"Hei bocah".
"Roh naga? Apa aku sudah mati dan menyusulmu ke surga?", tanya Mi Kuo.
"Tidak bodoh kau masih di alam bawah sadarmu. Sekarang aku akan pergi selamanya, dan di tubuhmu masih ada kekuatan gelapku. Jadi aku harap kau bisa mengendalikan diri.", ucap roh naga laut yang perlahan menghilang di antara percikan cahaya.
"Tunggu! Apa maksudmu kekuatan gelap?", tanya Mi Kuo.
"Kau akan bertemu dewa konyol yang akan mengajarimu." Jawab Roh Naga Laut dengan nada semakin pelan dan memudar.
"Hah? Dewa konyol apaan sih?", ucap Mi Kuo, dan seketika semuanya menjadi gelap.
********
"akh.. Dimana ini?", ucap Mi Kuo yang mulai sadar.
"Ah Mi Kuo!".
"Mi Kuo, kau sadar?".
Ucap Lilie dan Shen dengan hati gembira.
"I—iya. Ini dimana?", tany Mi Kuo.
Lilie langsung memeluk tubuh Mi Kuo yang masih terbaring di sofa kereta kuda.
"Kau ini membuat kami cemas tau.", ucap Lilie yang memeluk Mi Kuo dengan tangis gembira.
"Maaf aku—".
"Sudahlah, kau masih terluka parah. Istirahatlah dulu nanti di istana tabib akan mengobati.", ucap Shen, senyum senang melihat teman dekatnya telah sadar.
"Baiklah.. Terima kasih. Kalian setia menemaniku.. Heheh", Jawab Mi Kuo dengan senang.
"tch... kata-kata manismu tak berefek padaku, mungkin kepada Lilie.", sahut Shen.
Tak lama mereka sampai di istana hutan. Gerbang terbuka, Raja Shiun To dan peri petarung masih berdiri menunggu.
"Xien Ji? Kau baik saja?", tanya raja Shiun To, dia langsung memeluk istrinya dengan erat.
"Iya aku baik saja.", jawab Xien Ji dengan senyum bahagia atas sambutan suaminya.
"Bagaimana keadaan anda, apa masih batuk yang mulia?", Tanya Xien Ji, dan mereka berhenti berpelukan.
"Begitulah.", jawab Shiun To singkat dengan wajah masam.
"Tak apa, saya akan setia melayani anda yang mulia.", ucap Xien Ji.
Mereka berdua memasuki ruang pengobatan dan menemui Mi Kuo.
Mi Kuo terbaring lemas dan tengah di obati oleh para tabib.
"Ksatria bagaimana keadaan anda?", tanya Shiun To.
"Saya baik saja yang mulia, anda tak perlu khawatir. Lagian saya juga punya sihir spiritual regenerasi tingkat tinggi, jadi nanti malam juga sembuh semua luka saya.", jawab Mi Kuo dengan senyum senang.
"Syukurlah kalo anda baik saja.", Sahut Shiun To.
"Terima kasih yang mulia, karena sudah mengakhawatirkan saya."
Shiun To hanya mengangguk dan tersenyum pada Mi Kuo.
*******
Paginya, semua pelayan di sibukkan dengan sesuatu yang di perintahkan Shiun To.
"Eh itu di pasanv di sana saja, iya di situ. Terima kasih.", ucap Shiun To kepada pelayannya.
"Yang mulia, ada acara apa ini? Kenapa semua pelayan sibuk menghias aula istana?", Tanta Xien Ji.
"Ini adalah acara yang kubuat istriku.", jawab Shiun To dengan mata yang memandangi sekitaran aula.
"Tapi untuk apa?".
"Nanti kamu juga tau."
Shiu To langsung berjalan pergi ke ruangan pribadinya.
Mi Kuo dan lainnya berjalan keluar dari lorong dan masuk ke aula istana.
Mereka terkejut dengan hiasan bunga di sana sini yang indah.
"Ratu peri, apa ada acara spesial?", tanya Mi Kuo.
Xien Ji hanya menggelengkan kepala dan mengangkat pundaknya.
"Ah.. Mungkin ini memperingati kematian para prajurit?", tanya Shen.
