Dua hari berlalu sejak kesembuhan Shiun To.
Lilie memeriksa perlengkapan yang di bawakan oleh Shiun To sudah benar, mereka membawa sebuah tas kecil tetapi bisa untuk menampung apapun secara ajaib.
Mereka bertiga bersiap untuk melanjutkan perjalan, dan menunggu Shiun To untuk perpisahan mereka di gerbang perbatasan.
"Hei mana kuda putih? Apa kau melihatnya?", tanya Lilie kepada kedua temannya.
"Panglima Tien Feng katanya sedang membawanya kemari.", jawab Shen.
Dari kejauhan terdengar suara derapan kaki kuda berlari, di temani dengan suara ringkikan yang tak asing bagi telinga mereka bertiga.
Kletak! Kletak! Kletak!
"Woaaah... Kuda putih?", ucap Shen kaget melihat kuda putih dengan wujud dan pakaian barunya.
Di kepalanya tumbuh dua buah tanduk naga, dan pakaian kuda berwana putih, pelindung kaki besi, dan sadel dengan lampiran kain sutra bermotif naga dan kupu-kupu.
"Pakaian ini adalah kenang-kenangan untuk kuda putih kalian. Dia telah lulus pelatihan kuda yang di latih langsung oleh panglima centaur, dewa setengah kuda.", Jelas Tien Feng.
"Terima kasih panglima.", ucap Shen bahagia dan memeluk erat kuda putih.
"Hei ini kudaku, kenapa kau yang memeluknya?", sahut Lilie.
"Aku yang memberi makan waktu di desa, dan merawat luka di kakinya. Kau bahkan tidak tau dia terluka kan?".
"Sudah-sudah. Panglima Tien Feng, terima kasih sudah menjadikan kuda putih menjadi seperti ini.", ucap Mi Kuo kepada Tien Feng dan menjulurkan tangannya.
"Sama-sama sang ksatria, sama-sama.", ucapnya sambil menjabat tangan Mi Kuo.
Terlihat keramaian yang menyusul Tien Feng. Rombongan Raja Shiun To dan Ratu Xien Ji datang dari istana untuk mengucapkan perpisahan kepada mereka.
"Ehm.. Kalian sungguh menunggu kami? Aku sungguh senang melihat kalian rela menunggu kami di gerbang perbatasan.", ucap Xien Ji yang turun dari kereta kudanya.
"Sang ksatria dewa, Putri air Lilie, dan.. Sang dewa api Shen. Kami semua mendoakan kalian agar selamat dan berhasil melakukan tugas berat ini.", ucap Shiun To dan berlutut di hadapan Mi Kuo di ikuti semua orang di belakangnya.
"Tunggu Shiun—".
"Tak apa, kami berlutut untuk menghormati tradisi alam dewa. Jadi..", Shiun To bangun dan menarik kerah jubah Mi Kuo, "Kau jangan coba melarangku!".
"Ehm.. Baiklah kalau itu mau kalian, Dan.. Terima kasih atas doanya. Terima kasih", ucap Mi Kuo sambil tersenyum bahagia.
Shen berjalan ke arah gerombolan dewi kelinci untuk menghampiri Tu Zi. Dia memegang tangan Tu Zi dengan erat.
"Aku akan pergi untuk membantu Mi Kuo mencapai tujuannya. Tapi aku berjanji setelah ini selesai aku akan kembali dan kita bisa hidup bersama selamanya.", ucap Shen.
Tu Zi hanya senyum dan memandangi Shen.
"Tenanglah nona kelinci, dia bukan jenis tukang ingkar.", teriak Mi Kuo.
Semua orang tertawa mendengar itu.
"Aku akan selalu mengirim pesan kepadamu, jangan khawatir. Aku akan merindukanmu Tu Zi."
"Aku juga Shen, aku juga akan merindukanmu. Tapi.. Jangan sering mengirim pesan kepadaku.", ucap Tu Zi dengan muka masam.
"Kenapa?", tanya Shen penasaran.
"Kau akan membuat elang penyampai pesan lelah karena membawa pesanmu.", jawab Tu Zi dan tertawa.
Shen tersenyum dan langsung memeluk tubuh dewi kelinci yang imut itu dengan erat.
"Ayolah bung, tahan dulu sampai aku menyelesaikan tugasku.", ucap Mi Kuo lagi.
"DIAM KAU PIRANG!",teriak Shen kesal, "baiklah aku pergi."
Mereka mulai berjalan dan Shen menarik kuda putih yang sudah berubah wujud dari kuda perang menjadi unicorn biasa.
Mereka memulai kembali perjalanan dengan hati gembira seperti biasa.
Mi Kuo menyentuh peta lagi dan tanda cahaya berada tepat di tengah gambar wilayah negri mimpi.
"Hei kalian, ini negri apa?", tanya Mi Kuo kepada dua temannya.
"Itu negri mimpi, setelah ini kita akan sampai di lembah terkutuk, di seberang lembah kita akan sampai di negeri mimpi.", jawab Shen yang menarik kuda putih.
"Katanya negri mimpi terhubung dengan dunia manusia ya? Dan raja mimpi yang sekarang Sin Jiu, meramal tentang kehancuran alam dewa.", ucap Lilie.
"Apa? Kehancuran? Apa karena diriku yang menjadi pemimpinnya, alam dewa akan hancur?", tanya Mi Kuo.
"Aku enggak tau, tapi memang itu yang dia katakan, dan ramalannya selalu tepat dan tidak meleset.", sahut Shen.
