Chereads / FIREARMS ARMY UNITY / Chapter 32 - Dying

Chapter 32 - Dying

"A-aku permisi ke toilet.", ucap LJ lemah.

Tidak ada yang menyadari kondisi LJ saat ini karena rambut LJ yang lumayan panjang berhasil menutupi wajah LJ. Anak perempuan itu berjalan perlahan-lahan agar tidak tertatih sambil memegangi pinggangnya.

CL semakin yakin bahwa LJ menyembunyikan sesuatu, tapi dia tidak ingin mencampuri urusan LJ. Takut mengganggu privasi.

LJ langsung membanting pintu saat sudah didalam kamar mandi lalu mengunci pintu tersebut, takut ada yang tiba-tiba masuk. Dia menyandarkan tubuhnya di pintu lalu perlahan menurunkan tubuhnya hingga dia duduk di lantai kamar mandi.

Dia benar-benar kesakitan saat ini. Mukanya sudah bertambah pucat serta keringat dingin yang membasahi wajahnya semakin banyak, napasnya juga sudah tidak terkontrol. LJ mengangkat jaket yang ia gunakan sekaligus pakaiannya untuk melihat lukanya. Kapas serta perban putih yang melindungi lukanya hampir seluruhnya berganti warna menjadi merah akibat darahnya yang tidak berhenti mengalir. Baju serta jaket yang ia gunakan juga sudah basah karena darah. Walaupun pakaian nya berwarna gelap tetap saja jejak darah nya sangat terlihat.

Matanya mulai berkunang-kunang dan kepalanya mulai terasa pening. Dia berusaha untuk menetralkan rasa sakit dan napasnya yang tidak beraturan. Setelah merasa mendingan LJ bangun dari duduknya menuju wastafel ingin membersihkan wajahnya dan darah darah yang mengenai pakaiannya agar tidak terlalu berbekas.

LJ memegang pinggiran wastafel saat kepalanya berputar dan pandangannya mulai memburam. Tapi usahanya sia-sia. Darahnya masih mengalir dengan derasnya hingga membuat genangan di lantai. Tidak lama setelah itu

Bruk

Tubuh LJ terjatuh di kamar mandi. Matanya terpejam dan napasnya mulai menipis.

~~

Semenjak kepergian LJ ke kamar mandi perasaan CL tidak tenang. Dia ingin mengikuti LJ tapi dia tidak ingin lancang mengurusi urusan orang lain.

CL tidak bisa berhenti mencemaskan LJ, berkali-kali ia menggigiti kuku jari tangannya dan tangan satunya lagi ia silakan didepan perutnya. Kakinya tidak bisa berenti ia goyangkan.

"Lee, are you okay?", itu Mr. Graham yang sedari tadi memerhatikan gerak gerik putrinya yang gelisah.

"Hah? A- ya I'm fine."

"Lalu kenapa kau terlihat gelisah?"

"Tidak, tidak apa-apa. Aku ingin ke kamar ku dulu."

CL akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ruang makan tersebut dan pergi ke kamarnya. Tapi dia mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamarnya dan memilih untuk berbelok ke kamar mandi yang LJ datangi.

Ia juga merasa bahwa LJ sudah lumayan lama berada di kamar mandi tersebut. awalnya ia kira LJ akan membuang air besar karena habis makan. Tapi pikiran tentang LJ kembali memenuhi kepalanya.

Tok tok tok

"LJ?"

Hening, tidak ada jawaban dari dalam.

Tok tok tok

"LJ, you hear me?"

Masih hening.

Karena tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. CL ingin membuka sendiri tapi pintunya di kunci. CL terdiam dari pergerakannya saat ia tidak bisa membuka pintu tersebut. Dia menggigit bibir bagian dalam bawah.

"LJ?"

"LJ, answer me."

"LJ?"

Nope, tidak ada satu pun jawaban dari LJ.

CL mulai panik karena LJ tak kunjung menjawab. Tapi dia bisa mendengar kran air masih menyala.

"LJ!"

DUG DUG DUG

CL mulai memukul mukul pintu kamar mandi dengan keras.

"LJ!"

"LJ!

DUG DUG DUG

"LJ, ANSWER ME!"

DUG DUG DUG

"LJ, OPEN THE DOOR!"

Ceklek ceklek

CL terus berusaha untuk membuka pintu tersebut.

Ceklek ceklek DUG DUG DUG

"LJ, PLEASE OPEN THE DOOR!"

Bugh

Bugh

Bugh

CL mencoba untuk membuka paksa pintu dengan menabrakan diri.

Bugh

Bugh

Bugh

"LJ!"

Bugh

"Ugh!"

Bugh

"Haahh.."

CL mulai mengitari sekeliling untuk mencari benda apapun yang dapat membuka pintu itu. Nihil, dia tidak menemukan benda apapun disana.

Pasrah, dia tidak menemukan benda apapun. Akhirnya dia berdiri dengan jarak lumayan jauh dari pintu, mengambil napas dalam, dan

BUGH

CL membanting tubuhnya keras ke pintu.

