"Tuan Shien Yi adalah ksatria dewa pertama, dan dia memiliki kekuatan maha dahsyat di antara makhluk di bumi ini. Wajahnya itu mirip denganmu bocah asing.", ucap nenek Tan sambil merapikan sofa dari debu.
"Owh jadi dia yang mengawali nama Ksatria Dewa?", tanya Mi Kuo lagi.
"Iya dia orang yang baik, dulu kami suka bermain bersama di taman. Dia dan kakekku adalah sahabat yang tak terpisahkan.", jelas nenek Tan.
"Akan akan membuatkan teh hangat, duduklah dulu.", ucap nenek Tan dan pergi kedapurnya.
"Wah.. Kursi kayu berbentuk naga. Keren-keren", kata Mi Kuo melihat sofa kayu panjang dengan kepala naga di sisi kiri dan kanan.
"Enggak usah kaget, dia juga seorang leluhur kami para naga. Jadi wajar", sahut Shiun To dan melirik sofa kayu naga itu.
"Baiklah teh sudah siap.", ucap nenek Tan berjalan dari dapur dan membawa tiga cangkir teh hijau panas.
"Wah.. Terima kasih nek.", sahut Mi Kuo, dia membantu menaruh cangkir satu persatu.
"Jadi ada apa mencariku?".
"Mi Kuo tunjukan!", pintah Shiun To.
Mi Kuo menarik pedang katana dari sarungnya dan sekali lagi pedang itu bersinar. Nenek Tan terdiam sejenak melihat katana itu dan menghela nafas.
"Lalu?", tanya nenek Tan dengan wajah datar.
"Eh.. Gini nek, nenek tau cara menyembuhkan penyakit yang di derita raja Shiun To?".
"Penyakit? Kau sakit apa Shiun To?", tanya nenek Tan kepada Shiun To.
"Saya terserang racun lendir hitam milik Yue Ji.", jawab Shiun To dengan wajah masam.
"Jadi jalang itu kembali lagi ya?
Ehm.. Racun lendir hitam milik raja Chi Xien, kenapa Yue Ji bisa punya racun itu?".
"Chi Xien? siapa dia?", sela Mi Kuo.
"dia raja kaum lebah, dulu para hewan di hutan terpisah-pisah. sampai ratu peri mempersatukan mereka, dan ada dua kubu penguasa di hutan ini.
kubu daerah utara di kuasai oleh para kaum naga, karena menghubungkan langsung dengan laut tanpa batas.
dan daerah selatan, di kuasai ratu peri dan para hewan lain.", jelas Shiun To, " beberapa rakyat dewa hewan juga ada yang berpihak kepada kami, sampai akhirnya terjadinya pernikahanku untuk perdamaian itu."
"lalu kenapa aku tak melihat para rakyat naga?", tanya Mi Kuo.
"para rakyat naga saat perang dengan Yue Ji banyak yang tewas dan luka parah demi menahan Yue Ji yang membawa pasukan siluman dari alam siluman. jadi mereka sedang berada di kuil naga laut, untuk meregenarasi luka mereka."
"oh, jadi guncangan besar beberapa bulan lalu itu karena jalang itu kemari?", tanya nenek Tan. Shiun To hanya mengangguk.
"kemarin, dia datang lagi bukan? aku juga merasakan keberadaan kakekku."
mereka berdua hanya terdiam, walau begitu nenek Tan tahu kalau raja naga laut masih hadir di tubuh Mi Kuo.
"sudahlah lupakan—"
"Dia ingin membalas dendam kepada Xien Ji waktu perang tiga bulan lalu.", Jawab Shiun To.
"karena rasa cemburunya, tidak dapat tahta, cintanya di renggut juga.", sahut nenenk Tan.
"Nek, gimana cara menyembuhkan racun itu?", tanya Mi Kuo.
