Chereads / Kau Nakhodaku dan Aku Penumpangmu / Chapter 17 - Masa Depan?

Chapter 17 - Masa Depan?

SIAPA YANG GAMBAR BURUNG DIBUKU GUE!" pekik frotal seorang gadis berhijab di kelas itu. Siapa lagi kalau bukan Melodi Auristela, sigadis yang baru tobat itu.

Seisi kelas diam, kaku di tempat karena takut diduga yang menggambar burung dibuku Melodi yang entah peliharaan siapa itu.

Brak!

"SEKALI LAGI GUE TANYA! SIAPA YANG GAMBAR INI!" bentak Melodi menggebrak meja belajarnya.

"G-gak tau M-mel, seinget gue cuma Bagas yang datang ke meja lu tadi. Selebihnya gak tau ...," jawab Renata yang kebetulan duduk di depan meja Melodi.

Mendengar namanya disebut, lelaki itu bergidik ngeri melihat tatapan tajam Melodi yang terarah padanya. "G-gue kira buku Rena Mel, suer!"

"Mampus! Niatnya jahilin gue taunya singa betina yang kena, nikmatin tuh kurma!" ejek Rena yang duduk di kursinya.

Melodi menghela nafas sembari menunduk, lalu mengayunkan tangannya sebagai kode menyuruh Bagas mendekat. "Sini lo."

Bagas tetap diam di tempat duduknya, takut diapa-apakan oleh gadis monster itu.

"Sana bego, lu laki kan? Masa digituin doang melempem," ujar Candra membuat Bagas akhirnya memberanikan diri mendekat pada Melodi.

Melodi menatap tajam Bagas yang sudah berdiri hadapannya. Setelahnya gadis itu berdecak kesal melihat buku tulisnya yang sudah dipenuhi burung menjijikkan itu.

"Sekarang juga lu beliin gue buku di koperasi!" ucapnya dengan nada tegas. Bagas sontak saja menghela nafas lega, setelahnya diulurkannya tangannya kearah Melodi.

"Uangnya?"

"Lu mau gue gampar pake sepatu atau penggaris besi kelas?" tanya Melodi tajam, membuat Bagas bergegas pergi dari sana. Bisa mati di tempat jika ia masih berada di sekitar gadis itu.

Melodi memutar bola matanya malas setelah kepergian pemuda itu. Kemudian gadis itu duduk di bangkunya, menatap secarik kertas di meja belajarnya. Gadis itu membuang nafasnya kasar, terlalu bosan untuk membuka kertas demi kertas yang selalu ia dapatkan setiap harinya. Kertas yang 'tak lain adalah ungkapan cinta dari adik-adik kelasnya yang kemungkinan sok tampan dengan harapan Melodi akan membaca surat cintanya.

Oh, iya. Jangan lupakan kalau Melodi adalah primadona sekolah yang dipuja banyak pria hanya dengan melihat wajah cantiknya.

"Mel, kita lagi bahas sekolah, tamat sekolah lu mau lanjut di mana?" tanya Lisa tidak ada angin tidak ada hujan menanyakan hal yang bahkan belum terfikirkan oleh Melodi.

"Iya, Mel ... gue mau ngambil jurusan Teknik Informatikan, kalau lu apa?" tanya Rena penasaran.

Melodi masih bungkam, teringat perjodohan konyol yang akan ia lakukan setelah tamat, Ya Tuhan ... Melodi bahkan belum terfikir kalau nasibnya akan berakhir menjadi ibu rumah tangga yang akan mengurus anak dan suaminya diusia dini. Astaga ... mengapa jadi begini? Melodi mengusap wajahnya frustasi dengan kedua tangannya, lalu menatap kesal teman-teman yang sedang menunggu jawabannya. "Gue belum kepikiran."

Semuanya membuang nafas kesal, padahal sudah dari tadi mereka menunggu jawaban dari Melodi.

"Jangan buru-buru mau nikah, ya Mel ...," sindir Rena membuat Melodi menoleh lalu mendengus kesal.

"Gue masih mau sekolah bego," jawab gadis itu kesal.

***

Kring ...

Bel pulang berbunyi, karena ujian akhir semester telah selesai, jam pulang akhir-akhir ini mulai dipercepat. Melodi berjalan melewati koridor yang lumayan ramai oleh beberapa siswa yang juga ingin pulang. Ia berjalan sendirian karena Rena masih di kelas mengumpulkan kertas-kertas ulangan dalam rangka membantu Mr. David.

