Dua jam berlalu, gadis cantik yang masih berseragam putih abu-abu itu masih saja duduk di depan gerbang. Entah apa yang ditunggunya, yang jelas ia masih duduk terdiam dengan tatapan kosong di sana.
"Woi!" tiba-tiba seseorang datang dan langsung merangkul gadis yang bernama Melodi itu.
"D-dito?" Dito tersenyum, menatap cerah Melodi seakan memberi Melodi semangat di tengah kalutnya hati sang gadis.
"Eh, ini lepasin dulu," pinta gadis cantik itu memutar bahunya agar lengan Dito beranjak dari sana.
Lelaki itu segera melepaskannya sembari cengengesan tidak jelas.
"Masih belum pulang juga? Gue padahal 'kan udah bilang kalau masih belum dijemput, telpon gue aja."
"Gue lagi pengen nunggu, Dit," balas Melodi menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Nunggu siapa? Nunggu orang yang gak pasti, bahkan udah dua jam lu nungguin masih aja dia gak dateng. Lu nungguin calon lu 'kan? Udahlah, pulang sama gue juga gak bakal buat dia cemburu. Yang ada mungkin dia berterimakasih karena gue udah bantu dia buat anter lo pulang."
"Lu ngatain gue seakan gue beban bagi calon laki gue," balas Melodi menatap lurus ke jalan.
"Baperan skip."
"Ih, apaan, sih. Bikin orang makin badmood aja!"
"Hahaha ... jangan marah dong, gue gini biar gak garing aja."
"Terserah. Lagian lu sotoy, tau dari mana coba kalau gue lagi nungguin calon laki gue?"
"Gimana gak tau, siapapun juga udah pasti bisa nebak kalau yang bakal jemput lo itu dia. Orang lu pulang pergi bareng dia mulu," jawab lelaki itu seraya mengunyah permen karet yang baru ia beli di kedai sekitar sana.
Sebenarnya sedari tadi Dito tidak pulang, melainkan nongkrong di kedai yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat Melodi duduk. Lelaki itu terus memerhatikan Melodi dari jauh, berharap gadis itu akan menelponnya meminta diantar pulang.
"Btw lu cantik pake hijab, kayaknya dia berpengaruh banget dihidup lu, ya. Tiap hari lu makin alim gue liat," sindir Dito tentang Dareen, membuat Melodi tiba-tiba saja merona. Benar juga kata lelaki itu, Dareen memang membawa pengaruh besar terhadap Melodi.
"Gak cuma gara dia doang, kok."
"Terus siapa lagi? Gue? Hahaha ...." Tawa lelaki itu terdengar jelas di telinga Melodi, tawa yang ia dengar ketika keduanya bercengkrama bersama semasa pacaran dulu.
"Bukan, tapi juga karena keinginan." Melodi berbalik, menatap Dito yang duduk di sampingnya lalu melanjutkan ucapannya, " Keinginan yang buat kita berubah. Suruhan dari orang lain itu hanya pendukung. Tetapi keinginan, itu jauh lebih penting dan inti dari sebuah perubahan. Tanpa keinginan semuanya gak berjalan lancar."
Dito terdiam, takjub dengan perkataan bijak gadis cantik di sampingnya. Jauh dari sebelumnya, Melodi di sampingnya saat ini bukan seperti Melodi yang ia kenal dulu.
"Wow! Bravo! Melodi yang gue kenal dulu udah bener-bener berubah. Wow! Mantap-mantap!" Lelaki itu bertepuk tangan memberi apresiasi atas pernyataan yang diberikan gadis itu tadi.
"Oke, hari udah jam setengah enam, lu harus pulang. Yuk, gue anter. Gak ada penolakan!" ajak Dito menarik baju Melodi di bagian lengan. Bukan tubuh gadis itu, melainkan hanya kain saja.
Melodi akhirnya menurut, gadis itu berjalan mengikuti Dito yang tengah menariknya menuju kedai tempat lelaki itu berdiam diri tadi. Di sana terlihat motor Dito terparkir rapi.
Baru saja keduanya ingin menuju motor, tiba-tiba saja mobil mewah berwarna hitam yang tidak asing lagi bagi Melodi itu berhenti tepat di depan kedai. Seseorang di dalamnya keluar dengan tatapan panik.
"Ya Tuhan ... maafin saya, Mel. Tadi ada kerjaan mendadak di kantor, makanya saya lupa jemput kamu. Kamu kok gak langsung pulang aja tadi? Eh, tunggu ini jam berapa?" Lelaki itu terlihat mengecek jam tangannya, lalu membulatkan matanya terkejut. "Udah dua jam lebih kamu di sini, kenapa gak langsung pulang aja?!" tanya lelaki itu terlihat khawatir menatap Melodi.
Melodi hanya menatap datar Dareen, lalu kembali menatap Dito.
"Yuk, anterin gue. Katanya mau ngater tadi." Sengaja Melodi mengatakan itu di depan Dareen agar lelaki itu panas.
Dito hanya diam, bagaimana ia bisa membawa Melodi begitu saja kalau situasinya saja begini.
"Ayo Dit! Gue capek, laper juga," rengek Melodi enggan menatap bahkan melirik Dareen lagi saat ini.
"Tapi---"
"Kamu pulang aja Dito! Melodi biar sama saya," tegas Dareen tiba-tiba, Melodi sudah bisa menebak dari nada suaranya. Pasti Dareen sedang emosi saat ini.
