Chereads / The Knight God / Chapter 23 - Chapter 22 (Penjaga Bumi)

Chapter 23 - Chapter 22 (Penjaga Bumi)

"Kakak!! kakak!!", teriak gadis dengan gaun putih berlari bersama anak laki-laki berjubah merah di dalam sebuah aula istana.

"Maaf tuan putri, pangeran. Yang mulia Sin Jiu sedang sibuk, dia tak ingin di ganggu.", kata penjaga yang menghalangi mereka berdua.

Gadis itu memasang wajah kesal lalu matanya berubah menjadi putih, dan pintu besar itu terbuka dengan sendirinya.

Para penjaga kaget dan mundur perlahan.

"Biarkan mereka masuk, aku sudah selesai.", kata yang terucap dari seorang laki-laki berpakaian hitam, membawa sebuah tongkat dengan ujung melingkar seperti cangkang siput.

"Sin Gui, Sin Jao. Kenapa kalian tergesah-gesah seperti itu, ada apa?".

"Kak, seseorang butuh bantuan, kau harus menolongnya. Cepat!!", ucap gadis bergaun putih bernama Sin Gui itu.

Dia menarik lengan Sin Jiu menuju meja bundar di aula istana.

Sin Jiu terkejut melihat Mi Kuo tergeletak dengan luka lebar dan kulit yang membiru.

"Penjaga, bawa dia ke ruang pengobatan. Segera!!".

"Baik yang mulia.", jawab dua penjaga pintu.

********

Di luar istana Shen masih berjalan dan menarik kuda putih menuju istana. Dia melihat kanan dan kirinya tak lagi gelap, seperti saat dia terkena ilusi milik Sin Jao.

"BERHENTI!!", teriak seorang wanita membawa pedang dan berpakaian perang lengkap tanpa helm, dia berjalan mendekati Shen di ikuti tiga temannya.

Shen hanya diam sambil memegang tali kuda putih.

"Negara api untuk apa kesini?apa tujuanmu mau menaklukan negeri mimpi?", ucap seorang laki-laki berpakaian perang yang sama dengan wanita itu, rambutnya ikal panjang dengan alis tebal dan wajah penuh bekas luka.

"Maaf aku sudah bukan orang negeri api.", balas Shen dan langsung menarik kuda putih untuk segera pergi.

"A..aa..aa... Mau kemana?", salah satu teman mereka yang berdiri yang berdiri di samping kiri menghalau Shen dengan tombaknya.

"Aku ingin pergi ke istana mimpi, temanku yang terluka sedang di bawah kesana. Jadi minggirlah!".

"Waah.. Negeri api meremehkan kita sepertinya.", ucap wanita tadi.

"Syaaah!!".

Pria dengan wajah penuh luka itu Menyerang Shen dengan pedang raksasanya. Tanpa kesulitan Shen langsung menghindar dan melompat ke salah satu bangunan di sana.

Perkelahian itu membuat para penduduk kota Ilusi (sebutan ibu kota negeri mimpi) menjadi takut dan mulai berlari menghindari area perkelahian.

"Tuan dan nyonya, aku tak ingin bertarung dengan kalian. Sekarang nyawa temanku di pertaruhkan jadi aku mohon maaf kalau tak kulayani.", Shen melompat dan menyemburkan Asap besar dari mulutnya, membuat tiga ksatria itu batuk dan hanya satu yang diam saja dari tadi.

"Ini asap biasa, jadi tak akan berpengaruh bukan?", ucap salah satu empat ksatria tadi yang memakai perban di mulutnya.

"Aah.. Kau ini selalu saja santai dalam situasi apapun.", ucap pria bertombak tadi.

"Aku bukan santai, tapi aku selalu tenang. Layaknya—", ucap kstria perban lalu di potong oleh pria tombak.

"Iya-iya terserah, sekarang kita kejar orang negeri api itu. AYO!!".

********

Shen melompat menuju istana mimpi yang sudah tak jauh darinya. Terlihat sebuah istana megah dengan cahaya yang terang benderang di malam hari.

Shen mendarat di depan empat penjaga gerbang istana, mereka langsung menodongkan tombaknya ke arah Shen.

"Berhenti!! Kau dari negara api, mau apa kau kesini?", kata salah satu penjaga.

"Aku di suruh kesini oleh raja kalian, jadi biarkan aku masuk."

"Tidak! Yang mulia tidak memberitahu ada tamu untuknya, kau pasti penyusup negeri api kan?".

Shen menghela nafas dan melempar pedangnya ke kaki penjaga. "Itu, kalau tidak percaya bawa saja pedangku."

Para penjaga pintu bingung dan memasang raut wajah sinis kepada Shen, akhirnya mereka menurunkan tombaknya dan membuka gerbang untuk Shen.

"Silahkan lewat tuan.", ucap penjaga mempersilahkan Shen untuk lewat.

Keempat ksatria tadi masih mengejar Shen, mereka menemukannya memasuki gerbang istana. Salah satu dari mereka melemparkan tombaknya dan membuat Shen berhenti.