Sedari jam pertama ujian Melodi selalu diam, kepalanya diisi dengan pembicaraan tadi pagi. Dimana semua teman-temannya menanyakan tentang sekolahnya. Melodi bimbang, apa yang harus ia lakukan setelah tamat?

Sementara hatinya perlahan terbuka untuk seorang lelaki yang akan menikah dengannya, namun sekali lagi ia tegaskan, ia sama sekali tidak mau menjadi ibu rumah tangga diusia muda. Dan dia tidak ingin terlihat memalukan dengan berkumpulnya lagi nanti dengan teman-teman sekolahnya setelah sekian lamanya.

~

"Nah ini dia Dokter muda kita yang cantik, Lalisa! Sini duduk dekat gue," ucap Celsi si bendahara kelas dulu.

"Rena mana?" tanya gadis yang terlihat menawan dengan dressnya itu, dokter yang cantik.

"Gue disini! Udah lupa aja ya, lu sama gue!" kesal Rena yang duduk di pojok kafe, membuat Lisa tersenyum segan.

"Eh, programmer kita apa kabar nih? Masih jomblo atau udah nikah? Udah mapan gak mungkin lah 'kan gak ada pendamping?" goda Lisa duduk di samping Celsi yang sudah mengobrol dengan teman-teman lainnya.

Rena tersenyum malu, lalu mulai menjawab, "Dua minggu lagi gue mau nikah Lis, datang ya!"

"Asiapp!" seru Lisa bersemangat.

"Tinggal Melodi lagi nih! Kira-kira gimana ya kabar dia sekarang? Gue udah lama gak dapet kabar dari dia," gumam Renata membuat semuanya mengangguk setuju.

"Bener banget, sejak lulus sekolah dia gak ada kabar lagi seakan ditelan bumi," sahut Daniel sambil meminum es lemonnya.

"Sorry telat! Tadi di jalan macet!" ucap seorang wanita yang datang sambil menggendong bayi dengan nafas tersengal-sengal.

Wanita tersebut menghapus peluhnya lalu duduk di salah satu kursi sambil mengelus-elus bayinya yang tampak tengah terlelap. Membuat semua orang yang ada disana membulatkan mata kaget 'tak percaya.

"Anak lu, Mel?" tanya Candra melongo. Melodi menatap heran semuanya yang ikut juga melongo memerhatikannya, lalu mengangguk canggung.

~

Melodi dengan cepat menggelengkan kuat kepalanya, berusaha sadar dari halusinasinya yang membayangkan masa depan yang entah benar atau tidak akan terjadi padanya.

Kembali ke-apa yang ia pikirkan tadi, apakah Melodi harus menutup paksa pintu hatinya yang mulai terbuka untuk Dareen? Bahkan jika itu berakibat berdarah nanti hanya demi melanjutkan sekolah dan menjaga imegnya sebagai gadis cantik yang ingin bergelar juga dimata orang-orang?

"Ternyata aku tepat waktu menjemputmu," ucap seseorang saat Melodi sudah sampai di gerbang sekolah.

Melodi berhenti melangkah, menatap datar lelaki yang membuatnya berfikir ribuan kali untuk memilih masa depan.

Lelaki tampan yang tengah berdiri di depan mobil hitam miliknya itu berjalan mendekati Melodi, sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya dengan senyum indah yang terpatri di wajahnya. "Masuk, Nona." ucapnya memutar kepalanya ke samping sekedar mengintruksi Melodi untuk masuk ke dalam mobil hitam itu.

"Setauku Kakak punya perusahaan yang lebih penting dibanding diriku, kenapa gak kerja aja dibanding mengantar jemputku?" tanya Melodi mulai ketus. Dareen terkejut, setelah sekian lama berubah tidak biasanya lagi Melodi berbicara seketus ini padanya.

"Kamu lebih penting, Melodi."

Melodi diam, mengalihkan tatapannya dari mata Dareen yang teduh menatapnya. 'Tak ada kebohongan tersirat di sana.

'Tak ingin suasana canggung menyelimuti sekitar, gadis itu segera berjalan menuju mobil. Namun nasib buruk tampaknya menimpanya.

"Kak Melodi!"

TBC.