Chereads / "BERDARAH" / Chapter 4 - Masa Kecilku

Chapter 4 - Masa Kecilku

Masa kecil yang sangat indah dengan banyak prestasi membuat diriku merasakan kebahagiaan dan cukup membuat kedua orangtua ku bangga.

***

Aku memiliki masa kecil yang bisa dibilang sangat indah pada waktu itu, merasa bangga karena diri memiliki potensi yang lebih dibanding dua saudara kandungku.

Ketika aku duduk dibangku sekolah dasar, aku mendapatkan berbagai macam prestasi yang mungkin tidak aku sadari bahwa bakat dalam diri ini memanglah ada.

Sejak kecil aku lebih menyukai mata pelajaran pendidikan agama islam, Ya prestasiku pun menonjol dalam bidang itu. Aku lebih banyak mendapatkan prestasi dalam bidang agama.

Sejak kecil aku mengikuti beberapa lomba. kemudian mengikuti belajar tilawatil qur'an, karena usaha tidak akan mengkhianati hasil alhamdulilah aku bisa memenangkan lomba MTQ juara ke 2.

Kemudian aku mengikuti lomba hafidz al-qur'an, alhamdulilah meskipun tidak berlanjut ke tingkat nasional setidaknya aku mempunyai bekal hafalan al-qur'an.

Aku juga sering mendapatkan juara kelas, dan mendapatkan nilai ujian nasional terbaik.

***

Seiring berjalan nya waktu, terlewati sudah masa kanak-kanakku.

Kini aku beranjak remaja, aku tengah duduk dibangku 1 SMP.

Aku belajar se-ambisi mungkin, agar mendapatkan prestasi yang baik dan membanggakan kedua orang tua.

Namun, duri kehidupan selalu ada. Perjalanan hidupku tidak selalu berjalan dengan mulus, ada saja duri kehidupan yang menusukku secara diam diam.

***

19.00

Malam itu, aku baru saja pulang dari tempat pengajian. Ditengah perjalanan, ada salah satu teman satu desa denganku memberhentikan langkah kakiku.

"Mau ga nganter aku besok ke acara nikahan temanku." ucapnya

"Ga ah, ngapain buang buang waktu." kataku

Entah memang dia orangnya yang sengaja membuat cerita bahwa aku melakukan suatu hal yang tidak wajar dengannya, ataukah memang ada orang lain yang sengaja memfitnahku.

Keesokan harinya akupun kembali mengaji dan melakukan aktivitas seperti biasanya.

Namun orang-orang pengajian disekitarku tampak berbeda, ada apa dengan mereka? Aku sama sekali tidak menanggapi sikap mereka, aku tetap saja bersikap seperti biasanya.

Setelah pengajian selesai, diperjalanan hendak pulang ada salah satu anak yang bilang "Jablay mah tetep jablay aja, masa jablay ngaji si kan tempat jablay mah di cafe-cafe." ujarnya

Aku tidak terima dengan ucapan tersebut, juga tidak menanggapi sama sekali ucapannya. Aku bergegas lari sambil menangis tersedu-sedu.

Aku pulang sambil menangis tersedu-sedu, kakakku yang sedang makan malam  sejenak menyimpan sendoknya diatas meja.

kemudian bertanya. "Kenapa kamu nangis?" ucap kakakku

akupun menjawab "Dibilang jablay sama si*** ."

(Aku sensor nama anak itu demi menjaga nama baiknya)

Setelah mendengar ucapanku, tidak menunggu waktu lama lagi kakakku bergegas pergi menuju rumah anak itu.

Aku tidak tau keributan apa yang terjadi dirumah anak itu. Yang jelas setelah kakakku pulang, dia mengatakan bahwa masalah ini sudah selesai.

***

Usai sudah masalah itu, akupun kembali beraktivitas seperti biasa.

Tidak ada duri dalam kehidupanku lagi, akupun menjalani hari-hari seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Berusaha untuk melupakan apa yang sudah terjadi dan belajar dengan tenang untuk mendapatkan prestasi yang ingin aku raih untuk membanggakan kedua orangtuaku.