Chapter 16 - Fakta

Suasana pagi secerah hati, mentari cerah menyelimuti bumi. Kicauan burung yang asik bernyanyi, membarengi angin semilir pagi yang menyejukkan hati.

Gadis berhijab satin biru langit senada dengan gamisnya itu keluar dari rumahnya, menyandang tas yang berisi kotak tupperware hijau muda milik ibunya. Dia Melodi, berjalan pelan menuju motor gojek yang ia pesan beberapa menit yang lalu.

"Jalan, Bang," ucapnya lembut.

Motor besi itu memulai perjalanan, menembus angin pagi yang lumayan dingin.

"Mau ke rumah pacarnya ya, Neng?" tanya si Abang Ojol membuka pembicaraan agar suasana 'tak terasa canggung.

"Eh, kok tau Bang?"

"Hehehe nebak aja, habisnya rapi banget," balasnya membelokkan motor ketika di persimpangan.

"Oh ... sebenernya gak pacar sih, Bang ... lebih tepatnya calon suami," balas Melodi malu-malu.

"Oh ... wah! Semoga langgeng terus sampe akad ya, Neng."

Melodi tersenyum malu lalu membalas, "Amin ... makasih ya, Bang."

***

Setelah bel rumah yang di penuhi tanaman warna-warni itu berbunyi, pintu utama si pemilik rumahpun tiba-tiba dibuka.

"Eh, ada tamu. Dareen! Calonmu datang," teriak wanita yang membuka pintu tadi sembari terkikik geli.

Wajahnya sangat tidak asing bagi Melodi. Seperti ... wanita yang bersama Dareen saat menjemputnya kemarin.

"Masuk dulu, yuk! Si Dareen kayaknya masih belum bangun," jelas Wanita itu menarik lengan Melodi supaya masuk.

Gadis cantik itu hanya menurut ketika digiring ke dalam ruang tamu oleh wanita itu.

Melodi mendaratkan pantatnya ke sofa berwarna cream di ruang tamu, lalu meletakkan tasnya di sampingnya.

"Tunggu bentar, ya. Aku buatin minum dulu," ucap wanita itu yang diangguki oleh Melodi sambil tersenyum manis.

Wanita itu pergi, membuat hati Melodi semakin bertanya-tanya.

"Mereka serumah?" tanyanya pelan.

Ceklek!

Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang dibuka dari salah satu ruangan di dekat sana. Membuat netra Melodi beralih menangkap atensi seorang lelaki dengan piyama satin biru tua serta rambut acak-acakan dengan muka bantalnya yang terlihat baru bangun.

Lelaki itu menguap sambil menutup mulutnya tanpa menyadari ada seorang gadis yang tengah memerhatikannya dari jauh.

"Kak, kok aku gak dibangunin?" tanyanya pelan dengan suara serak khas bangun tidur.

Pergerakan lelaki itu sejak tadi membuat Melodi gemas melihatnya, gadis itu beralih menatap jam di tangannya yang menunjukkan pukul 09.25, pagi. Membuat gadis itu membulatkan matanya lalu menatap lelaki yang masih berdiri di ambang pintu menatap wanita yang tengah membawa minuman dari dapur.

'Dia baru bangun jam segini? Dan apa tadi? Kak? Siapa? Kak Dareen punya Kakak?' tanya Melodi bertubi-tubi dalam hati. Melodi fokus memerhatikan tatapan Dareen yang terus terpaku pada wanita itu, tanpa menyadari kehadiran Melodi sedari tadi.

"Udah ku bangunin tadi, kamunya aja yang susah bangun. Makanya kalau kerja tuh inget waktu, pulang kok malem banget," ketus wanita itu berjalan ke meja sofa dekat Melodi guna meletakkan minuman dan kudapan yang ia bawa dari dapur.

Baru menyadari kehadiran Melodi di ruang tamu tengah menatapnya.

Dareen terbelalak lalu membuang mukanya dan berlari kembali kekamar.

Brak!

Dikuncinya kamar itu dengan cepat, hingga membuat Melodi cengo.

Kenapa memangnya? Apa dia malu dengan penampilan beranakannya? Bukankah itu menggemaskan, jarang sekali Melodi melihat momen seperti ini.

"Dareen tadi malam lembur katanya, makanya telat pulang dan berakhir tidur sampe siang gara kecapean," jelas wanita itu sesuai pengakuan Dareen di telepon kemaren.

Ya, kemaren Dareen menelepon wanita itu untuk mengabari kalau ia lebur. Agar sang Mama tidak mengkhawatirkannya yang terlambat pulang. Seusai mengantar Melodi dan kakaknya pulang waktu itu, ia kembali kekantornya untuk bekerja sebentar, bukan lembur. Lalu setelahnya ia lebih banyak melamun memikirkan Melodi di kantornya hingga malam, dan tepat tengah malam ia mengutuskan pergi ke rumah Melodi hanya sekedar menyelesaikan permasalahan kecil mereka.

Melodi tersenyum samar, membayangkan kejadian semalam yang menyebabkan kini lelaki itu ceroboh karena tidur terlalu lama.

