'Aku ingin bebas... aku ingin seperti pheonix yang tebang tinggi di angkasa. Bukan seperti burung kecil di sangkar emas.' Leofia
***
Planet Venus, Forest of Death
Saat matahari semakin terik, hutan yang biasanya sepi itu menjadi sangat riuh. Hutan yang penuh binatang buas dengan bentuk aneh itu menjadi sangat aktif. Rasa sunyi dan sepi yang ada kini telah lenyap bak ditelan bumi.
Semua orang yang dulu penuh rasa takut kini di penuhi ke beranian. Dan yang paling malang dalam hal ini adalah para kaum binatang yang harus mati sia sia. Para pencari putri itu tidak segan sedikit pun pada hewan buas di hutan itu. Apa yang mereka lihat akan dibunuh.
Sedangkan Jauh di tempat keramaian itu ada beberapa orang yang tergeletak lemah diatas tanah. Tidak ada tanda pergerakan mereka, ada juga dua hewan beda jenis ikut pingsan didekat mereka. Lalu juga ada dua insan yang pingsan saling berpelukan. Dan malangnya seorang gadis lagi yang pingsan sendirian. Disampingnya ada seekor kucing gemuk yang sedari tadi mencakar tangan si gadis.
Cakaran kecil itu sangat lembut, kucing itu memang tidak berniat membangunkan tuannya. Dia hanya antisipasi terhadap sosok lelaki yang masih dalam keadaan pingsan itu. Dia melihat tuannya sekilas, lalu dia mendekat kan ekor panjangnya pada telinga tuannya.
Lalu dia menggerakkan ekornya ke kanan dan ke kiri. Gadis itu yang merasa terusik pun mulai bergerak gelisah. Perlahan tapi pasti matanya mulai membuka. Tangan kanannya yang mungil dan mulus menutup cahaya yang menganggu penglihatan matanya.
Butuh banyak menit untuk dia sadar sepenuhnya dan ingat apa yang terjadi. Lalu dia memandang kearah kiri yang terdapat kucing gemuk tadi. Sedangkan kucing tadi hanya menatap tuannya malas. Lalu mengarahkan kepalanya menujuk dua insan yang saling berpelukan tadi.
Saat dia mengikuti petunjuk kucing tadi. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, akibat terlalu terkejut akan apa yang dilihatnya. Dari penglihatannya ini dia sangat ingin mengerjai mereka berdua. Tapi dia harus menunda pikiran liarnya itu. Dia harus mengikat cowok itu dulu, dan juga merebut semua alat komunikasinya. Dia tidak ingin cowok itu memboncorkan tempat persembunyiannya.
Dia memulai aksinya dengan mengikat kedua hewan di samping mereka lebih dulu. Lalu dengan perlahan dia menggeser tubuh teman gadis nya. Dan dengan perlahan mengobarak abrik tubuh cowok tadi. Dia mengambil semua yang dimiliki cowok itu. Senjatanya, cincin penyimpannya, alat komunikasi dan beberapa barang lainnya.
Lalu dia menyimpan semua itu didalam cincin semesta nya. Dan setelah itu dia mengangkat tangan kirinya sejajar dengan kepalanya. Dari tangan itu muncul sebuah tali yang terbuat dari akar tanaman. Warna tali itu merah menyala seperti api tapi suhu nya normal dan tidak panas.
Dia mengikat cowok itu perlahan agar tidak membangunkannya. Sedangkan si gemuk hanya menyaksikan ulah tuannya tanpa minat. Dia bersender pada pohon Poalam sembari mengelus perut buncitnya. Dari sana terdengar suara suara demo dari perutnya. Dia sangat lapar dan tuannya masih sibuk di sana.
Setelah tuannya selesai dia mendekati tuannya. Sedangkan gadis tadi sudah berdiri dan menepukkan kedua tangannya. Urusannya sudah selesai, sekarang waktunya dia duduk santai. Saat dia akan beranjak, kaki jenjangnya terasa geli. Dia melihat tubuh gemuk itu mengelus kakinya.
Mendapat tanggapan tuannya, dia mulai aktingnya. Dia mengelus perut nya lalu mulai berguling guling di tanah. Wajahnya yang tadi imut semakin imut dengan tingkahnya itu. Gadis itu mengerti maksudnya, dan mulai mengendong si gemuk.
Dia berjalan ke arah tertentu, berharap ada sungai di sekitar sini. Tubuh gemuk itu penuh semangat, rasa tidak sabar menghantuinya. Sudah cukup lama dia mencari namun naas karena tidak ada sumber air disekitar sini. Dia memandang si gemuk, menatapnya dengan prihatin.
