Chereads / FIREARMS ARMY UNITY / Chapter 31 - Hidden Wounds

Chapter 31 - Hidden Wounds

LJ akhirnya sampai di kediaman Keluarga Lee. Para penjaga langsung membukakan gerbang saat melihat LJ yang mengendarai motornya. Setelah memarkirkan motornya, LJ langsung masuk ke dalam rumah CL karena ia sudah sangat terlambat.

"Hello?", ucap Lj hati-hati saat sudah di ruang tamu. Suasana ruangan itu sangat sepi makanya ia berbicara dengan hati-hati.

LJ masih berdiam diri di ruang tamu sambil memutarkan bola matanya mencari keberadaan sang tuan rumah.

"LJ?"

Anak perempuan itu langsung membalikan tubuh saat mendengar seseorang memanggilnya. Ternyata itu adalah Mr. Graham yang tengah menuruni tangga. LJ langsung menyunggingkan senyuman saat melihat Mr. Graham.

"Sudah menunggu lama?", tanya Mr. Graham.

"Tidak, aku baru saja sampai."

"Oh, kalau begitu silahkan duduk terlebih dahulu sambil menunggu makanan siap.",

Mr. Graham berjalan menuju sofa sambil menuntun LJ.

"Huh? Aku kira aku terlambat.", jelas LJ sambil mengikuti Mr. Graham.

"Terlambat? Tidak, kau tidak terlambat."

"Tapi tadi-"

"AAAAAAA!!!"

Dug Bugh

Ucapan LJ langsung terpotong karena teriakan dan bunyi tabrakan itu. Ternyata itu adalah CL yang baru saja menabrak salah satu sofa panjang yang berada disana. Scooter listriknya menabrak sofa yang membuat diri CL terjatuh dan membentur lantai lumayan keras.

Mr. Graham dan LJ langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri CL yang sudah mengaduh kesakitan, tapi tidak lama rintihan tersebut berubah menjadi tawaan kecil saat melihat kehadiran Mr. Graham dan LJ di depannya.

"Ada apa denganmu Lee?", tanya Mr. Graham sambil membantu putrinya untuk berdiri.

"Hehehe.", hanya tawa sedang yang keluar dari mulut CL.

"Tawa lo bego!", celetuk LJ yang sedang mendirikan scooter listrik milik CL.

"Ya maaf.", ucap CL sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Nih simpen yang bener!", titah LJ.

CL mengambil scooter miliknya lalu berjalan untuk menaruh benda bertenaga listrik tersebut di tempatnya. Setelah menaruh scooter nya dengan benar, CL ikut mendudukan diri di sofa seperti ayahnya dan LJ.

"Haahh… lama banget lo nyampenya!", CL langsung berbicara kepada LJ.

"Tadi ada urusan bentar."

"Urusan apa si? Dari tadi urusan mulu."

"Apa aja, yang penting halal."

"Nyenyenyenye."

"Bacot!"

"Udah, udah. Papa mau liat mama dulu ah!"

Mr. Graham kembali beranjak dari duduknya menuju dapur untuk melihat apa istrinya sudah selesai memasak atau belum. Dari pada berada di antara dua anak yang bertengkar.

"Sayang.", panggil Mr. Graham.

"Ya?", jawab sang istri yang masih menata makanan diatas meja.

"Apakah semuanya sudah selesai?"

"Sebentar lagi."

"Sini biar aku saja."

Mr. Graham akhirnya memilih untuk membantu istrinya yang sedari tadi sibuk berkutat dengan kompor, wajan, panci, sutil, dan perlatan masak lainnya.

Selagi sepasang suami istri saling membantu di dapur, di ruang tamu kedua anak perempuan yang sedari tadi berada disana masih saja berdebat yang tidak jelas. Entah itu saling mengejek atau perbedaan pendapat antara keduanya.

"Berisik elah. Mulut lo kayak toa tau ga?"

"Enak aja! Lo tuh mulutnya kayak ember."

"Cih!"

"Bacot!"

LJ tiba-tiba terdiam karena rasa sakit di pinggangnya kembali terasa. Pasti karena banyak berbicara dengan CL. Dia ingin memegang lukanya tersebut tapi kalau dia melakukan itu pasti anak perempuan yang duduk didepannya akan curiga. Akhirnya LJ hanya bisa menahan sakit dalam diam.

CL yang terdiam menemukan keanehan pada diri LJ. Dia bisa melihat bahwa LJ berkeringat dingin dan tangannya mengepal kuat. Mata dan mulutnya berkali-kali tertutup dengan rapat. Napasnya juga tidak teratur. Terlihat terengah-engah.

