Chereads / The Knight God / Chapter 16 - Chapter 15 ( Hitamnya Malam)

Chapter 16 - Chapter 15 ( Hitamnya Malam)

"Ssyyaahh...", teriak Mi Kuo membuka pertempuran dengan ayunan pedangnya.

Sliing...  Slliing..

Suara goresan pedangnya yang saling bertabrakan dengan senjata pasukan peri hitam. Pasukan para hewan menyerang mereka dengan kekuatan murni tanpa menggunakan senjata.

"Weh..  Apa-apaan ini, jumlahnya banyak sekali.", kata Shen yang bertarung di belakang Mi Kuo.

Mi Kuo membalas dengan menyeringai saja.

"Woy.. Siapa dari kalian yang terkuat?", ucap seorang laki-laki dengan tanduk kambing di kepalanya dan sayap hitam yang mengepak-ngepak mendatangi Mi Kuo dan Shen.

"Ehm..  Kau saja yang tentukan.", balas Mi Kuo, lalu maju menghadapi orang itu.

Mi Kuo melompat dan mengayunkan pedang dari atas. Sayap laki-laki tadi manutup tubuhnya sebagai perisai.

Laki-laki tadi menyeringai lalu melesat terbang menghindari Mi Kuo, dia terbang dan menyambar Mi Kuo, mencekik lehernya lalu membawanya ke langit-langit.

Peri hitam itu, langsung melesat kebawah seperti merpati yang akan memasuki sangkarnya. Dia turun seceFeng. anak panah, dan langsung menghantamkan kepala Mi Kuo ke tanah.

"Kekeke... Ksatria dewa apanya, bahkan aku belum mengeluarkan seperempat tenagaku.", kata peri hitam itu menyeringai.

"Apa hantaman seperti ini bisa membunuhku?", tanya Mi Kuo dan mencoba menarik kepalanya dari tanah.

'Untung tadi tidak sekeras tendangan si rambut merah.', ucapnya dalam hati.

"Oh..  Masih hidup ternyata. Cukup bagus untuk seorang manusia.", kata laki-laki itu dengan senyum jahat.

"Terserah, ayo selesaikan.", Mi Kuo berdiri dan mengambil katananya yang jatuh di samping kanannya.

"A—YO!", ucap pria itu dan langsung melesat terbang ke arah Mi Kuo.

Mi Kuo pun melesat dengan teknik udaranya.

********

Di sisi lain perang, Tien Feng kesulitan mengahadapi Ratu peri hitam, Yue Ji.

Yue Ji yang terus menyerang Tien Feng dengan panahnya, Yue Ji hanya menggores-gores tubuh Tien Feng agar dapat melihatnya mati kehabisan darah.

"Sudahlah Tien Feng, kekuatanmu itu tak sebanding denganku. Aku sebenarnya tak ingin melakukan ini, tapi kau yang memaksaku.", kata Yue Ji

"Emh.. Agh.. Kau sudah membuat—kekacauan di sini. Sebagai panglima aku—Aku tak akan tinggal diam.", kata Tien Feng terbatah-batah karena menahan rasa sakit. mulutnya memuntahkan darah terus-menerus.

"Kekacauan, apa ledakan yang menghancurkan sepertiga hutan itu kau sebut kekacauan. Ehem.. Itu hanya partai pembuka.", ucap Yue Ji menyeringai, dan menutup sebelah matanya.

"Sial.. Lukaku semakin melebar jika seperti ini aku bisa mati.", gerutu Tien Feng.

Yue Ji menarik kembali panahnya, dan menembakkan ribuan panah sekaligus ke arah Tien Feng.

Xien Ji yang terbang menghampiri medan perang, melancarkan sihir gelombang musik untuk menahan ribuan panah Yue Ji yang tertuju ke Tien Feng.

"apa?", Tien Feng menoleh dan melihat Xien Ji terbang dengan harpanya.

"Yue Ji, kenapa kau melakukan kekacauan kembali?",

tanya Xien Ji.

"Mungkin kau sudah tau kenapa aku melakukannya, itu karena kau yang merebut semuanya dariku!", jawab Yue Ji, dia langsung menembakan panahnya ke arah Xien Ji.

Xien Ji menahannya dengan sihir gelombang musik miliknya.

Yue Ji menyerang menyerang dengan membabi buta, dan hampir membuat Xien Ji kuwalahan. "Hahaha, sihirmu memang tak berguna dari dulu. Mending kau mati saja menyusul ibu, Xien Ji."

"Yue Ji, aku tidak merebut apapun darimu, ibunda sendiri yang memutuskan semuanya. aku hanya mengikuti perkataannya, Yue Ji. Kumohon padamu."

