"Aku mau putus, kak," kata Taera.
Ardilo kaget dengan perkataan Taera yang membuatnya kembali terfokus pada Taera. "Apa kamu bilang?"
"Aku mau kita putus," ulang Taera.
Ardilo meraih tangan Taera dan menggenggamnya. Tapi Taera dengan sekuat tenaga melepaskan genggaman itu. "Taera, please, kita bisa bicarain ini baik-baik. Aku nggak mau kehilangan kamu," kata Ardilo dengan putus asa. Dia tidak tahu bahwa akibat pelukan tadi membuat Taera berpikir untuk putus dengannya.
"Kalau gitu biarin aku sendiri dulu kak. Aku butuh waktu untuk berpikir," kata Taera.
"Berpikir tentang apa, Tae? Tadi tuh bukan aku yang meluk dia duluan, tapi Yola. Dan itupun karena dia sedang syok, dia sedih, dia butuh dukungan," jelas Ardilo.
"Lalu, apakah jika semua cewek yang dekat sama kakak sedang sedih dan butuh dukungan, kakak biarin aja mereka meluk kakak kayak tadi? Kakak nggak inget kalau kakak udah punya pacar?" tanya Taera kemudian air matanya mengalir lagi.
Ardilo tidak tega melihat Taera menangis seperti ini. Dia tidak pernah ingin melihat Taera menangis. Mendadak dia merasa bodoh dan menyesal. Kenapa tadi dia membiarkan Yola memeluknya, tanpa tahu bahwa Taera ada disana. Ardilo berpikir sejenak, Taera ada benarnya juga. Kenapa Ardilo tadi harus membiarkan Yola memeluknya?
"Bukannya gitu, Tae. Tapi...gimana ya, aku tahu aku salah. Seharusnya aku tegas dengan sikap Yola. Tadi aku udah berusaha melepas pelukannya, tapi dia nggak mau melepas pelukannya ke aku. Aku bingung. Aku tahu aku salah. Maafkan aku," kata Ardilo dengan tulus. Dia benar-benar menyesal.
Taera mengusap air matanya. "Ya...aku tahu, mungkin kakak lebih dekat dengan kak Yola daripada aku. Nggak seharusnya juga aku cemburu, aku harus tahu diri." kata Taera yang membuat hati Ardilo semakin tertusuk.
"Tae, bukannya gitu...."
"Gapapa, kak. Aku ngerti. Sekarang kita break dulu aja sementara. Aku ingin sendirian dulu. Ini juga masa UAS. Aku mau kita sama-sama fokus demi nilai kita. Kalau UAS sudah selesai, mari kita selesaikan. Aku masih butuh waktu sendiri," kata Taera.
"Baiklah. Tapi aku mohon sekali lagi. Jangan sampai kita putus. Aku sayang banget sama kamu, Tae. Aku dan Yola hanya sebatas teman. Kita udah sering banget bahas ini. Aku mohon kamu mengerti," pinta Ardilo.
"Iya kak, aku ngerti kok. Ya udah aku pulang duluan kak. Semangat ujiannya. Untuk sementara jangan hubungi aku dulu. Aku benar-benar ingin sendiri," kata Taera kemudian berjalan pergi. Sementara Ardilo masih diam disana bingung dengan apa yang harus dia lakukan lagi untuk membuat Taera kembali.
***
"Serius lo kak?" tanya Stefa nggak percaya.
"Iya, gue sama Putra tadi ngelihat Yola meluk Ardilo dan dia diem aja. Mana meluknya lama dan dua kali lagi. Gimana Taera nggak kaget plus sedih tuh. Kasihan gue sama Taera, dia pasti kecewa sama Ardi," jawab Yuna saat mereka sampai kostan.
Setelah kejadian tadi, Stefa yang bingung dengan apa yang terjadi tak dapat menemukan Taera di kampus. Sepertinya dia sudah pulang ke kostan. Stefa juga sudah berusaha menghubungi Taera, tapi hpnya off. Stefa semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Untungnya Yuna menanyakan keadaan Taera pada Stefa, dia akhirnya tahu apa yang terjadi pada Taera dan Ardilo.
"Kenapa sih kak Yola gitu banget? Dari awal kenal kak Yola, gue tuh udah curiga kalau dia sebenarnya tuh ada rasa sama kak Ardilo," kata Stefa pada Yuna.
