Chereads / Dendam Masa Lalu (sudah terbit) / Chapter 4 - Bersekolah

Chapter 4 - Bersekolah

Pagi sudah tiba, fajar mulai menyingsing. Kini matahari sudah berganti posisi dengan bulan. Melaksanakan tugasnya menyinari bumi.

Di dalam sana, di sebuah rumah yang sederhana namun elegan, seorang anak laki-laki sudah siap dengan pakaian seragamnya. Ia tengah bercermin menyisir rambutnya. Rambutnya masih basah hingga memudahkannya menata rambutnya.

"Saep, sarapan". Teriak Minah dari arah dapur.

"Iya, Inak". Akira balas berteriak.

Akira meletakkan sisirnya pada tempat yang sudah di sediakan, diambilnya tas yang kemarin dibelikan ayahnya. Tas itu bergambar Power Ranger, para tokoh pembela kebenaran, memusnahkan para moster yang menyerang bumi. Anak-anak biasanya menyukai itu, termasuk Akira.

"Wah anak bapak udah rapi". Ucap Rahman pada Akira.

Minah hanya membuat roti bakar sebagai menu sarapan mereka ditambang dengan segelas susu untuk Akira dan Lia, kopi untuk Rahman dan the tawar untuk dirinya sendiri.

Selesai sarapan, Minah memasukan kotak bekal ke dalam tas Akira dan menyerahkan kotak bekal satunya lagi kepada suaminya.

"Bapak juga membawa bekal?". Tanya Akira pasalnya yang ia tahu bahwa orang dewasa Indonesia jarang ada yang membawa bekal ke tempat kerja.

"Iya. Bukankah Inakmu itu terlalu pelit buat bapak makan di luar". Ucap Rahman menggoda istrinya.

"Itu baik.bapak bisa menghemat uang, lagian juga kita memiliki bahan makanan yang melimpah untuk apa membeli makanan diluar". Ucap Akira membela ibunya.

Rencana Rahman gagal, ia mengira anaknya akan membelanya dan sama-sama menggoda ibunya. Namun sayangnya pemikiran Akira berbeda. Ia berpikir lebih dewasa dari anak seusianya, terkadang juga pemikirannya lebih dewasa dari Rahman ayahnya.

"Kamu sama saja dengan inakmu". Ucap Rahman pura-pura kesal. Minah tersenyum renyah menyaksikan interaksi ayah dan anak itu.

"Sudah-sudah, kalian harus cepat berangkat agar tidak terlambat". Lerai Minah.

Setelah mencium tangan Minah dan Minah mencium tangan Rahman mereka segera berangkat meninggalkan dua perempuan itu.

Lia melambaikan tangan ke arah dua laki-laki yang segera meninggalkan gerbang rumah mereka. Setelah bayangan keduanya lenyap, barulah Minah masuk ke dalam rumah. Ia mendudukan putri kecilnya di ruang tamu dengan berbagai macam peralatan tulis dan mewarnai.

Lia sangat suka menggambar walaupun gambarannya abstrak akan tetapi ia sudah pandai mewarnai. Caranya ia mewarnai seperti anak kelas tiga SD.

Saat dirasa semua peralatan yang dibutuhkan Lia sudah tercukupi, Minah mulai mengerjakan pekerjaan rumah.