"DIAM KAU! kau sudah merebut tahta ratu peri, kubiarkan itu menjadi milikmu. tapi, kau juga mengambil orang paling kucintai, kau pantas mati. XIEN JI!", Yue Ji semakin membabu buta, Yue Ji hampir tak bisa menahan hujanan panah dari Yue Ji. Tien Feng membantunya dengan mengepakkan sayapnya agar panah itu terpantal.

********

"Huff.. Huff... Huff, cukup menarik ya, tanduk kambing", ucap Mi Kuo yang terengah-engah.

"Agh..  Kau sialan!".

"Akan ku akhiri sekarang.", kata Mi Kuo sambil memasang kuda-kudanya.

"Hah?".

"Aliran air.... Teknik ke dua" , gelombang air mulai berputar di sekitaran Mi Kuo, "TEBASAN AIR!"

Mi Kuo melesat dan tak terlihat. Peri hitam tadi bingung dan merasakan seperti tubuhnya mulai merasa perih di bagian perutnya, dan ya.. Tubuh peri itu terbelah.

Tanpa ia sadari Mi Kuo sudah berdiri di belakangnya.

"Bagaimana bisa... Siaal!", kata-kata terakhir yang keluar dari peri hitam dengan tubuh kekar itu.

Darah hitamnya keluar seperti air mancur taman, membasah jubah biru muda milik Mi Kuo.

"Selanjutnya, ratunya.", ucap Mi Kuo.

Dia berlari menuju tempat Xien Ji dan Yue Ji bertarung. Para pasukan hewan dan peri hitam saling menyerang satu sama lain. Salah satu komandan peri hitam memerintahkan pasukannya untuk memburu Mi Kuo.

"SEMUA..  HABISI LAKI-LAKI ITU!", teriak komandan mereka.

Para pasukan peri hitam terbang ke arah Mi Kuo, dan ingin menyerangnya langsung dari udara.

"Aliran air... Teknik ke empat.

PUSARAN AIR!".

Mi Kuo berputar dan membentuk sebuah pusaran air yang besar.

Para peri yang menyerang, terpental dan mati terbelah,

pasukan lainnya terus mencoba memaksakan dirinya untuk mendekati pusaran air itu.

"Semuanya, beri dia bulu baja!", teriak komandan peri hitam.

"HUJAN BULU BAJAAA...! ", sayap-sayap peri hitam menembakkan bulu-bulu lancip ke arah pusaran air itu.

Tapi pusaran itu terlalu kuat, bulu-bulu baja itu terpental kembali mengenai pasukan peri hitam.

Tubuh mereka tersayat dan tertusuk bulunya sendiri, mereka terjatuh dan mati seketika.

********

"Yang mulia ratu, panglima tanduk, Telah meninggal!", kata salah satu prajurit yang memberi pesan.

"Apa kau bilang, Fuu Fan mati?", tanya Yue Ji.

"Ya, yang mulia.", jawab prajurit peri hitam.

"Yue Ji, hentikan semua ini.", ucap Xien Ji yang terengah-engah setelah menahan hujanan panah Yue Ji.

"Kaliaan...  KALIAN TELAH MEMBUNUH ORANG YANG PALING KUPERCAYA, KURAANG AJARR...!".

Yue Ji marah, matanya berubah menghitam. Di sekitar tubuhnya keluar sebuah aura-aura hitam, yang semakin lama semakin membesar hingga tubuh Yue Ji tertutup.

Semua orang di kagetkan dengan aura hitam itu, dan seketika perang berhenti sejenak.

"A—apa itu?", tanya Mi Kuo.

Aura hitam perlahan-lahan mulai menghilang.

Tubuh Yue Ji berubah, kakinya berubah menjadi cakar burung, tangannya berubah menjadi sayap kelelawar.

Tubuhnya menggelap, tumbuh taring besar di mulutnya dan di kepalanya tumbuh sebuah tanduk bergerigi mengitari kepalanya.

"MI KUOOO...  MATI KAUU... !".

Yue Ji yang sepenuhnya sudah menjadi siluman, melesat menyerang Mi Kuo dengan cakar kakinya.

"Woah..", Mi Kuo menunduk menghindari terkaman Yue Ji.

"Yue Ji, kenapa kau jadi seperti ini?", tanya Xien Ji yang syok melihat kakaknya berubah menjadi siluman.

Yue Ji yang sudah di butakan dengan amarah tak nemperdulikan apapun, di kepalanya hanya ada membunuh dan membunuh.

"Arrgh...  Aaaaa...! MI... KUOO..!".

********

Lilie yang menjaga gerbang bersama pasukan peri petarung kebingungan, dengan aura jahat yang menyebar keseluruh hutan.

"Kekuatan apa ini, apa yang terjadi di sana?", tanya-tanya Lilie.

"Putri air, coba lihat di tempat mereka berperang.", ucap Hua Ru panglima peri petarung.

Lilie memandangi arah medan perang, dengan hati cemas.

Shiun To yang sedang berbaring merasakan kekuatan yang tak terduga, dia langsung bangun dari tidurnya dan hendak keluar kamar.