Gadis itu tersenyum samar, lalu menggandeng tangan Dito.
"Lu aja yang anter gue pulang," pinta gadis itu dengan nada memohon.
"Ayo Melodi, Bunda nanti marahin kamu kalau pulang terlambat."
"Udah terlambat mau gimana lagi?"
"Sekali lagi saya mohon ayo ikut saya, saya sudah minta maaf tadi. Bahkan saya sudah jelaskan, kamu harusnya mengerti. Bukan bersikap kekanakan begini," ujar Dareen membuat Melodi mendengus kesal lalu berjalan malas menuju mobil Dareen.
"Maaf merepotkan, Dito. Saya benar-benar lupa tadi, makanya jadi ceroboh gini," ucap Dareen lalu pamit pada Dito, lelaki yang berstatus mantan Melodi itu hanya tersenyum manis pada Dareen. Jauh berbeda dengan saat sebelumnya.
Melodi mulai membuka pintu depan mobil Dareen, baru saja membuka pintu mata gadis itu tiba-tiba langsung membulat. Pemandangan di kursi samping kursi pengemudi itu membuat mood Melodi yang hampir kembali tadi hancur lagi.
Brak!
Melodi membanting pintu mobil itu lalu berjalan ke pintu jok belakang.
Sementara Dareen yang masih di luar sana membuang nafasnya dalam setelah memerhatikan pergerakan Melodi tadi.
Lelaki itu masuk ke dalam lalu mulai mengemudi, membiarkan Melodi yang terlihat tengah dalam keadaan tidak baik sekarang.
"Kita kemana lagi, Reen?"
'What? Kemana lagi? Emang tadi dia dari mana aja sama tuh cewek?"
"Anterin Melodi pulang dulu. Kasian dia, udah laper kayaknya," balas Dareen fokus menyetir.
Melodi hanya diam, merasa menjadi orang asing di sana. Rasanya gadis itu menjadi nyamuk diantara orang yang tengah berpacaran di depan sana.
'Nih cewek siapa sih?! Sok asik banget sama calon laki gue.'
***
Brak!
Melodi membanting pintu mobil itu tanpa berpamitan atau mengucap sepatah katapun pada lelaki yang berstatus calon suaminya itu.
Gadis itu masuk ke dalam rumahnya dan langsung di sambut oleh Rena, sahabat karibnya.
"Dari mana aja?! Kok baru nyampe? Laper ya? Tuh gue bawain martabak kesukaan, lu," celoteh gadis itu yang diakhiri dengan kata yang membuat mood Melodi kembali lagi.
"Siapa yang bukain pintu? Bunda sama Ayah 'kan lagi gak di rumah."
"Bik Inem tadi yang bukain. Iya, Bik Inem juga cerita Ayah lu masih di kantor, dan Bunda Diana lagi ke super market."
Gadis itu ber-Oh ria lalu berjalan cepat menuju meja dapur yang terdapat bingkisan martabak, dengan segera gadis itu mengambil sepotong martabaknya lalu mengunyahnya dengan tidak santai.
"Biasa aja dong makannya! Udah kayak gak pernah makan martabak aja, lu!" ucap Rena berjalan menyusul Melodi ke dapur. Gadis yang terlihat berpakaian santai itu berjalan mendekati bingkisan martabak lalu mengambil satu potong juga.
"Lu ngapain kesini?" tanya Melodi memperbaiki hijabnya yang mulai maju-maju karena terlalu brutal saat mengunyah.
"Gue nginep disini! Besok 'kan libur!" jawab gadis itu histeris. Ia sangat suka hari libur.
"Oh, baguslah. Gue juga kesepian gak ada temen di rumah. Resiko anak tunggal, mau adik lagi tapi emak udah kelewat tua hahaha ...."
"Hahaha ... kasian Bunda lu ntar jagain dedek bayi, mending lu aja yang cepet-cepet nikah supaya dapet dedek bayi dan gak kesepian."
"Ogah! Males."
"Dih ...."
***
Malam telah tiba, Melodi tengah bermain game di ponsel setelah selesai membersihkan diri tadi. Sementara Rena terlihat tengah mengeringkan rambut di depan meja rias. Keduanya baru selesai mandi, tidak mandi bersama! Melainkan Melodi yang lebih dulu mandi.
Ting!
Tiba-tiba saja sebuah notifikasi pesan datang di ponsel Melodi. Mengganggu gadis itu yang tengah bermain game.
"Asw! Astagfirullah, sabar ...." Melodi dengan kesal membuka chat yang datang entah dari siapa itu.
Calon Laki:)
Kamu marah, ya?
Melodi diam, hanya menatap ponselnya tanpa mau membalas. Matanya kembali menatap pemberitahuan yang mengatakan lelaki itu sedang mengetik lagi sekarang.
Saya minta maaf, tadi saya bener-bener sibuk banget makanya sampe lupa ...
Melodi, kenapa hanya di baca? Balas
Hey balas ....
Melodi saya minta maaf
Kamu gak mau maafin saya?
Melodi memutar bola matanya malas lalu membanting ponselnya di kasur. Terlalu malas untuk mengetik untaian kata hanya untuk lelaki itu. Entahlah, setelah melihat perempuan yang bersama Dareen tadi, mood Melodi semakin buruk. Apakah ia sedang cemburu sekarang?
TBC.