Hari ini si gemuk tidak bisa makan ikan bakar kesukaannya. Si gemuk yang mengerti maksud tuannya lantas mengambek. Dia tidak suka makan daging lain selain ikan, titik! itu yang ada dipikiran kucing gemuk itu. "Kalau kau tidak mau makan makanan lain selain ikan. Maka kau tidak perlu makan saja! aku sudah lelah jadi aku ingin istirahat." Tegas gadis tersebut,
Dia tidak habis pikir dengan peliharaannya yang satu satunya ini. Dia selalu menganggap kalau kucing itu suka semua jenis daging. Tapi hewannya satu ini lebih suka ikan, dan hanya akan makan ikan! Apa ini karma karena dia juga hanya suka buah, apalagi dia sebagai Leo.
Sedangkan si gemuk kini menampakkan wajah menyedihkannya. Dia selalu melakukan ini agar tuannya itu mengasihaninya. "Ah aku tidak bisa menahannya! Wajahmu ini mengapa sangat mengemaskan Catiras? Baiklah kita akan cari ikan nanti, ok? Berhentilah memasang wajah chubby ini, Tapi kita tunggu Lunaxia sadar dulu!" ucapnya gemas, kedua tangannya mencubit pipi gembul kucing itu.
Lalu dia mengendong kucing itu dan kembali ke tempatnya tadi terdampar. Di sepanjang perjalanan dia melihat banyak hewan busa melarikan diri. Bahkan hewan itu tidak berniat menganggu Leofia, mereka sibuk lari. Seakan jika mereka berhenti berlari, maka mereka akan mati. Tak sedikit juga yang menjauh saat melihat Leofia dan si gemuk.
Hal ini membuat Si gadis dan peliharaanya jadi bingung. Tidak biasanya hal seperti ini terjadi, " Oh tidak aku lupa! kita harus bergegas Catiras, aku yakin orang yang mencari ku sudah tidak jauh dari sini." panik gadis itu, dia langsung berlari ke tempat temannya berada. Mengapa dia sampai lupa jika dia masih dalam incaran?
Sampai disana dia langsung menggoyangkan tubuh Lunaxia, "Lun bangun... Lun!" ucapnya, tapi masih tidak ada tanggapan dari gadis itu. dia berpikir sejenak, " maaf tapi aku tidak punya pilihan lain!" ujarnya pelan lalu memegang tangan gadis itu. Tangannya yang tadi putih mulus itu sekarang memerah. Warna merahnya tersalur ke tangan gadis tadi,
1
2
3
Dan akhirnya tubuh gadis tadi mulai bergerak gelisah. Dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Leofia. Leofia memegangnya semakin erat, dan tidak membiarkan tangan Lunaxia lepas begitu saja.
" Akh...! panas... panas..." teriaknya kala ia terbangun dan langsung menarik tangannya dari benda panas tadi. " Fiaaa!!!! Mengapa kau lakukan itu?" marahnya saat melihat jika benda panas itu adalah tangan sahabatnya.
" Maaf! Habisnya kamu aku bangunin gak bangun - bangun! yaudah deh aku bakar tangan kamu. Tapi gak gosong kok! Tenang aja!" jawab Leofia polos, Lunaxia yang mendengarnya ingin sekali menapok wajah itu. 'Emang tangannya gak gosong tapikan panasnya terasa banget!'
Sedangkan si gemuk kita, dia hanya menonton tingkah sok polos tuannya. Tidak ingin ikut campur dalam urusan tuannya, dia juga masih kesal kerena tidak ada ikan kesukaannya. kembali lagi ke kedua gadis tadi! " Ada apa sih sampai segitunya kamu bangunin aku? sakit tau!" omel Lunaxia
" Oh itu, apa ya?" ucapnya sembari memutar otaknya, "Ah ingat! kapal terbang pesanan aku mana?" ucapnya sedikit girang
" Ada, ini! Emang kenapa? buru buru banget?" ucapnya bingung, tapi tetap mengeluarkan benda yang diminta Leofia. " Itu kok kecil banget sih Lunaxia! aku kan udah bilang bikin yang lebih besar dari yang sebelumnya."
" Astaga Leofiaaa!!! wajar tau kalau ini kecil kan biar bisa di bawa. Kan nanti bisa di besarin dengan Laser pembesar!" geram Lunaxia, tanpa mereka sadari sedari tadi ada seorang yang memperhatikan mereka.
***