. Air matanya, terus menetes dan menetes, mengiringi langkahnya dan tiap tetesan air hujan yang membasahi tubuhnya.
****
Mike terbangun dari tidurnya. Tangannya mencari Diah yang tadi bersamanya. Namun, tak ada Diah disampingnya kini. Hanya ada baju-bajunya yang berserakan dilantai. Sepenuhnya, Mike merasa tak seperti dirinya sesaat tadi. Ia tersadar perbuatannya salah, amat salah pada Diah. Gadis yang baru saja ditemuinya.
"Gue harus minta maaf sama cewek itu..!"
Bergegas ia mengenakan bajunya. Keluar dari gubuk dan mulai berlari mencari Diah. Dibiarkan tubuhnya diguyur air hujan lagi.
Antara rasa bersalah terselip rasa suka pada Diah semenjak dia tak sengaja menindih tubuh si kembang didesa ini.
Tak seberapa jauh, ia melihat Akbar dan Diah sedang berbicara. Mike melihat keduanya bicara serius, Diah menangis dihadapan Akbar. Laki-laki dihadapan Diah menahan langkahnya. Tangan besarnya mengepal, ada emosi yang mendadak mencuat. Rasa marahnya mulai menguasai dirinya.
Mike tetap menunggu percakapan antara Diah dan Akbar. Hingga matanya menangkap sosok kembang desa itu mulai menjauh dari Akbar. Sayup-sayup terdengar suara teriakan Akbar untuk Diah.
Akbar sangat marah sesaat itu juga. Ia meninju angin kearah bawah. Langkah Mike mulai dilanjutkan, ia menghampiri laki-laki yang membuat Diah menangis. Itu pandangan Mike saat ini.
Ditarik pundak Akbar dan..
Buuuk..
Satu tinju membuat tubuh Akbar limbung, terhuyung dan akhirnya terjatuh. Kedua mata saling beradu, saling menatap nanar dan penuh kebencian.
"Apa yang udah elu lakuin sama cewek tadi, HAH..?!" Tanya Mike nge-gas.
"A..pa?!" Akbar tercengang, sungguh tidak mengerti maksud semua yang dilakukan Mike padanya.
****
Bersambung..