Sepulang kuliah, anak-anak Badan Pengurus Harian (BPH) wajib ngumpul di Sekret BEM Fakultas Ekonomi karena mereka harus mulai mengawasi program kerja masing-masing departemen. Saat itu disana sepi karena yang lain masih kuliah. Hanya ada beberapa jurusan saja yang sudah selesai kuliahnya. Jurusan Manajemen tingkat tiga udah selesai kuliah dan Ardilo langsung ke sekret BEM. Ardilo langsung membuka laptop dan melihat progres kerja dari setiap departemen, beberapa saat kemudian Yola datang menyusul Ardilo ke sekret BEM.
"Kok sendirian?" sapa Yola dengan ramah.
Ardilo melihat ke arah pintu, Yola masuk dengan tersenyum. "Yang lain kan belum selesai kuliahnya. Paling yang udah selesai pada pulang dulu atau makan," kata Ardilo.
"Nih gue beliim minuman. Gue tadi juga sempat beli batagor nih buat lo," kata Yola kemudian menyerahkan segelas minuman manis dan batagor yang masih hangat berada di dalam sterofom untuk Ardilo. Yola memang sengaja membelikan itu untuk Ardilo. Entah kenapa hatinya tergerak begitu saja ketika dia melewati kantin, mendadak dia teringat pada Ardilo.
"Repot-repot amat lo, Yol," kata Ardilo dengan ramah.
Yola tersenyum malu, "Enggak repot kok, Di. Gue tadi keinget aja kalau lo belum makan siang. Ayo dimakan, jangan sungkan."
"Wah... makasih banyak ya, Yol. Gue emang laper banget nih," kata Ardilo kemudian mengambil batagor itu dan memakannya dengan lahap.
Yola sangat senang karena Ardilo mau menerima batagor itu. Kini dia juga meminum minumam yang dibelikan Yola.
"Seger kan, Di?" tanya Yola.
"Iya. Gue baru tahu rasa yang ini enak. Sekali lagi, makasih ya," jawab Ardilo kemudian melanjutkan makannya.
Mereka saling ngobrol tanpa tahu bahwa sedari tadi Stefa mengintip mereka berdua. Stefa tahu Yola memang cewek yang terkenal baik hati, ramah, dan peduli. Tapi entah kenapa firasatnya mengatakan lain. Ada yang berbeda dari cara Yola memperlakukan Ardilo. Seperti seseorang yang punya perasaan lain seperti orang jatuh cinta.
"Di... gue mau ngomong sesuatu.. " kata Yola. Mendadak dia jadi gugup.
"Ngomong aja. Tapi gue sambil makan ya," kata Ardilo.
"Gue sebenarnya.... " kata Yola terpotong dengan kedatangan Stefa yang mendadak.
"Waduh waduh enak banget kak Ardilo makan batagor sendirian. Gue juga laper kali kak," kata Stefa yang tiba-tiba muncul memecahkan suasana. Yola akhirnya gagal ngomong sesuatu ke Ardilo.
"Sini sini makan bareng. Gue juga nggak habis kok, Stef," kata Ardilo menyerahkan batagornya yang masih separuh untuk Stefa.
"Tapi kan itu gue belinya buat lo, Di," kata Yola sedikit kecewa.
"Oh, jangan kalau gitu kak. Lanjutin aja makannya," kata Stefa. Dia mulai curiga dengan sikap Yola.
Ardilo merasa ada yang berbeda dengan sikap Yola hari ini. Mendadak dia khawatir kalau Stefa akan salah paham lalu menceritakan ini pada Taera. Ardilo nggak mau Taera salah paham.
"Gapapa, Stef. Jangan gitu lah Yol, kasihan Stefa juga pengen makan," kata Ardilo kepada Yola.
Yola baru mau protes, Arin, Yuna, dan Putra datang. Mereka datang bareng bertiga.
"Kenapa pada rebutan makanan sih? Nih gue bawa makanan sama minuman. Udah jangan berebut," kata Yuna membawa gorengan, batagor, bubble tea, dan masih banyak lagi.
"Iya, rame banget dari luar. Udah ayo makan bareng dulu," kata Putra.
Akhirnya mereka pun sibuk mengambil makanan dan minuman. Stefa akhirnya mengalah dengan Yola. Mereka pun makan bareng. Stefa jadi yakin kalau Yola memang ada rasa pada Ardilo.
***
Sepulang rapat, Stefa pergi ke kost Taera. Hari ini jadwal Taera free makanya dia udah ada di kostan. Stefa datang sambil membawa makanan untuk makan malam berdua.
"Makan dulu, Tae. Lanjutin ngerjain tugasnya ntar aja. Gue aja belum ngerjain, tumben lo jadi rajin begini," kata Stefa sambil membuka bungkus makanannya.
