"Eh iya, kalian ikut ekstrakurikuler dance ga?", tanya LJ.
"Eungg sebenernya iya, tapi kita jarang ikut latihan. Jadi, kita ga tau masih dianggap anggota apa bukan.", jawab Alex sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Dan makanya kita juga ga sebut dance jadi ekstrakurikuler kita.", CL juga ikut menggaruk pelipisnya.
"Kok ga ikut latihan terus? Kan kalian sekolah. Dan pastinya ada jadwal latihan.
"Kitanya males, lu juga tau sendiri kita ambil ekstrakurikuler juga ga tulu s niatnya. Dan ya, kita seharusnya ikut jadwal latihan, tapi kita kabur melulu.", sambung Alex.
"Yaudah ayo coba ke sana. Gua mau ambil itu deh kayaknya. Kayaknya seru gitu dance."
"Serius?"
"Iya kalo emang ga cocok, nanti gua keluar."
"Yaudah ayo dah."
Waktu belajar sudah berakhir semenjak dua puluh menit yang lalu. Kini CL, Alex, dan LJ berada di ruang pelatihan untuk ekstrakurikuler dance. Di ruangan itu banyak siswa siswi yang sedang berlatih dan ada juga yang sedang melatih anggota baru di sana.
Alex dan CL tidak sedikit pun memiliki niat untuk ikut berlatih gerakan-gerakan yang diiringi alunan musik berbagai genre itu. Walaupun seharusnya mereka ikut, tapi kedua anak itu tidak ingin. Mereka hanya ingin bertemu ketua dari team dance dan memberitahu bahwa ada satu anggota baru yang akan bergabung. Sudah itu saja, tidak lebih.
Alex berjalan terlebih dahulu menuju pinggir lapangan indoor tersebut diikuti CL dan LJ.
"Eh itu kan CL sama Alex."
"Eh aduh cuci mata gua."
"Gila cantik banget si CL. Alex juga ganteng banget."
"Duh berasa di surga."
Itulah beberapa omongan siswa siswi yang tengah beristirahat di pinggir lapangan juga saat melihat kehadiran primadona sekolah. Alex dan CL yang mendengarnya tidak bisa melakukan apapun, sedangkan LJ hanya mengikuti apa yang dilakukan kedua sahabatnya.
Ketiganya duduk disana, menunggu orang yang ingin ditemui datang. Tatapan siswa siswi yang berada disana masih tertuju ke ketiga anak tersebut. LJ merasa bahwa tatapan tersebut lebih banyak tertuju padanya, dan dia juga mendengar beberapa bisikan siswa siswi disana yang membicarakannya perihal kejadian tadi pagi.
"Eh itu kan yang tadi berantem sama Louis."
"Itu siswi baru yang tadi duel sama Rebecca di kantin kan?"
"Wah gila, ga nyangka. Dia cantik cantik tapi sangar ya."
"Gua denger si Louis ga bisa nulis di kelasnya gara-gara siswi baru itu."
Beberapa bisikan itu terdengar oleh LJ. Seharusnya besok saja dia bertemu dengan ketua team ekstrakurikuler ini. Di saat tidak ada jadwal latihan para dancer.
Akhirnya suasana hati LJ kembali buruk. Dia menghembuskan napasnya kasar, menundukkan kepala, dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sebenarnya dia tidak peduli dengan omongan omongan tersebut, tapi kejadian yang dibahasnya lah yang membuat suasana hatinya menjadi buruk.
CL yang berada di samping LJ dan melihat kondisi sahabatnya pun mengelus punggung LJ. CL sangat mengerti apa yang rasakan LJ. Dulu ia juga pernah melakukannya bahkan lebih parah. Anak perempuan itu pernah hamper mematahkan tangan gurunya karena guru tersebut ingin melecehkannya saat waktu istirahat berlangsung. Dimana kelasnya hanya ada dirinya dan sang guru. Lebih parahnya tidak ada yang percaya kepadanya bahwa dialah korbannya.
"Udah jangan dipikirin, anggap aja omongan iblis.", LJ mengangguk dan mendongakkan kepalanya kembali.
"Udah nunggu lama?", tiba-tiba suara laki-laki yang cukup berat masuk ke dalam indra pendengaran ketiga anak yang sedang duduk. Ketiga anak itu langsung menoleh ke arahnya dan segera bangkit dari duduknya. akhirnya orang tersebut datang.
"Ga lama banget sih. Mungkin baru sepuluh menit?", jawab Alex sedikit menimang omongannya.
"Baguslah. Oh ya ada apa?"
"Ini cuma kasih tau ada siswi baru yang mau gabung disini."
"Who?"
Alex menolehkan kepalanya dan menatap LJ yang sedang menatap kedua orang yang tadi berbincang.
"Dia.", ucap Alex sambil menunjuk LJ.
"Dia murid baru apa anggota baru?"
"Murid baru disini. Baru aja hari ini dia mulai sekolah."
"Oh."
"Dia sepupu gua, namanya Lathaya Jossie panggil aja LJ.", orang tersebut menganggukkan kepala.
"Hugo Delomora, just call me Hugo.", ya ketua team dance disana adalah Hugo Delmora, siswa kelas sebelas.
"LJ.", ucap LJ sambil menyambut uluran tangan Hugo.
"Oke kalo gitu, ayo ikut dulu!"
Ketiganya pergi mengikuti langkah Hugo. LJ yang bingung pun menatap CL dan menaikkan kedua alisnya sebagai tanda ia bertanya akan kemana mereka pergi. CL yang mengerti hanya tersenyum dan merangkul bahu LJ lalu melangkahkan kaki mengikuti Alex dan Hugo yang sudah melangkahkan kaki terlebih dahulu.