"Dulu waktu kita masih sering jalan bareng, memang sih Yola yang paling deket sama Ardilo. Yola tuh orangnya aktif banget di organisasi, itu yang bikin Yola cepet nyambung sama Ardi yang juga suka banget sama organisasi. Tapi semenjak Yola pacaran sama Hendo, Ardilo udah jaga jarak dan menganggap Yola sebagai teman biasa aja. Gue nggak tahu kalau Yola menyalahartikan kedekatan mereka dulu dan sampai kejadian kayak tadi. Asli gue juga kaget dan kasihan sama Taera," jelas Yuna.
"Terus tadi kak Yola gimana pas ketahuan sama Taera?" tanya Stefa penasaran.
"Dia diem aja. Gue sama Putra juga bingung karena kaget. Pas kita lihat ke sekret BEM, eh Yolanya udah pergi ke ruang ujian. Dia nggak ngomong apa-apa sih," jawab Yuna.
"Apa dia nggak merasa bersalah ya?" tanya Stefa ikut geram.
"Kayaknya dia emang lagi sedih banget deh. Dia kayak nggak fokus gitu. Dia diem aja. Setelah Ardilo balik ke ruang ujian, dia juga diem. Kayak murung gitu," jawab Yuna mencoba mengingat sikap Yola tadi siang.
"Ya udah, gue mau ke kostan Taera dulu. Dia pasti sedih banget. Gue mau menghibur dia," kata Stefa.
"Ya udah, hati-hati ya. Salam buat dia," kata Yuna.
Stefa mengangguk dan bersiap untuk pergi ke kostan Taera. Taera belum pernah seperti ini sebelumnya. Stefa jadi khawatir. Dia berharap Taera tidak berbuat yang aneh-aneh.
***
Stefa sampai di kostan Taera sambil membawa makanan untuk makan malam dan minuman segar untuk menenangkannya. Taera masih nggak bisa dihubungi. Akhirnya Stefa minta antar satpam untuk ke kamarnya. Di lantai 2, ada Sella yang sedang belajar. Sella mengenal Stefa karena Taera sering bercerita tentang Stefa kepada teman-teman kostannya.
"Taera kenapa sih? Pulang-pulang dia nangis, dia juga belum keluar kamar sama sekali," tanya Sella.
"Kayaknya dia ada masalah. Ini gue juga mau coba membantu dia," jawab Stefa.
"Ya udah, tolong bantu dia ya. Soalnya kalau memang dia ada masalah sama pacarnya, kita nggak bisa ikut campur, karena dia jarang cerita soal itu," kata Sella.
"Iya. Semoga dia mau cerita ke gue dan gue bisa bantu dia," kata Stefa.
Stefa dan Sella mengetuk pintu kamar Taera berkali-kali. Tidak ada jawaban. Setelah Sella bilang kalau Stefa yang datang, Taera akhirnya membuka pintu kamarnya dan membiarkan Stefa masuk. Setela itu, Taera menutup pintu kamarnya kembali. Stefa sangat kaget melihat mata Taera yang sembab. Taera habis menangis. Mengingat cerita dari Yuna, pasti Taera sedih banget dengan kejadian tadi.
"Gue udah tahu kejadiannya dari kak Yuna. Kak Yuna sama Kak Putra juga sama kagetnya waktu ngelihat lo tadi," kata Stefa.
"Bukan salah mereka kalau mereka nggak tahu gue ada disana. Gapapa kok, Stef. Gue hanya syok aja," kata Taera.
"Tapi ngelihat mata lo sembab gini gue nggak tega, Tae. Lo pasti habis nangis. Lo ngomong apa sama kak Ardilo tadi?" tanya Stefa dengan berhati-hati.
"Gue mau putus sama dia, Stef. Gue udah nggak sanggup," kata Taera kemudian menangis lagi.
"Ha? Putus? Kenapa, Tae? Gue yakin kalian bisa menyelesaikan masalah ini baik-baik," kata Stefa.
Taera menggelengkan kepalanya, "Udahlah, Stef. Gue butuh waktu untuk sendiri saat ini. Gue pengen sendiri. Maaf Stef, lo harus pulang sekarang," kata Taera.
"Tapi...."
"Tolong, biarkan gue sendiri dulu, oke," kata Taera.
"Baiklah. Gue pamit. Ini makanan buat lo. Dimakan ya, jangan sampai nggak makan. Inget besok masih ujian. Lo harus makan biar nggak sakit," kata Stefa.
"Iya," kata Taera.
Stefa kemudian pamit pulang. Sepanjang perjalanan, Stefa rasanya ingin marah. Sebenarnya apa mau Yola sampai membuat sahabatnya ingin putus dari pacarnya. Mendadak Stefa ingin melabrak Yola.