"Aku tak begitu tau, karena leluhur naga sendiri merahasiakannya.", balas nenek Tan dengan menggelengkan kepala dan berwajah lesu.
"Huft.. Jadi gimana Mi Kuo?".
Mi Kuo hanya terdiam dan berlagak seperti berpikir, padahal dia sendiri bingung apa yang harus di lakukannya.
"Shiun To, cepat buka bajumu", pintah nenek Tan.
"Apa? Buka baju?", tanya Shiun To kaget dengan permintaan nenek Tan.
"Nek, kami tau nenek memiliki tubuh yang indah, tapi apa pantas dengan raja Shiun To yang sudah menikah dengan ratu Xien Ji?", tanya Mi Kuo.
"Aku bukan ingin melakukan hal negatif bodoh, aku ingin melihat penyakit milik Shiun To. CEPAT BUKA BAJUMU!!".
"Ah.. Baik-baik..", balas Shiun To, langsung dia cepat-cepat mencopot semua zirahnya dan melapas bajunya.
Nenek Tan lalu memegang pundak Shiun To dengan erat, dan seketika peredaran darah di tubuh Shiun To tegang dan muncul dengan warna biru.
"Aaaa...! Aaa...!", erang Shiun To kesakitan
"Lihatlah, racun itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu. Bagian paling para adalah paru-parumu, jika tidak di hilangkan dengan cepat, takutnya membuat paru-paru penuh dengan racun.", jelas nenek Tan.
"Tapi bukannya raja Shiun To hanya tergores sedikit?", tanya Mi Kuo.
"Racun ini hidup seperti virus, lama-kelamaan akan membunuh si korban. Kita para dewa untung-untung bisa menahan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, kalau saja manusia biasa hanya menghirup aroma racun sudah membuat tubuh membusuk.", jelas nenek Tan lagi.
"Waah.. Serem banget.", ucap Mi Kuo kikuk.
"Aaa.. Nek apa bisa kembalikan peredaran darah ini semula?", ucap Shiun To sambil menahan sakitnya peredaran darah yang di tegangkan oleh nenek Tan.
"Baiklah.", nenek Tan langsung menusuk punggung Shiun To dengan jari telunjuknya, dan seketika Shiun To tergeletak lemas.
"Sebentar, jika kita mau membagi sedikit energi leluhur naga yang ada di pedang ini, kenapa tidak kita tusukan saja ke Shiun To?".
"Apa kau gila, bisa mati aku.", sahut Shiun To.
"Kita belum cobakan? Kau juga seorang dewa enggak mungkin mati konyol seperti itu.", ucapnya dan mengarahkan pedangnya kearah Shiun To yang berada di sampingnya.
"Tunggu-tunggu Mi Kuo, jangan kau—".
Croot..
Tanpa basa-basi Mi Kuo langsung menusukan pedangnya ke dada Shun To.
"Mi—Ku—O... Kaau...", ucap Shiun To dan darah terus mengalir dari mulut dan dadanya.
Tiba-tiba Shiun To tergeletak dan tak sadarkan diri.
********
"Agh.. Ada apa ini?", tanya Shiun To yang baru siuman.
"Sudah sadar?".
"Mi Kuo? Aku masih hidup? Bukannya—", ucapnya dan melihat dadanya yang tak ada bekas luka apapun.
Mi Kuo mengambil secangkir tehnya tadi dan mencelupkan sebuah pil hijau kedalamnya.
"Nih minum, pil nenek Tan ini bisa mengembalikan energi seorang dewa.", katanya sambil menyuguhkan teh tadi.
Shiun To meminum teh itu dan langsung tubuhnya merasa segar kembali.
Dia melirik ke dapur karena mendengar suara dua wanita yang bercakap-cakap.
"Itu siapa di dapur?".
"Ratu Xien Ji, dia sedang membantu nenek Tan membuat makanan untuk kita.", jawab Mi Kuo sambil menuang teh ke cangkirnya.
