Keinginan untuk menjadi manusia yang dapat menghirup udara dengan bebas tidak dapat aku rasakan. Aku hanya dapat berdiam diri seperti kura-kura yang sedang bersembunyi dalam tempurungnya.
***
Setelah melewati peristiwa yang terjadi dimasa remaja berupa cinta yang menimbulkan konflik, aku memiliki ketakutan bahwa kekangan itu akan kembali hadir.
Ya, ternyata benar. Ketakutanku kini menjadi sebuah kenyataan, kekangan yang sudah aku rasakan bertahun-tahun selama duduk dibangku SMP kini harus kembali dirasakan pada masa remaja ini.
Bodoh sekali rasanya diri ini ketika membuat permasalahan yang menimbulkan kerugian pada diri sendiri.
Orang tua yang sudah memiliki kodrat over protektif ditambah timbul permasalahan seperti ini, ke-over protektif-an orang tuaku semakin menjadi.
Aku paham, semua yang terjadi memang ini ulah diriku sendiri. Namun tidak bisa dipungkiri mereka diluar sana banyak sekali yang melebihiku, tapi orang tua mereka tetap fine. Ini adalah suara hatiku, suara jeritan hati kecilku yang ingin sesekali hidup seperti mereka.
Pembelaan terhadap diri sendiri terus dilakukan. Namun apa daya, aku ini hanya sebagai anak. Bagaimanapun juga sekuat apapun aku mengeluarkan pendapat dan membela diri sendiri, tetap saja aku salah. Karena aku memiliki kedudukan hanya sebagai anak.
Aku harus menahan diri agar tidak berontak atas peristiwa yang telah terjadi. Akupun harus sabar atas segala peristiwa yang telah menimpa diri ini, namun sesekali aku merasa terpuruk karena ingin hidup seperti mereka.
Jika saja aku memiliki kepentingan yang berurusan dengan sekolah, maka kakakku yang bergerak. Ia harus menjadi bodyguart selama urusanku keluar rumah belum usai.
Perasaan dalam diri ini lengkap sudah. Marah, emosi, kesal, kecewa, dan malu itu selalu hadir ketika satu hari penuh kakakku harus turun tangan untuk membuntuti aktivitasku.
Aku tidak bisa melakukan sesuatu, akupun tidak bisa melawan kedua orangtuaku. fikirku "semakin aku melawan semakin mereka menjadi" .
Aku hanya bisa meluapkannya dalam sebuah tulisan, aku hanya bisa meneteskan air mata ketika menatap langit-langit kamar.
Aku hanya bisa duduk disudut kamar, yang mungkin bagiku kamar itu adalah tempat istirahat dari segala kepenatan hidup. Kamar itu memiliki banyak arti cerita, Kamar itu menjadi saksi bisu atas derai-an air mataku.
***
Aku ingin hidup dengan harapan suatu saat bisa menghirup udara dengan bebas. Aku ingin mendapat sebuah kepercayaan, yang mungkin bagiku kepercayaan itu ibaratkan sebuah piagam emas.