BUGH

Lagi.

BUGH

Lagi.

BUGH

Brak

Akhirnya CL dapat membuka pintu tersebut. dia langsung masuk ke dalam tanpa memperdulikan rasa sakit di tubuhnya akibat menabrakan tubuhnya berkali-kali dengan keras.

Dia terdiam seketika saat melihat LJ yang sudah terkapar di lantai dengan genangan darah di sekitarnya.

"LJ!"

CL mendekati LJ lalu menarik tubuh LJ agar terlentang. Dia bisa melihat wajah LJ yang sudah sangat putih pucat. CL memeriksa denyut nadi LJ, ternyata masih berdenyut tetapi lemah. Dia memperhatikan sekitar tubuh LJ yang sudah terkena darah, ingin mencari dimana sumber darah tersebut. Ia mengangkat pakaian yang LJ kenakan dan di bisa melihat ada kapas dan lilitan perban yang sudah seutuhnya berwarna merah di pinggang LJ.

"LJ, LJ. Bertahanlah!"

"LJ."

Dia mencoba untuk menyadarkan LJ yang sudah menutup matanya. Perlahan mata LJ terbuka walau hanya sedikit.

"LJ, jangan tidur okay?"

"Wait!"

CL berlari meninggalkan LJ sendirian di kamar mandi untuk memanggil ayahnya. Dia tidak mungkin memapah LJ untuk berjalan. Dia yakin lukanya sudah sangat parah, apalagi di bagian pinggang.

"PA!"

Mr. Graham yang sedang membaca berita di ponsel nya terkejut akan teriakan putrinya.

"Ada apa Lee?"

CL menghampiri ayahnya dengan perasaan panik, gelisah, khawatir, dan takut menjadi satu.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau berdarah?"

Ya, tubuh CL sudah terkena darah sebagian.

"Bukan aku, tapi LJ!"

"Apa?!"

"Ya, dia berada di kamar mandi sekarang. Dia sekarat!"

"Cepat suruh penjaga untuk menyiapkan mobil, papa akan membawanya ke mobil."

CL dan Mr. Graham berlari berlawanan arah. CL pergi ke luar rumah dan Mr. Graham pergi ke kamar mandi.

"Tolong siapkan mobil, CEPAT!"

Para penjaga langsung berlari ke bagasi untuk menyiapkan mobil.

Mr. Graham sudah datang dengan membawa tubuh LJ yang sudah dingin di

gendongannya. Dia menaruh tubuh LJ di bagian belakang dengan CL. Dan dia sendiri yang akan menyetir.

"Pa, kita bawa ke JR Pharmacy!"

"Baiklah!"

Pergelangan tangan CL kemudian di genggam oleh LJ.

"Jangan…. Jangan…. ke-kesana.", LJ menggelengkan kepala tidak setuju dengan usul CL akan pergi ke JR Pharmacy.

"Why?"

Lagi-lagi LJ menggelengkan kepala. CL akhirnya terpaksa untuk membawa LJ ke rumah sakit.

"Pa, kita ke rumah sakit sekarang?"

Mr. Graham menganggukan kepala dan memutar arah untuk pergi ke rumah sakit. Dia tidak peduli akan peraturan lalu lintas saat ini.

"Jangan tidur ya?"

"Please, jangan tidur."

Mr. Graham terus menerus menambah kecepatan mobilnya sambil menyalip kanan kiri mobil lain. Sudah ada dua mobil polisi yang mengejarnya saat ini, tapi ia hiraukan karena nyawa LJ lebih penting.

Setibanya di rumah sakit Mr. Graham langsung berlari ke dalam memanggil para perawat dan dokter yang ada untuk segera membawakannya sebuah brankar.

Tubuh LJ sudah berada di atas brankar sekarang dan seluruh perawat mulai mendorong brankar tersebut sambil berlari. MR. Graham dan CL juga ikut mendorong di bagian belakang.

"LJ?"

Ucap salah satu dokter yang berdiri lumayan jauh dari jalan brankar LJ. Dokter itu sedang mengecek data yang ia pegang saat ini, tapi tanpa sengaja ia melihat wajah pasien yang berada di atas brankar tersebut.

Dokter tersebut langsung berlari mengejar kumpulan perawat yang sedang berlari tersebut.

"Ada apa ini?", tanya dokter saat sudah di depan ruang operasi.

"Ada pasien yang sekarat dok.", ucap salah satu perawat.

"Siapkan ruang operasi sekarang!"

"Baik dok."

"Kalian siapa?", tanya sang dokter ke Mr. Graham dan CL.

"Kami masih keluarganya.", jawab CL.

"Baiklah, kalian tunggu disini biar saya yang menangani LJ."

"Terimakasih dokter.", jawab Mr. Graham.

Mr. Graham berjalan menjauhi ruang operasi untuk mencari tempat duduk, sedangkan CL malah berdiri mematung di tempatnya mencerna ucapan sang dokter.