"Katakan siapa dirimu, kau akan ku biarkan lewat.", ucap ksatria wanita yang turun dari atap gerbang.

"Jadi kalian mengejarku sampai kesini ya? Hebat juga.", balas Shen.

Ksatria berwajah penuh luka itu tidak terima dengan nada bicara Shen, dia merasa di remehkan oleh seseorang tak di kenal dari negeri api, yang menyusup masuk ke negeri mimpi.

"Dari tadi nada bicaramu membuatku kesal", Ksatria itu melompat dan mengayunkan pedang besarnya ke arah Shen. "Akan kuhabisi kau penyusup!!".

Bruaak!! Kreeeek!!

Suara benturan pedang dengan tanah yang keras hingga terdengar ke dalam istana. Akibat pedang besar itu tanah di halaman istana retak dan banyak debu-debu berterbangan hingga menutupi pandangan. Shen masih menahan diri, memang niatnya bukan untuk bertarung.

Sin Jiu yang merasa terganggu saat mencoba menetralisir tubuh Mi Kuo, segera berjalan menuju halaman istana.

Sin Gui dan Sin Jao mengikutinya ke halaman istana dengan berlari tergesa-gesa.

"Apa ada masalah di sini?", teriak Sin Jiu dari balik debu tebal yang berterbangan, dia berdiri di depan pintu istananya.

"Yang mulia, dia orang negeri api yang menyusup, memberi alasan bahwa temannya berada di istana. Aku sungguh tak percaya.", ucap Ksatria yang punya banyak bekas luka itu.

"Para penjaga bumi, aku menghargai jasa kalian yang menjaga pintu perbatasan dunia manusia dan dewa."

Sin Jiu berjalan menghampiri Shen yang tengah kesal selalu di tuduh penyusup itu.

"Dia adalah tuan Shen, salah satu pendamping ksatria dewa dalam perjalanan mencari mutiara bintang.", ucap Sin Jiu memperkenalkan Shen kepada empat penjaga bumi.

"Orang negeri api?", tanya ksatria tombak.

Sin Jiu menghelas nafas dan mengedipkan matanya.

"Baiklah tuan Shen, empat penjaga bumi, ikuti aku.", ajak Sin Jiu.

Di pintu istana Sin Gui dan Sin Jao memperhatikan mereka dari tadi. Sin Jiu menarik tangan dua adiknya itu untuk mengajaknya ikut juga.

Sin Jiu membawa mereka berlima kesebuah ruangan yang penuh dengan bahan obat-obatan khusus di alam dewa.

"Bahan obat-obatan di sini sebenarnya hadiah dari negeri tabib, kami sudah lama bersekutu dan tunduk di bawah naungan negeri air."

Sin Jiu bejalan ke pojok belakang dan menyalakan lampu lentera yang menerangi sebuah tubuh manusia yang membiru.

"Mi Kuo!!", teriak Shen.

"Apa dia akan baik-baik saja?".

"Untuk saat ini kami hanya bisa menetralisir tubuhnya saja. Raja negeri tabib lebih ahli dalam pengobatan semacam ini, aku akan mengirim surat untuknya agar mau datang kemari.", ucap Sin Jiu, dia mengambil secarik kertas dan pena bulu, dia menulis di kertas itu dan menggulungnya.

Dia memberikan kepada penjaga agar menyuruh burung elang pembawa pesan untuk mengirim.

"Jadi dialah ksatria dewa?", ucap ksatria wanita itu.

"Dia beruntung dan juga menderita. Beruntung kare—", ucap ksatria yang memakai perban di mulutnya secara perlahan, lalu di potong oleh ksatria tombak tadi.

"Diamlah, kalau kau bicara, efek netralisir ini akan gagal.

Karena cara bicaramu sangat lambat dan halus, aku benci.", sahut ksatria tombak.

Sin Jiu hanya tertawa kecil melihat mereka berdua. Shen yang berwajah tak ceria lagi, terus memandangi tubuh Mi Kuo yang membiru dan rambutnya sudah sepenuhnya putih. Dia melihat bibir temannya itu mengering bagaikan tanah yang tandus, mata yang menghitam kelam.

"Tuan Shen, jangan khawatir, saya sudah mengirim surat ke kerajaan tabib, Raja tabib sendiri yang akan datang bersama alkemisnya.", kata Sin Jiu, tangannya memegang pundak Shen agar menenangkan hatinya.

"Tolong, usahakan dia kembali seperti semula. Dia baru saja memulai perjalanan mencari mutiara bintang, aku tak ingin dia gagal sebelum setengah perjalanan."

"Dia tak akan gagal, roda takdir sudah berputar, tak ada yang bisa menghentikannya kecuali sang maha kuasa. Dari tuan Shien Yi hingga tuan Lu Mang Da, tidak ada dari mereka yang gagal, aku yakin Mi Kuo akan berhasil, itu pasti."

Shen hanya mengangguk yakin, dia percaya apa yang sudah di gariskan pasti akan terjadi.

Dengan perkataanya sendiri, Sin Jiu mulai resah dengan ramalan yang dia lihat di mimpinya, tentang kehancuran dunia dewa.

Bersambung...