"Oh, iya ... kenalin aku Kakaknya Dareen, Olivia. Panggil aja Kak Oliv." Melodi mengangguk paham, merasa bersalah karena waktu itu ia sempat jengkel terhadap wanita yang sudah duduk di sofa tepatnya di depannya itu.

"Di minum minumannya, Dareennya lagi mandi kayaknya. Malu kayaknya bocah satu itu sama kamu," ucap Olivia terkikik geli.

Melodi tersenyum manis, lalu meminum minumannya. Di kepalanya sedang berputar kata-kata wanita itu tadi, 'Bocah itu' apa tidak kedengaran menggemaskan?

"Mama ke mana, Kak?" tanya Melodi celingak-celinguk mencari keberadaan wanita paruh baya itu.

"Pergi lari pagi sama cucunya," jawab Olivia tersenyum.

Cucunya?

Melihat wajah Melodi yang tampak kebingungan, Olivia pun menepuk kedua tangannya menyadari kebingungan Melodi. "Oh, iya lupa maaf. Kakak sebenernya udah nikah, udah punya anak lagi. Cewek, namanya Adiba."

"Oh ... kirain anaknya Kak Dareen hahaha ...."

"Hahaha ... Dareen besok baru ada anaknya, anak kamu juga hahaha ...."

"Apaan, sih, Kak! Masih jauh juga."

Olivia tertawa renyah, sedangkan Melodi hanya tersenyum malu.

Candaan keduanya berakhir hingga pintu kamar tempat Dareen mengurung diri tadi terbuka kembali. Menampilkan sesosok lelaki tampan dengan rahang tegas dan hidung bengir yang membingkai wajahnya. Jika di telisik lebih dalam wajah Dareen persis seperti artis Korea yang bernama Jung Jaehyun, bermata cantik, hidung sempurna, tekukan wajah yang tegas dan dua dimple di pipi yang membuat siapa saja terpikat melihatnya ketika tersenyum.

Tampan sekali, nikmat mana lagi yang kau dustakan, wahai manusia?

Lelaki yang sudah rapi dengan Kemeja hitam putih bermotif kotak-kotak yang bawahnya di masukkan kedalam celana hitam panjang, dengan lengan yang digulung sampai di atas sikut itu membuat postur tubuhnya yang tinggi terlihat semakin terlihat menawan.

"Kenapa gak ngabarin kalau mau datang?" tanya Dareen menatap intens manik coklat Melodi.

"Udah ku kabarin lewat WA, Kakaknya aja yang belum bales." Lelaki itu hanya mengangguk paham, lalu duduk di samping kakaknya di depan Melodi.

"Oh, iya lupa. Aku mau nganterin titipan Bunda untuk Mama," ucap Melodi mengeluarkan sekotak kue nastar berwarna berbeda dari sebelumnya, yaitu warna hitam dan kuning. Khas buatan Bundanya yang sangat, sangat lezat.

"Oh, itu! Ini Kakak yang minta, soalnya Adiba suka banget sama nastarnya, makasih ya, Melodi," ucap Olivia setelah menerima kue dari Melodi. Gadis itu hanya mengangguk di selingi senyum manis. Yang tidak pernah membuat lelaki di depannya itu bosan memerhatikannya.

"Udah kenal sama kakak aku?" tanya Dareen pada Melodi.

"Udah, kita juga udah ngobrol banyak tadi."

"Oh, baguslah. Maaf, ya ... dia itu agak cerewet," cetus Dareen membuat Olivia menatapnya tajam.

"Kamu membicarakanku seakan aku gak ada di sini," celetuk wanita itu sengit.

"Aku cuma ngasih tau fakta dan meminta maaf, aku tau kok Kakak di sini."

"Oke kalau kamu ceritain fakta tentangku ke Melodi, aku juga mau ceritain fakta tentang kamu pada gadis ini."

"Hiss ... gak adil banget, Kakak selalu aja ngajak ribut sama aku."

"Dareen itu orangnya gak se baik yang kamu kira, dia itu suka ngejambak aku, mencuri makanan anakku, dan mendengkur saat tidur. Kamu harus tau itu, Mel," jelas Olivia tanpa menghiraukan Dareen.

"Aku ngejambak Kakak karena Kakak selalu nyubit aku tanpa sebab, aku juga bukan mencuri, aku izin dulu sama Adiba. Dan aku juga mendengkur karena kecapean, jangan fitnah gitu dong!" ketus Dareen menatap sengit kakaknya.

"Terus kalau tentang kamu yang kepergok nonton vid---mpph!" Dareen dengan sengaja membekap mulut kakaknya itu, membuat Melodi terngaga 'tak menyangka segitu hebohnya kakak beradik ini.

"Jangan ngomong yang aneh-aneh, suami Kakak yang ngirim itu, aku pun ngeliatnya karena ngira itu penting. Aku gak nonton sampe habis," celoteh lelaki itu membuat Melodi semakin penasaran.

"Nonton apa?"

Seketika kedua kakak beradik itu membulatkan mata lalu menatap Melodi terkejut.

TBC.