Chereads / "BERDARAH" / Chapter 5 - Peristiwa 22 Desember

Chapter 5 - Peristiwa 22 Desember

Peristiwa yang membuatku histeris ketakutan. Seorang laki-laki yang berstatus sebagai kakak, awalnya begitu bersikeras berusaha melindungiku. Namun seiring berjalannya waktu, perlindungan itu berubah menjadi sebuah ancaman untukku. Perlindungan itu berubah menjadi sebuah penderitaan untukku. Kakakku mengandalkan fisiknya sebagai kekuatan untuk mengahadangku.

***

Kini aku tengah menginjak dibangku 2 SMP. Tidak lupa juga dengan ke-ambisianku untuk tetap menjadi siswi yang berprestasi.

Aku mendapat kocokan kelas 2D, dan ingin menduduki bangku paling depan. Siapa sangka, ada cinta dibalik kelas yang hawanya dingin dan menyeramkan karena dekat dengan WC sekolah yang konon katanya memang ada penunggunya.

Ya, mungkin di setiap bangunan memang ada makhluk seperti itu, tidak hanya dibangunan sekolah saja, dibangunan rumah dan bangunan tua pun memang ada.

Hari-hari terus berlalu, tiba-tiba ada rasa yang tumbuh ketika melihat laki-laki yang berbadan tegap serta berbulu mata lentik.

Ya, aku menyukainya. meskipun memang waktu itu aku masih kecil dan belum cukup usia untuk menjalin sebuah hubungan seperti orang dewasa pada umumnya.

Namun sayangnya laki-laki itu sudah memiliki kekasih, kekasihnya sangat cantik anak paskibra kakak kelas pula. Beda denganku yang kecil, ramping, item, dekil hidup lagi ha..ha..ha..

Pikirku sudahlah lupakan saja laki-laki itu, toh dia sudah memiliki pacar. Namun dibalik menyukai laki-laki berbulu mata lentik itu, aku malah disukai oleh laki-laki yang duduk dibangku paling belakang.

Waktu itu aku memang tidak memperhatikannya, hafal namanya saja tidak. karena terlalu panjang dan memang agak susah untuk disebutkan.

Salah satu teman kelas datang mengahampiriku. "Eh kamu dapet salam dari dia, katanya minta No hp kamu"

"Siapa?" kataku

"Itu yang duduk dibangku paling belakang." katanya

Dengan sangat mudah akupun memberikan No Handphone, maklum lah ya dulu zamanku itu masih zaman pakai handphone yang buat smsn aja belum se-modern sekarang ini.

Tidak lama dari itu, kita berkenalan dan semakin dekat. Akhirnya kita berdua berganti status menjadi pacaran.

7 bulan lamanya aku menjalin hubungan dengannya, nyaman banget orang nya baik, perhatian, sering ngasih surprise pokonya ya gitulah ya layaknya laki-laki fuckboy sekarang.

***

Pada saat itu hari kamis, disekolahku sedang diadakan renang untuk semua kelas secara bergiliran. Untuk perempuan mendapat giliran renang dihari senin, sementara untuk laki-laki mendapat giliran dihari kamis.

Pacarku ikut renang nih ceritanya, terus dia chat lewat sms "nanti pulang renang kita ketemuan ya"

"Iya boleh, dimana?" Balasku

"Dicileley aja." katanya

Cileley adalah tempat dimana untuk berenang, tapi kebanyakan tempat itu sering dipakai buat ketemuan.

Waktu itu bertepatan dengan acara ruatan bumi di desaku, aku izin sama ibu buat main keluar sebentar. Izinnya sih main tapi itukan buat ketemu doi, ha..ha..ha

Aku tidak datang sendirian untuk menemui doi, aku datang bersama saudaraku. Kebetulan saudaraku juga ikut ketemuan sama doinya.

Aku berangkat dari rumah habis ashar, maklum lah ya kalo ketemu sama doi meskipun udah lama tapi merasa sebentar aja gitu gatau kenapa, setan maksiat emang kuat dasar.