"Enak aja. Gue tuh sebenarnya rajin, Stef. Cuma rajin gue tuh terkubur jauh dan baru gue gali," kata Taera membela diri.
"Ini pasti ada pengaruhnya dari kak Ardilo. Lo jadi lebih aktif dan semangat belajar. Mulai beda dari yang dulu," puji Stefa tulus.
"Ya... gue akuin sih, memang kak Ardilo berpengaruh buat gue. Tapi gue sebenarnya emang pengen berubah. Masa gue selamanya gini-gini aja hidupnya. Gue juga pengen maju," kata Taera yang siap menyantap makanannya.
"Btw, gue pengen ngobrol serius sama lo. Tapi lo jangan marah ya," kata Stefa tiba-tiba.
"Ngomong apaan?" tanya Taera kemudian mengunyah makanannya.
"Kayaknya kak Yola suka deh sama kak Ardilo. Dia perhatian banget sama kak Ardilo. Gue yakin dia diam-diam menyembunyikan rasa buat kak Ardilo," jawab Stefa.
Taera mengunyah makanannya dengan santai, "Terus?"
"Terus? Ya masa lo diam aja sih? Cari tahu lah ke kak Ardilo," kata Stefa kesal.
"Kak Ardilo udah pernah cerita kalau dia emang deket sama kak Yola, tapi ya sekedar temen aja. Lagipula kak Yola udah punya pacar," kata Taera santai.
Stefa dibuat kesal dengan kepolosan Taera, sepertinya dia terlalu percaya dengan Ardilo.
"Lo polos banget sih, Tae. Serius deh dari sikapnya tadi sore aja tuh kelihatan banget," kata Stefa yang kesal dengan Taera.
"Udah tenang aja, nanti gue tanya sama kak Ardilo, sekarang makan aja dulu. Keburu dingin, " kata Taera kemudian makan dengan lahap.
***
Sesampainya di kostan, Stefa yang masih penasaran dengan sikap Yola tadi sore akhirnya pengen nanya langsung ke temen deketnya, kak Yuna dan kak Yania. Stefa menceritakan semua kejadian tadi sore pada mereka berdua.
Yuna hanya manggut-manggut sementara Yania menanggapi omongan Stefa.
"Mereka emang deket sih, lebih deket daripada kita berdua. Tapi sejak Yola punya pacar, dia udah gak seberapa deket sama Ardilo. Ya nggak, Yun?" kata Yania.
"Iya. Tapi kalau denger cerita Stefa tadi sih kayaknya nggak menutup kemungkinan kalau Yola memendam rasa ke Ardilo. Tapi Ardilo kan udah pacaran sama Taera. Jadi, tenang aja. Ardilo orangnya setia kok," komentar Yuna yang disambut oleh anggukan oleh Yania.
"Baiklah, semoga aja kak Ardilo nggak berpaling. Awas aja kalau dia sampai nyakitin hati Taera. Nggak bakal gue maafin," kata Stefa.
***
Taera yang udah bersiap untuk tidur mendadak kepikiran omongan Stefa tadi. Dia akhirnya ngechat Ardilo untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa saat kemudian, Ardilo menelpon Taera. Taera pun mengangkatnya.
"Halo kak."
"Taera, kamu percaya kan sama aku?"
Taera diam sejenak. Dia belum menjawab pertanyaan Ardilo yang secara tiba-tiba ini.
"Taera, aku udah pernah bilang kan kalau aku dan Yola cuma teman. Yola punya pacar. Dan aku punya kamu. Nggak mungkin aku berpaling dari kamu. Aku sayang banget sama kamu. Jadi, please, percaya sama aku. Aku dan dia cuma teman biasa. Oke."
"Iya kak. Aku tahu. Aku cuma penasaran aja. Stefa mungkin khawatir sama aku karena aku sahabatnya."
"Dia hanya salah paham. Aku tahu maksud baik dia. Tapi beneran, aku dan Yola hanya sebatas teman. Aku nggak mungkin berpaling dari kamu."
"Iya kak. Makasih ya kak. Maaf aku tiba-tiba curhat masalah tadi."
"Gapapa sayang. Justru aku seneng kamu curhat ke aku. Makasih juga udah mau cerita ini ke aku. Kita bisa meluruskan kalau ada masalah."
"Iya Kak. Ya udah aku mau tidur dulu."
"Oke, good night sayang."
"Bye kak."
Taera menutup teleponnya. Dia menyadari bahwa dalam sebuah hubungan rasa keyakinan dan kepercayaan sangat penting. Oleh karena itu, dia yakin Kalau Ardilo nggak akan berpaling ke Yola.