Chereads / Black Death Operator / Chapter 4 - Chapter IV: Berontak

Chapter 4 - Chapter IV: Berontak

Bwoosh. Hemlock berlari secepat mungkin dari antara kepulan asap. "Kau tak akan bisa lari, bocah!"teriak Brug dari jauh. Dar! Dar! Dar! Tiga peluru dari tengah kepulan asap berhasil melukai lengan Hemlock. Siapa?pikir Hemlock dalam hati.

Abrus keluar dari kepulan asap, mengisi pelurunya dan mengarahkannya pada Hemlock. Hemlock melihat sekitarnya dan menyadari bahwa mereka sudah sampai di daerah pembuangan. Ia melempar sebuah lempengan besi dan menunduk. Peluru Abrus tidak mengenainya sama sekali. Ia kembali berlari, menuju hutan di belakang laboratorium kali ini.

Hutan Frauwt terlarang dimasuki, kecuali bagi para peneliti. Semua ini karena apa yang tumbuh di dalamnya beracun dan langka. Mereka tidak akan mengambil tindakan yang bodoh di dalam sini, itu akan memberiku waktu, pikir Hemlock sembari terus berlari.

"Berhenti, Abrus!"teriak Ricinus. Abrus menghentikan langkahnya. "Kerja bagus, Ricinus! Kita pasti digugat kalau Abrus berhasil masuk ke dalam sana! Ahahahaha!"ujar Brug. "Kau benar, dia pasti akan terus mengejar Hemlock tanpa peduli apa yang dia injak atau rusak."ujar Ageratina. "Dan pemerintah akan meminta kita untuk bertanggung jawab."sambung Ricinus.

"Dimana Belladonna? Jika para wartawan atau peneliti lain melihat kita tanpanya, akan ada rumor buruk mengenai para pimpinan." kata Ricinus. "Kau benar, dimana dia?"tanya Brug sembari melihat sekelilingnya. "Aku disini,"ujar Belladona di atas pohon, tanpa ekspresi. "Apa rencanamu, Brug? Lebih cepat lebih baik, sebelum ia kabur."

"Ahahahaha!" Semua orang memandang Brug dengan wajah yang penuh tanda tanya. "Kau pikir kau bisa dipercaya, Nana?"tanyanya sembari mengusap air matanya. "Apa yang membuatmu sangat yakin?"tanyanya sembari tersenyum. "Kau adalah kekasihnya, bukan hal yang mustahil bagimu untuk membocorkan rencana kita padanya."

"Kau melihatku menembaknya, apa itu tidak cukup?"tanya Belladonna. Matanya yang basah menatap tajam Brug. "Tentu saja tidak!"jawab Brug dengan riang. "Lalu apa yang harus ku lakukan?"

Brug merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah kotak. "Di dalam sini, ada tiga peluru bius. Aku ingin kau yang membawanya."kata Brug sembari menyodorkan kotak peluru itu kepada Belladonna. "Satu peluru sebenarnya cukup untuk melumpuhkannya tapi, tikus kecil itu keras kepala. Ia butuh lebih dari satu peluru."

"Aku tahu dengan baik darimana kau berasal, Belladonna." Belladonna bergidik, ia menatap Brug dengan tatapan tak percaya. "Tentunya, hal ini bukan hal yang sulit bagimu, bukan?"

Belladonna melompat turun dan mengambil peluru itu dari tangan Brug. "Ah, dan jangan berpikir kau bisa menukar peluru ataupun isinya, karna aku tahu jika kau melakukannya."kata Brug sembari memberi aba-aba. Kelimanya memasuki hutan dengan bergegas.

Hemlock memandang ke belakang tanpa menghentikan lajunya. "Kurasa aku sudah cukup jauh." Ia berhenti, memeriksa tanah sebentar, kemudian duduk dan mengatur napasnya. Kurang lebih butuh waktu dua puluh menit bagi mereka untuk menyusulku, ujarnya dalam hati. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Membuka tas kecilnya dan meminum air dari botol kecil yang dibawanya.

Brug menepuk-nepuk baju dan celananya dan bersiap untuk pergi. "Dar!" Sebuah peluru berhasil melukai pipinya. "Tch, Abrus!"katanya sembari melarikan diri. "Menyerahlah, Hemlock. Semua pemimpin kecuali Nana adalah mantan petinggi militer!"kata Brug dengan keras. "Kau tak akan bisa menang,"sambung Ageratina.