"Tidak mungkin, kalau begitu kita pasti sudah di pemakaman bersama semua rakyat. Tapi itu di lakukan setahun sekali.", jelas Xien Ji.
"Jadi?", tanya Lilie singkat.
Semua terdiam dan hanya melirik satu sama lain.
********
Semua penghuni istana sudah berkumpil di aula. Mi Kuo dan yang lainnya juga duduk di kursi kayu yang sudah di siapkan.
"Baiklah semuanya, terima kasih sudah mau datang di acara yang kuselenggarakan secara mendadak ini.
Terima kasih untuk para peri dan dewa hewan, dan semua petinggi - petinggi negeri peri dan hewan. Terima kasih juga pada tuan Shen, putri air Lilie dan orang yang akan memimpin alam ini, Mi Kuo sang Ksatria Dewa.", sambut Shiun To dengan hati gembira dan senang melihat semua orang hadir di istana.
"Di sini, saya akan memberikan benda yang sangat mulia. Benda yang di cari oleh sang ksatria, mutiara bintang.", ucap Shiun To dan semua orang bersorak gembira.
Para pemimpin pelayan kerajaan, datang membawa sebuah kotak kayu berlapis emas dengan segel khusus yang di buat para raja naga sebelumnya.
"Ini adalah peti emas yang di wariskan generasi ke generasi kerajaan, Di sini kami menyimpan mutiara dengan aman.", ucap Shiun To dan berjalan menuju kotak yang di bawa peri pelayannya.
Shiun To membaca sebuah mantra sihir dan terdapat seperti sebuah bayang berbentuk tulisan kuno berlapis cahaya muncul lalu menghilang seketika.
Shiun To melanjutkan mantra yang ke duanya. Terdapat tulisan kuno lagi dan menghilang, lalu Shiun To langsung membuka peti itu dan cahaya mutiara bintang bersinar terang.
"Ini adalah mutiara bintang milik para ksatria dewa", ucap Shiun To, "silahkan Sang Ksatria."
Mi Kuo berdiri dari kursinya dan takjub melihat mutiara bintang.
Dia berjalan menghampiri Shiun To dan pelayannya yang berdiri di depan tahta raja hutan.
'Waah.. Tak di sangka mutiara seindah ini adalah benda yang ku cari' Pikirnya.
Mi Kuo mulai mendekat dan terpukau dengan mutiara bintang. Mutiara dengan diameter satu centi, berwarna putih susu dan bercahaya bagai matahari.
"Silahkan ulurkan tangan anda.", ucap Shiun To dan mengambil mutiara bintang di peti emas.
Setalah terangkat mutiara itu langsung terbang menuju tangan Mi Kuo dan masuk di tengah telapak tangannya.
"Loh.. Kok masuk di telapak?".
Mi Kuo bingung dan membolak-balikan tangannya dan mutiara itu tetap tidak keluar.
Lilie tertawa melihat Mi Kuo sepolos itu, dia berdiri dan berjalan menghampiri Mi Kuo.
"Dasar bodoh, mutiara bintang masuk ke telepak tangan itu karena tidak ada tempat lain. Hahaha..", ucap Lilie sambil tertawa terbahak-bahak.
"Oh.. Gitu ya. Tapi kan bisa di taruh di tas?", tanya Mi Kuo dengan polosnya.
Semua orang tertawa melihat Mi Kuo, dia sadar Lilie tengah mengerjainya dan tersenyum malu.
"dasar bodoh!! hahah", teriak Shen dan menertawai Mi Kuo
"Sang ksatria, ehm.. Maksudku Mi Kuo. Mutiara ini adalah mutiara pertama yang anda dapat, kenapa bisa masuk ke telapak tangan? Itu karena kelak membuka bunga Lily suci, itu menggunakan telapak yang terkumpul dua belas mutiara bintang.", jelas Shiun To kepada Mi Kuo yang polos.
"oh.. oke aku paham sekarang.", sahut Mi Kuo, "kau mempermalukanku sebagai ksatria dewa tau."
"Iya-iya maaf deh, aku bercanda. Hehe..", jawab Lilie yang masih menertawai Mi Kuo.
Mi Kuo turun berjalan kembali duduk di kursinya, ratu peri Xien Ji berdiri dan berjalan di tengah-tengah aula.
