Chereads / FIREARMS ARMY UNITY / Chapter 38 - Mad

Chapter 38 - Mad

CL berjalan menuruni tangga. Tapi, belum ada setengah jalan dia teringat sesuatu.

"Eh iya belom siapin baju buat Mama sama Papa."

Dia berhenti di posisinya saat ini, menimang apa dia haus naik lagi dan menyiapkan pakaian kedua orang tuanya atau tidak.

"Dah lah suruh maid aja, ga bisa milih baju."

Akhirnya dia memilih untuk melanjutkan langkahnya menurun tangga. Dia juga ingin segera membersihkan badan. Bau busuk dari darah LJ semakin tercium sekarang.

"Tolong siapkan baju buat Mama, Papa. Dan juga sama peralatan mandinya.", titah CL pada maid.

"Yang buat Mama disiapin sama perempuan dan yang buat Papa disiapin sama laki-laki. Jangan sampai terbalik.", sambungnya.

"Baik, nona."

Setelah memberikan perintah kepada maid nya, dia mengambil scooter listrik kebanggaannya dan menuju kamarnya.

CL segera membersihkan badannya sesampainya di kamar.

~~

Butuh tiga puluh menit CL menghabiskan waktu di kamar mandi hanya untuk membersihkan badan. Dia keluar dari kamar mandi dengan bathrobe putihnya dan handuk kecil di tangan untuk mengeringkan rambut.

"Hm ganteng juga ya gua.", pede CL sambil melihat wajahnya di cermin.

CL berjalan menuju lemarinya. Dia tidak ingin berlama-lama si rumah, karena dia juga akan ke rumah Alex terlebih dahulu untuk mengambil pakaian orang tua Alex.

Saat mengenakan pakaiannya, CL tidak sengaja melihat ke luar jendela. Dia jadi teringat tentang seseorang yang selalu mengawasinya dari kejauhan.

Apa masih ada?. Pikirnya.

Dia mendekati jendelanya sambil melihat keluar dan sekitarnya. Tapi tidak ada, tidak ada orang yang ia cari.

Mengangkat kedua bahunya, CL kembali mempersiapkan dirinya. Dan dia jadi teringat tentang kasus LJ.

Baiklah nanti dia akan pergi ke markas untuk meminta bantuan anak buahnya menyelidiki kasus ini.

Kali ini CL menggunakan kaos lengan pendek warna putih, celana chino berwarna hitam, sepatu cat berwarna hitam putih, dan jaket hitam polosnya. Tidak lupa ia menggunakan jam tangan, topi hitam polos, dan tas selempang dadanya.

"Gua udah bawa semua kan ya?"

CL mulai menyebutkan barang-barang yang penting ia bawa satu persatu. Takut ada yang tertinggal.

"Gua naik motor apa bareng Alex ya?"

"Nanti kalo bareng Alex, dia harus muter jauh banget."

"Yaudah lah nanti gua minjem motor dia aja."

Anak perempuan berpenampilan boyish tersebut meninggalkan kamarnya. Mengendarai scooter listriknya lagi untuk pergi ke ruang utama.

Sesampainya disana dia melihat Alex yang duduk di salah satu sofa sambil memainkan handphonenya. Tapi, anak laki-laki itu masih menggunakan bathrobe. Oh iya, CL lupa membawakan pakaian untuk Alex.

"Woi udah nunggu lama?", Alex menolehkan kepalanya.

"Oh, belum lama sih."

"Yaudah sana pake scooter gua, ambil baju yang lo mau di lemari. Gua lupa bawain."

"Oke."

"Jangan bongkar sana bongkar sini. Walaupun baju kita satu style, tapi gua juga masih punya privasi."

"Iya iya bawel."

Kini CL yang duduk di ruang tamu sambil memainkan handphone nya. Dia membuka grup chat kelasnya yang ramai membahas LJ. Tapi, ternyata tidak hanya grup chat kelasnya saja yang melakukan hal tersebut. grup chat ekstrakurikuler serta yang lainnya juga melakukan hal yang sama.

"Ish anjiir pada suka banget gibah. Ngelag HP gua sialan!", CL rasanya ingin keluar saja dari semua grup chat tersebut. Tapi, semua grup chat disana penting.

"Dah lah, mending makan dari pada nambah dosa bacain chat gibah."