Dia tak sengaja menyenggol gelas kaca di sampingnya. Kakinya yang lemas tak bisa menopang tubuhnya, dan dia pun jatuh dari ranjangnya.

Para pasukan peri petarung yang menjaga ruangan Shiun To sontak langsung memasuki ruangan dan melihat rajanya terjatuh.

"Yang mulia, kenapa anda memaksakan diri? Tubuh anda masih lemas, lebih baik berbaring saja.", kata salah satu penjaga dan mengangkat tubuh Shiun To duduk ke ranjangnya.

"Aura hitam apa itu?", tanya Shiun To.

Para penjaga hanya terdiam dan menggelengkan kepalanya.

Shiun To langsung berdiri walau tubuhnya lemas dia memaksakan diri untuk berjalan.

"Yang mulia?".

"Aku akan memeriksanya, bantu aku berjalan.", sahut Shiun To.

Mereka bertiga keluar istana dan mendapati Lilie bersama puluhan peri petarung menjaga gerbang istana.

"Yang mulia putri air, apa terjadi sesuatu?", tanya Shiun To keluar dari gerbang istana hutan berjalan ke arah Lilie.

"Raja naga? Kenapa anda keluar, anda masih—".

"Tidak apa-apa, aku baik saja putri.", potong Shiun To.

"Ehm..  Jangan memaksakan diri jika tidak kuat.", ucap Lilie sambil menghela nafas.

Mereka sama-sama memandangi arah medan perang, yang lama-kalamaan aura hitam semakin pekat.

********

Yue Ji yang berubah menjadi siluman terus berusaha menerkam Mi Kuo dengan cakar raksasanya.

"Hufft..  Hufftt.. Apa-apaan ini? Kecepatannya sungguh gila dengan tubuh besar itu.", eluh Mi Kuo yang kecapekan menghindar dari terkaman Yue Ji.

"Semua pasukan, serang Yue ji!", teriak Xien Ji.

"HYYAAAA....!  HOORAAA...!", Teriak para pasukan maju menyerang Yue Ji. Para pasukan peri hitam juga maju untuk menghalangi pasukan hewan mendekati Yue Ji dan Mi Kuo.

"Aarrghh.... Dasar bodoh. Tidak tahu batasan diri..!", ucap Yue Ji dan langsung menginjakan kakinya ke tanah dengan keras.  Membuat tanah retak dan membelah, para pasukan hewan terjatuh ke lubang retakan itu.

"Ratu peri, perintahkan pasukanmu mundur! Aku akan menghadapi makhluk ini sendiri, atau tidak suruh pasukanmu menghalang para peri hitam!", teriak Mi Kuo mencoba bangkit dari kelelahannya.

"Baik! Kalian dengar itu, halangi pasukan peri hitam!", ucap Xien Jie kepada pasukannya.

"Yue Jiee..! Sini hadapi aku jika kau berani brengsek...!",teriak Mi Kuo memprovokasi Yue Ji.

"Argh.. Manusia rendahan kurang ajar!",sahut Yue Ji.

Dia langsung terbang melesat ke arah Mi Kuo.

"Apa—".

Whussh...

Yue Ji mencengkeram kepala Mi Kuo dan membawanya ke langit.

"MATI KAAU...!", teriak Yue Ji yang langsung melesatkan tubuhnya kebawah dan mengarahkan tubuh Mi Kuo kebawah.

Brruaak...!

Yue Ji mengantamkan tubuh Mi Kuo dengan kerasa hingga membentuk lubang di tanah, membuat tanah di hutan longsor kelubang di mana Mi Kuo berada.

Tubuhnya tertimbun tanah, akibat longsoran itu.

"Kekekeke...  Ksatria dewa apanya? Dengan begitu saja sudah mati. Kekekeke..", ucap Yue Ji sambil menertawakan Mi Kuo yang tertimbun tanah itu.

Xien Ji dan yang lain syok..  Melihat kejadian itu. Semua terkejut kecuali para pengikut Yue Ji, yang tertawa terbahak-bahak bersama ratunya.

"Apa?", ucap Xien Ji yang menjatuhkan harpanya.

"Ksatria!", ucap Tien Feng yang berdarah-darah di depan pasukan.

"Hahaha... Sekarang raja api akan mendapatkan kekuasaan atas alam dewa ini," ucap Yue Ji bahagia. "Dan aku mungkin akan mendapat gelar tinggi atau sejenisnya. Kekekeke"

********

"Putri air kau kenapa?", tanya Shiun To.

"Aku—aku mencemaskan mereka.", jawab Lilie.

Shiun To hanya terdiam dan menghembuskan nafas.

"Aku harus kesana."

Ucap Lilie dan langsung melompati pohon,pergi arah medan perang.

"Putri air?", teriak Shiun To.

BERSAMBUNG...