Waktu terus berjalan hampir mau adzan maghrib, dan aku masih belum pulang.

Handphoneku berdering, notif panggilan dari ayahku.

"Hallo neng dimana?"

"Dirumah temen yah"

"Rumah temen yang mana?"

"Yang biasanya yah." ucapku

Aku tidak tau jawaban ayah bakal semarah itu, nadanya sangat tinggi sampai kata-kata kasar dan kotor keluar dari mulutnya.

Mendengar nada ucapan ayahku yang tinggi, aku bergemetar ketakutan. kakiku bergemetar hebat rasanya tidak ingin pulang kerumah karena takut kena marah habis-habisan.

Akhirnya aku memberanikan diri melangkahkan kaki, memaksakan diri berjalan untuk pulang.

***

Ditengah perjalanan, firasatku benar. ternyata ayah sudah menjemputku sambil menjambak jilbabku. Diseretlah aku sampai kerumah, badan ini dibanting sampai tersungkur dilantai rumah.

Aku menangis tersedu-sedu, teriak sekencang-kencangnya meminta tolong agar aku berhenti disiksa.

Namun apa daya, ini semua salahku. Mulutku dimasuki lap kotor oleh ibuku sampai mengeluarkan darah, Handphoneku dibanting sampai remuk. Kartu simcard dan memory pun entah larinya kemana aku tidak tau, betapa malangnya nasibku pada saat itu.

Tetangga berdatangan kerumah sambil bertanya keadaanku. Namun kedatangan tetangga itu ditolak mentah mentah oleh orang tuaku, seakan aku dilarang untuk mendapatkan sebuah pertolongan.

Setelah itu, aku merasa cape sudah menangis berjam-jam hingga aku tertidur lelap sekali. mataku sembab dan besar sampai malu kalo keluar rumah.

***

Keesokan harinya, Orang tuaku bilang bahwa aku harus pindah sekolah  pesantren yang ada digarut.

Pulang sekolahpun orang tuaku sudah menunggu didepan gerbang sekolah, diperjalanan pulang orang tuaku kembali memperbincangkan tentang pesantren itu.

Akupun tidak bisa menolak permintaan mereka, aku hanya bisa menganggukan kepala saja.

Ketika sudah tiba dirumah aku iseng memakai kutek hena untuk melukis nama diriku sendiri dilengan kiriku.

Ayahku melihat tulisan ini dan mengatakan bahwa itu adalah tato, namun aku bersikeras melawan bahwa ini hena bukan tato. Aku sama sekali tidak menyangka gara-gara tulisan nama memakai hena ditanganku menimbulkan masalah yang sangat besar.

Malam itu aku sedang tertidur pulas, tapi telingaku berfungsi dengan baik. Aku mendengar percekcokan didalam rumah.

Aku kira bukan karena masalahku, ternyata itu semua gara-gara masalah tulisan ditanganku.

Kakakku tiba-tiba datang ke kamar "Cepet hapus tulisan itu pake bensin, ayo dibantuin. Ayah marah bgt sama kamu" katanya.

Aku masih tetap bersikeras menolak untuk menghapus tulisan itu, Namun apa yang terjadi? Badanku yang sedang terlentang diatas kasur diseret sampai terjatuh, ditendanglah tangan kananku oleh kakakku.

Aku menjerit, meringis kesakitan sambil menyebut nama kakek nenekku.

Kasurku habis disisit menggunakan pisau oleh ayah, semua buku LKS-LKS ku juga tinggal separuh habis digunting oleh ayahku.

Tidak lama dari itu kakekku datang membawaku pergi dari rumah neraka itu.

Ayah dan ibuku entah pergi kemana. setelah kejadian itu mereka berdua tidak tinggal dirumah, semua tanganku kaku kesakitan tidak bisa bergerak.

