Waktu berlalu dengan cepat, Ujian Akhir Semester (UAS) sudah dekat. Jadwal ujian sudah diumumkan oleh pihak kampus. Mahasiswa pun punya macam-macam reaksi. Ada yang langsung menyiapkan materi seperti Stefa, ada yang udah siap jauh-jauh hari karena rajin belajar seperti Ardilo, dan ada yang nyantai aja seperti Taera.
Namun, seiring berjalannya waktu, Taera memang berusaha menjadi lebih baik. Dia mulai aktif di kelas, lebih sering belajar, sering ke sekret BEM, sering rapat, lebih sering berkomunikasi dengan orang lain, pokoknya dia udah jadi beda dan lebih baik. Ada yang memujinya dan ada juga yang malah ngobrolin dia. Seperti sekarang ini, saat Taera baru saja sampai di kelasnya dan langsung membuka buku catatan.
"Taera sekarang beda ya. Dia lebih aktif sekarang," kata teman sekelas Taera yang duduk di belakangnya.
Taera dapat mendengar obrolan mereka walaupun hanya bisik-bisik. Kelas masih agak sepi. Taera berusaha diam saja. Dia malas menanggapi omongan mereka.
"Mungkin karena label pacar ketua BEM," kata temannya yang lain.
"Kalau jadi pacar ketua BEM bisa bikin IPK gue bisa jadi 4, gue juga mau," sahut yang lain kemudian tertawa kecil.
"Emang bisa gitu? Yang bener aja. Apa pengaruhnya coba?" tanya teman Taera.
"Ya kan kalau punya pacar keren dan memotivasi bisa jadi bikin semangat. Taera aja bisa berubah. Masa kita yang lebih pintar dari dia nggak bisa?" tanya salah satu temannya dengan nada menyindir.
"Ehem..." terdengar suara seseorang berdehem.
Taera dan teman-temannya yang duduk di belakangnya langsung menoleh ke suara itu.
"Nggak bosen ya ngomongin orang di belakang? Kalau berani ngomong di depan dong. Ya nggak, Tae?" tanya Stefa.
Teman-teman Taera jadi malu karena ternyata sedari tadi Stefa mendengar obrolan mereka.
Taera hanya tersenyum. Stefa memang paling terbaik soal menjaga sahabatnya. Inilah yang paling membuat Taera menyayangi sahabatnya itu. Stefa selalu paling depan kalau Taera ada masalah. Walaupun sekarang mungkin posisi Stefa saling rebutan dengan Ardilo.
"Emang kenapa kalau Taera jadi berubah lebih aktif? Berarti dia bisa lebih baik kan daripada lo semua?" tanya Stefa lagi.
"Kita nggak bermaksud gitu kok, ya nggak?" tanya salah satu teman Taera yang bergosip tadi. Yang lain hanya mengangguk setuju.
"Udah, Stef. Biarin aja," kata Taera melerai agar Stefa berhenti melabrak mereka. Taera orang yang cinta damai. Paling males lihat orang ribut.
Stefa akhirnya duduk di samping Taera, "Resiko jadi pacar Ketua BEM ya gini. Sabar ya. Lo juga harus tegas," kata Stefa.
"Gue males ribut. Biarin aja lah. Ya bener kata lo, resiko punya pacar famous ya gini. Yang penting gue udah berusaha jadi lebih baik," kata Taera.
Stefa tersenyum, "Ini yang gue suka dari lo. Punya semangat."
"Iya dong. Hidup harus semangat," kata Taera.
Mereka pun berhenti mengobrol dan kelas mulai ramai. Dosen akhirnya datang dan mereka pun memulai kelas mereka.
***
Taera sudah selesai mengerjakan tugas bersama kelompoknya. Dia sekarang lebih aktif berdiskusi dan serius dalam belajar membuatnya lebih mudah untuk memahami tugas yang ada. Taera kemudian kepikiran dengan obrolan teman-temannya di kelasnya tadi.
Mereka benar, apakah Taera berubah karena menjadi pacar ketua BEM? Apakah semua ini Taera lakukan untuk menjaga citra hubungan mereka? Apakah Taera melakukannya untuk nama baik Ardilo? Atau untuk dirinya sendiri? Mendadak Taera memikirkannya sambil melamun.
Tiba-tiba ada lambaian tangan di depan wajahnya yang membuat Taera sadar dari lamunannya.