"LJ?", panggil CL yang sudah yakin bahwa ada yang tidak beres dengan sahabatnya ini.

"Ya?", LJ menjawab sambil membuang napas kasar.

"What are you doing?", tanya CL yang merasa heran dengan apa yang dilakukan LJ.

"Huh? Why? What's wrong?"

"You look in pain."

"What? I'm-"

"No, I'm sure you're not fine."

"What are you talking about?"

"LJ, don't lie."

"Me? No, I'm not.", LJ sebisa mungkin untuk tidak berekspresi berlebihan.

CL masih tidak percaya dengan LJ. Dia bangkit dari duduknya dan menghampiri LJ. Hal itu membuat LJ juga berdiri dari duduknya. CL mengangkat satu tangannya untuk menyentuh dahi LJ, tapi dengan segara LJ menahannya.

"M-mau apa?", LJ malah merasa gugup.

"Muka lo…. Muka lo pucet banget.", jawab CL dengan muka bingungnya sambil terus menatap wajah LJ.

"A-ahh perasaan lo aja kali, ya perasaan lo aja kali.", LJ mengakhiri kalimatnya dengan kekehan lalu melepaskan lengan CL.

"Serius muka lo pucet."

"Ud-"

"Sedang apa kalian?"

Ucapan LJ terputus karena tiba-tiba Mr. Graham membukan suara. CL dan LJ akhirnya terdiam di tempatnya.

"Kenapa? Kenapa kalian malah diam?"

"Eu-a-ah e-enggak, ga ada kok."

"Hm?"

"Serius."

"Oke, ayo ke ruang makan. Mama udah selesai masaknya."

"Iya ayo!"

Mr. Graham membalikkan tubuh dan memimpin jalan menuju dapur. Sebelum mengikuti langkah Mr. Graham, CL dan LJ saling menatap terlebih dahulu lalu mulai melangkahkan kaki.

Kedua anak perempuan itu langsung disambut dengan berbagai macam makanan yang masih tercium hangatnya. Makanannya masih terlihat segar karena baru saja dikeluarkan dari peralatan masak yang tadi sudah mematangkan semuanya.

"Hai LJ!", sapa Mrs. Lee.

"Hai aunty!"

"Bagaimana hari pertamamu di sekolah?"

"Good. I like in there."

"Syukurlah kalau kau suka berada disana."

"Ya."

"Yasudah, duduklah dan makan apapun yang kau mau."

"Thank you aunty."

"You're welcome."

Semuanya duduk di tempatnya masing-masing lalu mulai mengambil makanan mereka masing-masing. Terkecuali Mr. Graham yang makanannya diambilkan oleh istrinya.

"Makan yang banyak ya."

"Tentu."

"Selamat makan."

Akhirnya semua memakan makanan mereka dengan tenang, tapi tidak lupa dengan kebiasaan mereka ketika tengah makan bersama.

LJ terhenti dari acara makannya ketika ia merasakan rasa sakit kembali di pinggangnya. Diam-diam LJ menelusupkan tangannya ke dalam jaket yang dikenakannya untuk menyentuh bagian pinggangnya yang terluka. Setelah dia menarik kembali tangannya, dia bisa melihat darah yang mengotori dua jarinya. Darahnya kembali mengalir.

"LJ, are you okay?"

LJ tersadar dari lamunannya lalu segera menutup tangannya yang sudah dikotori darah.

"Apa makanannya tidak enak?", tanya Mrs. Lee.

"Eh, tidak. Mm maksudku enak."

"Ah baiklah."

LJ tersenyum canggung dan melanjutkan acara makannya sambil memikirkan lukanya tersebut.

CL kembali menatap LJ untuk kedua kalinya dengan pikirannya yang mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan LJ. Tapi dia lapar sekarang, jadi, dia melanjutkan acar makannya dan melupakannya pikirannya yang tidak-tidak.

LJ sebenarnya kesakitan setengah mati saat ini, tapi dia tidak bisa berteriak atau meringis begitu saja. Dia tidak mungkin membuat ketiga orang yang sedang bersamanya merasa khawatir dan marah akan apa yang telah terjadi padanya.

Setelah menyelesaikan acara makan malam, Mrs. Lee mulai merapikan kembali semua piring dan peralatan makan lainnya yang terpakai.

CL menyenderkan tubuhnya dan mengelus perutnya yang sudah sedikit membuncit karena dia menghabiskan hampir seluruh makanan yang ibunya masak. Sedangkan LJ sudah berani memegang lukanya sambil menundukkan kepalanya ke samping agar tidak terlihat oleh siapapun. Wajahnya sudah pucat pasi dan keringat dingin terus mengalir dari dahinya.