Mereka sampai pada sebuah ruangan yang cukup luas. Tidak ada satupun anggota yang berada disana walaupun ruangannya bisa digunakan untuk berlatih dance. Mungkin ruang pelatih atau semacamnya, pikir LJ.
"Isi data diri lo dan kesibukan lo di luar jam sekolah."
Hugo menyerahkan selembar kertas yang sudah dijepit oleh sebuah papan dan sebuah pulpen. Dengan segera LJ mengambil kedua benda tersebut dan menelisik setiap rangkaian kata yang tertulis di kertasnya.
"Emang buat apa nulis kesibukan gua di luar jam sekolah? Penting banget?", LJ merasa heran dengan pertanyaan yang satu itu.
"Itu gunanya buat mempermudah pelatih buat ngasih jadwal latihan dan ngasih kelompok ke lo."
"Oh oke."
LJ berjalan menjauh dari ketiga orang yang memilih untuk berbincang-bincang itu. Kebetulan ada kursi lengkap dengan meja disana, jadi, dia akan mengisi data dengan nyaman.
Dengan teliti LJ membaca satu demi satu pertanyaan di kertas putih itu dan menjawabnya. Hanya perlu lima menit ia menyelesaikan data tersebut. Tapi sebelum ia menyerahkannya kepada Hugo, lebih baik ia baca sekali lagi untuk memastikan bahwa apa yang ia tulis sudah benar semua.
Merasa benar-benar sudah selesai, LJ pun berjalan kembali menuju tiga orang yang tengah berbincang untuk menyerahkan datanya kepada salah satu dari tiga orang tersebut.
"Nih, udah gua isi."
Lj menyerahkan pekerjaannya kepada Hugo. Hugo langsung membaca data tersebut sekilas tapi tetap teliti.
"Lo sama mereka satu kerjaan?", tanya Hugo saat ia melihat kesibukan LJ di luar sekolah.
"Iya."
"Kalo gitu mah lo masuk aja ke team mereka, kebetulan mereka juga masih kurang anggota di team."
"Loh kita masih dianggap anggota? Padahal kita udah jarang banget ga ikut latihan, ada kali sebulan atau dua bulan.", celetuk CL.
"Iya, masih. Pelatihnya juga memaklumkan lo berdua."
"Duh gua jadi ga enak sama pelatih."
"Enjoy elah."
"Trus gunanya gua isi data apa?", kini LJ bertanya.
"Ya buat gua serahin ke yang lebih berhak.", jawab Hugo.
"Siapa?"
"Bisa kepala sekolah, wakilnya, yang megang ekstrakurikuler, atau pelatihnya."
"Jadi, udah nih? Ga ada apa-apa lagi?"
"Iya udah. Lo kalo mau pulang silahkan atau mau ikut latihan dulu juga silahkan."
"Ga ga ga, kita masih ada urusan.", itu CL yang dengan cepatnya menjawab. Kalau LJ latihan, maka dia juga akan latihan karena mereka sudah menjadi satu team. Untuk kesekian kali ketiganya digabungkan menjadi team.
"Yaudah kalo gitu, kalian bisa pulang sekarang."
"Iya. Thanks bro.", Alex berjabat tangan khas laki-laki dengan Hugo. Sedangkan dengan CL, ia hanya bertos dengan posisi tangan keduanya mengepal. Dan ke LJ, dia hanya melemparkan senyuman karena mereka baru saja saling mengenal.
"Sama-sama."
"Yaudah, pulang ya."
"Hati-hati!."
CL, Alex, dan LJ akhirnya keluar dari ruangan sekaligus keluar dari lapangan indoor tersebut. Tatapan siswa siswi kembali terfokus pada ketiganya dan omongan omongan yang lebih pantas disebut gossip pun kembali terdengar oleh ketiganya. Masa bodoh dengan itu semua, ketiga anak yang sedang menjadi buah bibir disana hanya fokus melangkahkan kaki.
"Eh, btw tadi ruangan apa deh? Ruangannya luas tapi kok sepi?", tanya LJ.
"Dulunya itu ruangan dance dan lapangannya itu punya ekstrakurikuler voli sama basket. Tapi gara-gara anggota terus nambah, jadi ruangannya buat pertemuan atau semacamnya gitu.", jawab CL.
"Trus anak basket sama voli dimana?"
"Seharusnya dua-duanya dikasih ruangan satu-satu. Tapi, cuma ada satu ruangan yang tersisa, jadi itu dikasih buat anak voli sedangkan anak basket di lapangan."
"Emang kenapa ga anak dance aja yang di lapangan?"
"Masalahnya waktu dimulainya latihan dance itu setelah makan siang. Dan lu tau kan panasnya kayak apa? Takut pada ga kuat sama panas, alhasil voli sama basket harus merelakan ruangannya buat kita."
"Emang anak basket ga kepanasan?"
"Mereka mulainya dari jam tujuh pagi sampe jam sepuluh pagi, jadi mereka latihan juga tetep sehat."
"Kan sekolah?"
"Latihannya pas hari libur."
"Ouh."
"Kita mau pulang apa mau ke ruangan ekstrakurikuler Math Club?", tanya Alex.
"Kalo ekstrakurikuler berkudanya dimana?"
"Itu club luar sekolah, tapi banyak murid disini yang ikut juga."
"Oh, yaudah ayo ke ruangan Math Club."
Akhirnya CL, Alex, dan LJ pergi ke ruangan Math Club terlebih dahulu sebelum pulang.