"Sekarang nikmati lantunan musik yang aku mainkan.", ucapnya dan mengeluarkan jepit rambutnya yang berbentuk seperti bulan sabit.
Jepit itu bercahaya, perlahan-lahan membesar dan menjadi sebuah harpa kecil dengan manik-manik bunga.
Pada petikan pertama, raja Shiun To berteriak.
"Berhenti!".
Raja Shiun To berdiri dari tahtanya, "hanya mendengarkan musik saja? Itu kurang nikmat menurutku."
Semua orang bingung, selama ini hanya musik ratu peri yang dapat membuat hati raja bahagia.
Tak lama, pintu aula terbuka dan para dewi kelinci membawa masuk hidangan-hidangan untuk di santap bersama-sama.
Mereka mempersembahkan buah-buahan segar kepada semua rakyat negeri peri dan hewan yang hadir di istana hutan.
"Dengan ini, lantunan musik ratu periku bisa di nikmati dengan hati riang gembira. Ratu peri, silahkan.", ucap raja Shiun To.
Ratu peri memulai lantunan musiknya, "lagu ini kupersembahkan untuk semua dewa-dewi peri dan hewan, Silahkan di nikmati."
Lantunan musik harpa membuat telinga para pendengarnya seperti di hembus angin pantai. Semua menikmati musik itu.
Shen yang gembira menoleh kanan dan kiri, tatapannya berhenti kepada dewi kelinci yang dia temui di pintu istana hutan.
Dia beranjak dari kursinya dan menghampiri dewi kelinci yang berkumpul dengan teman-temannya.
"Untuk semua yang bisa berdansa, silahkan berdansa di tengah aula ini.", ucap raja Shiun To.
Semua perdana menteri, dan para panglima-panglima berdiri dan maju sambil menggandeng pasangan masing-masing.
Mereka berdansa di tengah aula dengan iringan musik ratu peri.
Mi Kuo senang melihat dansa dari mereka, dia membayangkan ikut berdansa.
"Hei Lilie, apa kau bisa berdansa?", tanyanya.
"Tentu saja semua anggota kerajaan pasti bisa. Kenapa memang?".
Mi Kuo berdiri dan menarik Lilie ke tengah-tengah para pedansa. "Ajari aku ya.", ucap Mi Kuo.
Lilie yang kaget, mulai tersipu malu dan mengikuti arahan Mi Kuo ke tengah aula.
Lilie mengajari gerakan demi gerakan dansa kepada Mi Kuo.
Shen yang menghampiri dewi kelinci, sambil membawa sebuah apel mencoba mendekati sang dewi kelinci.
"Permisi, apa kau sang dewi kelinci yang pertama kali menemuiku di pintu istana?", tanya Shen.
Si dewi kelinci malu-malu dan pipinya memerah, "I—iya tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?".
"Mau berdansa denganku?", ucap Shen, dia berlutut sambil mempersembahkan buah apel yang di bawahnya.
Dewi kelinci melirik ke teman-temannya, dan mendapat balasan senyuman dan anggukan.
Tanpa pikir panjang Shen langsung menarik tangan si dewi kelinci dan membawanya ke barisan para pedansa di tengah aula istana.
Mereka semua berdansa dengan riang gembira.
"Nona siapa namamu?", tanya Shen.
"Tu Zitian tuan.", jawabnya.
"Baiklah aku akan memanggilmu Tu Zi, dan panggil aku Shen. Itu namaku.", ucap Shen sambil berdansa dengan Tu Zi.
"Tuan semua orang memperhatikan kita, karena saya hanya seorang kelinci pelayan.", ucap Tu Zi dan terus menemani Shen berdansa.
"Kenapa? Apa kau berpikir kau tak pantas berdansa? Raja tidak melarang semua orang untuk berdansa. Dan panggil aku Shen mulai sekarang.", jawab Shen.
"Baik Shen.", balas Tu Zi dan tersenyun kepada Shen.
Semua orang berdansa dan gembira, ratu peri pun begitu. Dia senang semua orang menikmati alunan musiknya.
Pesta terus berlangsung dengan meriah.
•
•
•
BERSAMBUNG...