Mendengar itu Mi Kuo mulai merasa takut dan terus memikirkan perkataan dua temannya.
"Kita bisa pastikan saat bertemu Raja Sin Jiu.", ucapnya dengan wajah suram.
"Tenanglah dia juga bilang, bencana itu tidak akan datang dalam waktu dekat. Masih panjang tapi pasti akan terjadi.", ucap Shen menenangkan pikiran Mi Kuo.
"Aku berharap begitu.", balas Mi Kuo pasrah.
********
Di negri api, kabar burung menyampaikan bahwa Yue Ji telah binasa di tangan Mi Kuo menjadi perbincangan para petinggi negri api dan keenam panglima negri api.
Raja api yang duduk di singgasananya terlihat santai seakan-akan sudah tau hasil pertempuran itu.
"Yang mulia—", ucap raja siluman dan di potong oleh raja api.
"Aku tau yang ingin kau katakan. Ksatria dewa memanglah terkuat, tapi kita bisa memanfaatkan kekuatan yang tak bisa dia kendalikan itu menjadi senjata untuk melawannya.", sahut raja api.
"Apa maksud ayahanda?", ucap Hou Yi.
"Kita manfaatkan kemarahannya untuk mengalahkan dirinya sendiri. Sekarang dia bersama dengan putri air Lilie, dan si pengkhianat licik Shen. Jika kita bisa memancing roh gelap naga laut untuk keluar dan marah, dia tidak akan tahu lawan maupun kawan, dia juga akan mengahancurkan semua yang ada di sekitarnya.", jelas Raja api.
"Dia sekarang menuju negri mimpi ayah.", sahut Shung Khang.
"Apalagi negri mimpi, semua kerajaan di alam dewa ini menghormati negeri mimpi karena itu salah satu negri yang menghubungkan kita dengan tuhan. Jika Mi Kuo merusak negri mimpi, aku yakin dia akan di benci oleh negeri lainnya dan.. Dia akan kesulitan menjadi ksatria dewa.", jelas Raja api.
"Yang mulia, negeri mimpi adalah salah satu daerah yang pernah saya bikin kacau. Mungkin anda setuju jika saya yang pergi untuk membuat Mi Kuo mengeluarkan roh gelap naga laut.", sahut Ratu phoenix hitam yang berdiri dari kursi duduknya.
"Tak semudah itu, ratu phoenix. Peramal kita mengatakan hal baru, bahwa Mi Kuo adalah reinkarnasi dari Tuan Shien Yi. Sang ksatria dewa pertama, yang menyegel Raja segala dewa Lien Jie.", tutur Raja api dengan raut wajah serius.
"Percayalah pada saya yang mulia, Mi Kuo bukanlah tuan Shien Yi, Dia hanya kebetulan wujudnya mirip tuan Shien Yi.
Saya tidak akan memalukan seperti Yue Ji.", ucap ratu phoenix hitam, dia langsung pergi keluar istana gunung berapi dan terbang menuju Mi Kuo berada.
"Ehm.. Dia selalu meremehkan musuhnya dan membanggakan dirinya.", sela raja siluman, melihat kesombongan ratu phoenix.
********
Setelah menempu perjalanan yang lama, Mi Kuo dan kawan-kawannya sampai di lembah terkutuk, disini lah tempat Raja segala dewa Lien Jie dan Ksatria dewa pertama Shien Yi bertarung selama ratusan tahun tanpa henti.
"Hei kita sampai, lembah terkutuk.", ucap Shen dan menghentikan kakinya di belakang patung raksasa yang saling berhadapan.
"Patung siapa ini? Besar sekali?", tanya Mi Kuo, dia berjalan dan memandangi patung yang berpose memasang kuda-kuda bertarung.
"Ini patung tuan Shien Yi dan seberang itu Raja Lien Jie.", jawab Lilie.
"Istirahat dulu disini ya, capek tau dari tadi pagi narik kuda putih terus, Kalian enggak mau gantian juga.", ucap Shen sambil duduk di bersandar di belakang patung raksasa itu.
"Lilie minumannya tolong, tenggorokan manusiaku sedang musim kemarau nih.", kata Mi Kuo meminta botol minuman kepada Lilie.
Lilie melempar botol es yang berisi air itu ke Mi Kuo, dan dia langsung meneguk air itu sampai habis.
"Hei aku minta juga donk", ucap Shen menarik tangan kanan Mi Kuo yang memegang botol itu di atas mulutnya, "dari tadi aku yang kelelaham, kau yang minum—KURANG AJAR, MALAH DI HABISIN!", teriak Shen melihat botol es sudah kosong.
"Hehe.. Maaf aku kehausan.", ucap Mi Kuo sambil ketawa-ketiwi seperti tidak punya dosa.
"BERANINYA KAU PIRANG..! DARI TADI AKU YANG NARIK KUDA..!", omel Shen sambil menarik-narik kerah jibah Mi Kuo.
Lilie tertawa melihat dua orang itu, dia lalu mengeluarkan tiga botol es lagi dan ditaruhnya di depan mereka berdua.
"Nih, masih banyak kok tenang aja. Botol ini akan terisi oleh air dengan sendirinya kok."
"Jadi kita bisa minum kapanpun?".
"Ehm.. He'em."
Mereka bersulang dan minum air itu bersama-sama di bawah teriknya matahari.
di sisi lain, Ratu Phoenix sudah mengetahui keberadaan mereka melalu mata burung-burung yang berterbangan.
•
•
•
•
BERSAMBUNG...