"Pestanya?", tanya Shiun To dan berdiri dari tidurnya.
"Kau pingsan seharian, jadi pestanya sudah selesai dari tadi. Sekarang Lilie dan Shen membantu membereskan pesta di istana, nanti juga kesini kalau selesai.", jelas Mi Kuo sambil menikmati tehnya.
"permisi nenek Tan..!".
teriak seseorang dari luar dan suaranya tak asing di telinga Mi Kuo.
"Masuk aja!", balasnya.
Pintu terbuka dan terlihat Lilie, Shen serta Tien Feng berdiri. Mereka masuk dan duduk di kursi sofa naga.
"Yang mulia, bagaimana keadaan anda?", tanya Tien Feng.
"Tenang, aku baik saja, Energiku sudah pulih juga".
"Oh..Sudah datang semua ya?",
Ucap Xien Ji yang keluar dari dapur bersama nenek Tan membawakan kue dan minuman untuk di nikmati bersama.
"Sini kubantu Xien Ji.",
Lilie mengambil piring kue itu dan menaruh di meja satu persatu.
"Waah.. Makanan lagi?", ucap Shen bahagia melihat makanan yang di bawakan Xien Ji.
Mereka menikmati kue dan minuman bersama. Melihat itu nenek Tan senang karena bisa melihat orang-orang yang peduli dengannya dan tak melupakan seorang leluhur yang sudah tak berperan apapun di dunia dewa.
"Shiun To tubuhmu sudah energik kembali?".
"Sudah nek, terima kasih pilnya dan semua ini.", jawab Shiun To.
"Sini biar kulihat lagi aliran darahmu."
Shiun To melepas kembali kausnya dan nenek Tan menekan pundaknya. Dia mengerang seperti naga yang kesakitan, pembuluh darahnya muncul di permukaan dan tak lagi bewarna biru gelap.
"Lihat kan, caraku ampuh tau.", ucap Mi Kuo sambil menepuk punggung Shiun To.
"Aaarrgh...!", teriak Shiun To kesakitan.
"Hei jangan sembarangan, pembuluh darah memang terlihat kencang dan kuat. Tapi jika di tegangkan seperti ini, dan di pukul itu akan putus.", jelas nenek Tan dan melepas cengkeramannya dari pundak Shiun To.
Tubuhnya kembali normal dan pembuluh darah kembali seperti semula.
"Aww.. Rasanya seperti tersambar puluhan petir.", ucap Shiun To, dia terus mengelus-elus tubuhnya agar otot tegangnya tak terasa.
"Yang mulia, aku senang kau sehat kembali. Tapi kenapa kau rahasiakan hal ini kepada kami semua?", kata Xien Ji yang memeluk suaminya itu.
"Maafkan aku Xien Ji, aku tak ingin membebani negri ini dengan kabar bahwa aku menderita racun itu. Makanya aku hanya bilang bahwa aku terserang penyakit paru-paru layaknya manusia.", jelas Shiun To.
"Semua sudah selesai di sini, dan kami sepertinya harus melanjutkan perjalanan lagi.", Ucap Mi Kuo yang melirik Lilie sedang duduk melamun.
"Mencari mutiara bintang?", Tanya Tien Feng.
"Tak hanya itu, kami juga harus menyelamatkan seseorang.", ucap Mi Kuo sambil menggelengkan kepalanya.
"Seseorang? Siapa?".
"Pangeran LiXun, dia di bawa lari oleh putri api.", balas Mi Kuo dan memegang tangan Lilie untuk memenangkan hatinya.
"Baiklah, pelayan akan siapkan perlengkapan kalian. Dan aku minta untuk tunda dua hari saja untuk menyiapkannya.", ucap Shiun To.
Mi Kuo mengangguk dan senyum di wajahnya. Mereka kembali ke istana saat suasana malam yang tenang.
•
•
•
BERSAMBUNG...