"Sayang... "
"Kak Ardilo?" kata Taera kaget kemudian melihat ke kanan dan kiri. Ternyata sepi. Ardilo tahu Taera panik karena memanggilnya sayang di depan umum.
"Sepi kok, tenang aja. Nggak ada yang denger," kata Ardilo kemudian tersenyum.
"Bikin kaget aja kak," kata Taera.
"Kamu ngapain disini sendirian? Ngelamun lagi," tanya Ardilo kemudian duduk di samping Taera.
"Aku lagi nunggu Stefa kak. Dia masih kerja kelompok. Bentar lagi mau makan bareng," kata Taera menjelaskan.
"Ngomong-ngomong soal makan bareng, kita nggak pernah ya makan bareng di area kampus berduaan sejak pacaran," kata Ardilo.
"Iya juga. Maaf ya kak. Aku lebih sering makan bareng Stefa kalau ada jeda kelas," kata Taera yang merasa bersalah.
"Gapapa sayang. Santai aja. Lagi pula kelas kita beda jamnya. Gimana mau bareng. Paling pas makan siang aja," kata Ardilo memaklumi.
Taera kemudian teringat sesuatu dan ingin curhat ke Ardilo. Dia menghargai Ardilo sebagai pacarnya. Dia ingin berbagi kisah dan keluh kesahnya bersama dengan Ardilo.
"Kak, boleh nanya nggak?" tanya Taera mendadak serius.
"Tanya apa? Kok kamu tiba-tiba serius, ada masalah?" tanya Ardilo berusaha memahami perubahan Taera.
"Salah nggak sih kak kalau aku berubah jadi lebih baik? Aku jadi lebih sering berkomunikasi dan bersosialisasi, aku jadi lebih aktif, aku jadi lebih rajin, emang salah ya? Orang-orang sering komentarin aku katanya aku berubah karena kakak. Ya aku akuin sih kakak emang berpengaruh karena udah bikin aku semangat, tapi.... " curhat Taera.
Ardilo menggenggam tangan Taera dan menatap matanya lekat-lekat, "Taera, dengerin aku ya. Nggak ada salahnya kamu berubah jadi lebih baik. Yang salah adalah jika kamu berubah bukan buat diri kamu sendiri, tapi untuk orang lain. Ketika apa yang kamu harapkan dari orang lain itu nggak kesampaian, kamu akan kecewa. Jadi berubahlah untuk kebaikan dirimu sendiri, oke," kata Ardilo memberi Taera nasehat.
Taera dapat merasakan betapa dalamnya Ardilo mencintainya dan dapat merasakan kekhawatirannya. Ini yang membuat Taera sangat nyaman dengan Ardilo.
Mereka saling bertatapan sampai akhirnya Yola datang menepuk pundak Ardilo.
"Ardi, ayo ke kelas. Ada tugas yang harus dibahas nih," kata Yola membuyarkan suasana romantis Ardilo dan Taera.
"Kak Yola," sapa Taera.
"Maaf ya, Tae. Ini penting soalnya," kata Yola kemudian tersenyum.
Ardilo merasa tidak nyaman karena ada Taera disana. Sudah cukup Stefa yang salah paham. Untung Taera menjelaskannya. Sekarang malah Yola langsung terang-terangan mendekatinya begini. Ardilo jadi risih.
"Iya kak, gapapa. Ya udah kak, aku ke Stefa dulu. Paling bentar lagi dia udah selesai kerja kelompoknya. Kakak ke kelas aja bareng kak Yola," kata Taera. Dia terlihat tidak nyaman.
"Ya udah. Sampai ketemu lagi," kata Ardilo.
Taera hanya mengangguk dan tersenyum. Dia kemudian pergi menuju tempat Stefa. Sementara Ardilo kemudian menatap Yola seolah memberi peringatan.
"Yol, tolong jangan kayak gitu. Hargai dong privasi gue sama Taera. Ada waktunya kita ngobrolin sesuatu soal organisasi dan kuliah. Tapi tolong jangan campuri urusan pribadi gue. Lo temen gue, gue nggak mau hubungan kita jadi rusak dan hubungan gue sama Taera jadi kacau. Tolong mengertilah. Gue nggak mau Taera salah paham, makasih," kata Ardilo kemudian pergi.
"Tapi...." kata Yola yang sedikit kesal dengan sikap Ardilo. Dia kesal dengan Ardilo yang semakin menjauh darinya karena Taera.