CL melempar handphonenya ke salah satu sofa di ruangan tersebut. Dia belum sarapan pagi hari ini. Biasanya ibunya akan memanggil dirinya di kamar untuk sarapan, tapi sekarang tidak karena ibunya masih harus menyembuhkan diri di rumah sakit.

CL membuka kulkasnya. Sebenarnya kulkas tersebut penuh dengan makanan, tapi tidak ada makanan yang sudah matang. Tidak mau mengotori dapur, dia hanya mengambil sekotak susu untuk mengganjal perutnya.

"Bagi dong."

"PFFT UHUK UHUK!"

CL tersedat saat meminum susu. Air susu yang baru saja diminumnya langsung keluar lewat hidung dan mulutnya. Dia terbatuk sampai berlutut di lantai. Napasnya menipis, dia tidak bernapas.

"Eh eh kenapa lo?", Alex membantu memukul pelan punggung CL.

"A- hah bangsat lo.", CL meremas lengan bagian atas Alex dengan sangat kencang hingga Alex meringis.

"Sa-sakit bego!"

"Apalagi gua!? Sakit nih idung gua!"

"Ya maap, lagian gampang kaget banget si jadi anak."

Bugh

"Anjing!"

CL memukul kepala Alex menggunakan kotak susu yang masih ada isinya sedikit lalu berdiri meninggalkan Alex.

"Ah ilah, masa gua harus ganti baju. Alex sialan!"

CL mengambil scooter listriknya kembali untuk pergi ke kamarnya lagi. Dia mengganti bajunya menjadi kaos lengan panjang berwarna putih dan jaket bomber berwarna hitam.

Setelah rapi, dia mengendarai scooter listriknya lagi dan pergi ke ruang utama lagi.

"Udah siap?", tanya Alex.

"Belom!"

"Nih HP lo. Keperluan Mama sama Papa udah siap?"

"Hmm. Bentar gua ambil dulu."

CL berjalan menuju kamar kedua orang tuanya lagi untuk mengambil barang tersebut.

"Udah siap?", tanyanya pada maid.

"Ya, nona."

"Baiklah terimakasih, sekarang kalian boleh keluar. Dan tolong bawakan ini ke bawah untuk ku."

"Baik nona."

Para maid keluar terlebih dahulu dengan membawa perlengkapan untuk Mr. Graham dan Mrs. Lee. Sedangkan CL masih betah berdiam diri kamar tersebut.

Ingin mengecek apa ada yang ketinggalan atau tidak.

"Dah semua kayaknya."

CL keluar dari ruang kamar kedua orang tuanya.

"Ayok berangkat.", ujarnya dingin kepada Alex. Dia membawa koper yang berisikan perlengkapan orang tuanya sendiri.

"Sini gua yang bawa."

"Ga usah!"

Alex hanya menghelakan napas dan menggeleng menatap sahabat perempuannya yang satu ini.

CL memasukan koper tersebut di bagasi mobil sebelum masuk ke dalam mobil.

"Nanti gua minjem motor lo."

"Buat?"

"Gua mau ke markas, lo duluan aja ke rumah sakit."

"Mau apa?"

"Berisik. Udah jalan aja."

Akhirnya Alex menyalakan mobilnya dan segera berangkat meninggalkan kawasan rumah CL.

Keduanya terdiam selama perjalanan. CL yang masih kesal dengan Alex, dan Alex yang sedang fokus mengendarai.

"Ini kan bukan jalan ke rumah lo.", CL menyadari bahwa Alex tidak mengambil jalan menuju rumahnya. Tapi Alex hanya mendiamkan CL.

Ternyata mereka sampai di sebuah café yang menjual berbagai macam varian es krim.

"Turun.", titah Alex.

"Ngapain?"

"Ga mau es krim?"

Mendengar kata es krim wajah CL langsung berseri.

"Ya mau lah, lu yang bayarin?"

"Iya, cepet turun."

"Oke, sama cake ya?"

"Dih ngelunjak."

"Bodo amat!"

"Yaudah cepetan turun."

CL keluar dari mobil lalu berjalan dengan sedikit melompat seperti anak kecil masuk ke dalam café. Walaupun style nya seperti anak laki-laki dan bersifat dingin. Tapi tingkahnya seperti anak kecil jika sudah mengenai es krim.

Alex yang melihat tingkah CL hanya tersenyum geli. Dia tidak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Ada ada saja kelakuannya.

"Mau rasa apa?"

"Vanila sama Matcha."

"Cake nya juga?"

"Iya."

"Oke, bentar."