Kakek membawaku ke tukang pijat  spesesialis tulang, semua tulang-tulangku geser dan merasakan sakit yang luar biasa ketika sedang diperbaiki.

Malam itu aku pulang dan menginap dirumah nenek.

***

Keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti biasanya, uang jajanpun diberikan oleh nenek. Betapa sayangnya mereka berdua, karena hanya aku cucu perempuan satu-satunya.

Pulang sekolah pun tiba, aku dijemput oleh kakak laki-laki ku untuk pulang kerumah.

Ketika sampai dirumah, karena aku lapar akupun makan sambil menonton televisi.

Tiba-tiba kakakku "Mau berubah jadi baik ga? Mau nurut apa kataku ga?"

Perkataan itu tidak sama sekali aku jawab, rasanya airmata sudah sampai ditenggorokan.

Jika aku berbicara maka air mata sudah pasti jatuh, aku tidak mau hal itu terjadi. Aku sudah lelah jika harus menangis lagi.

Kakakku kesal sendiri, akhirnya dia menendang kursi. seraya berkata "Lo anggap gue apa? Lo anggap gue patung?"

Seketika aku berhenti makan, segera siap-siap mengemas baju seragam sekolah dan buku-buku untuk pergi dari rumah.

Tapi itu tidak terjadi, selepas aku berdiri tengah berjalan kepintu jalan dapur untuk keluar. kakakku menendang wajahku dan aku kembali tersungkur disamping kulkas. Aku menangis sejadi-jadinya sambil berkata

"Kenapa lo terus-terusan nyiksa gue? Sekalian aja lo bikin gue mati!"

Aku menangis histeris, sementara kakakku tidak mempedulikan tangisanku. Ia memintaku untuk berhenti menangis.

Aku malah menangis sekeras mungkin, karena memang aku tidak kuat menahan derita ini sendirian.

"Bakal berhenti ga? Kalo ga berhenti gue bakal bakar lo idup-idup!"

Aku mengira perkataan itu hanya sebuah  candaan agar aku berhenti menangis.  karena aku pikir mana mungkin seorang kakak tega membakar adik kandungnya sendiri.

Tapi itu tidak terjadi dengan kakakku, dia benar-benar tega dan berhati iblis. Ia mendadak menuangkan bensin di motor lalu mengguyur ke seluruh badanku.

Aku menangis sambil berteriak "panas panas panas tolong tolong tolong."

Tidak ada satu orangpun yang berani menolongku, aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari siraman bensin itu.

Dibasuhlah semua badanku dengan air, setelah itu aku pergi meninggalkan rumah neraka itu menuju rumah nenekku.

Tiba lah dirumah nenek, akupun memeluk nenek sambil menangis histeris. Rasanya dekapan nenek sedikit merasakan bahwa aku telah mendapatkan perlindungan.

Nenekku juga ikut menangis karena merasa tidak tega bahwa cucu perempuan satu-satunya disiksa setengah mati oleh kakak kandungnya sendiri.

Akhirnya permasalahan ini diadukan oleh nenek ke kakak kandung ayahku, aku malah disuruh tinggal bersamanya.

karena kebetulan kakak kandung ayahku tidak memiliki anak perempuan, dan ingin mengangkatku sebagai anaknya.

Kemudian dirawatlah aku dirumah itu, kebahagiaan berpihak kepadaku saat itu.

Namun, Tuhan kembali mengambilnya. Aku hanya tinggal beberapa hari saja bersama kakak kandung dari ayahku, dan kembali dijemput oleh orangtuaku untuk kembali kerumah neraka itu.

Ketika tiba dirumah, kedua orangtuaku menangis melihat kondisiku saat ini. mereka merasa bersalah telah meninggalkan rumah dan membiarkanku merasakan siksaan disiram bensin.

***

Hari hari terus berjalan dengan baik, aku telah berhasil melewati penderitaan yang aku terima diawal masa remaja itu. masalah ini mulai mereda dan kondisi keluargaku pun mulai membaik.