"Hmph. Kata siapa?" Bum! Asap kuning menyebar dan Hemlock melarikan diri keluar dari asap. "Cara yang sama tak akan berlaku dua kali!"teriak Ricinus sembari mengarahkan senapannya. Bau menyengat memenuhi seluruh hutan. "Asap ini!" Ricinus menutup hidungnya dan berbalik.

"Semuanya! Keluar!"teriak Brug sembari berlari. "Ageratina! Bawa Abrus keluar!"teriak Brug lagi. Ageratina memukul leher Abrus, membuatnya kehilangan kesadaran dan membawanya pergi.

"Dia serius,"ujar Ricinus sembari terengah-engah. "Tenangkan diri kalian dan mulai bernapas pelan-pelan."ujar Brug. "Ricinus, baringkan Abrus di tanah."kata Brug lagi. "Sekarang, kita hanya tinggal menunggu Nana."

Brug takkan mengambil risiko, aku tahu itu. Dia pasti akan menarik kembali mereka semua. Sekarang, tinggal menuju tempat rahasiaku dan keluar lewat lorong bawah tanah ke Riff.

Hemlock memindahkan sebuah batang kayu dan menggeser daun-daun. Ia mengambil kunci yang tergantung di lehernya dan membuka tutup kayu yang terbenam dalam tanah.

Dar! Dar! Dar! Tiga tembakan berhasil dilayangkan ke tubuh Hemlock. "Maafkan aku,"isak seseorang. Siapa?pikirnya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat Belladona menangis sebelum kesadarannya hilang. "Selamat tinggal, Hemlock."

Brug duduk di atas tanah sembari bersiul. Ageratina memandang jauh ke dalam hutan, wajahnya tampak khawatir. "Kau yakin dia bisa melakukannya?"tanya Ageratina. "Tentu saja! Instingku tak pernah salah."jawab Brug dengan riang. "Dia seharusnya tiba beberapa saat lagi,"kata Ricinus sembari melihat ke dalam hutan. Bug! "Aku sudah menangkapnya."kata Belladona tanpa ekspresi.

"Hii!" Brug mundur dua langkah begitu ia melihat Hemlock. "Kubilang jangan bunuh dia, Nana!"teriaknya pada Belladonna. "Terserah,"jawab Belladonna dingin. Brug menyeringai.

"Kerja bagus!"kata Brug sembari mengusap-usap kepala sang gadis. Belladonna menepis tangan Brug dan memandangnya tajam. "Kau percaya padaku sekarang?" Brug mengangguk sembari tersenyum. Ageratina bergidik, ia tahu apa arti senyuman itu. "Peringatan bagi kalian, para pimpinan. Ini yang akan terjadi jika salah satu diantara kalian berkhianat."

Hemlock membuka matanya dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah kereta kuda. "Sudah sadar?"tanya C. "Berterimakasihlah pada C, ia yang mengobati lukamu selagi kau tidur."kata B dengan nada ketus. "Terimakasih, C"kata Hemlock sembari menunduk. "Bukan masalah untukku,"balasnya dengan rendah hati.

"Kita sudah sampai, ujar kusir kereta dari luar. "Ayo turun, aku tak ingin berurusan lebih lama dengan anak ini," Hemlock keluar dari kereta kuda diikuti C dan B. "Hemlock dari Frauwt? Kedatangan Anda sudah kami tunggu."kata seorang peneliti perempuan.

"Mari ikuti saya,"kata sang perempuan sembari berjalan pergi. C meraih tangan Hemlock sebelum ia mengikuti wanita itu. "Mohon maaf yang sebesar-besarnya nona, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan pada tuan Hemlock terkait barang-barangnya."katanya sembari menunduk. "Silahkan,"katanya dengan tersenyum

"Brug mengatakan padaku bahwa barang-barang berharga harus kau pegang sendiri. Carilah tempat untuk menaruhnya. Glycine harus kau makan selama berada di sini."katanya sembari memberikan dompet, tas dan jas laboratorium. "Kenapa aku harus memakannya?"tanyanya. "Jika seandainya kau kesulitan tidur, itu akan sangat membantu."katanya dengan tenang. "Aku tahu tentang itu tapi aku tak punya masalah dengan..."

"Sepertinya, kau harus bergegas, tuan."kata C memotong pembicaraan mereka. "Kuharap kau mengerti peraturan yang sudah kubacakan tadi," sambungnya lagi. "Tapi, kita hanya..."

"Kau tak mendengarkan ketika aku membacanya?"tanya C memotong lagi. "Tidak usah khawatir, tuan. Aku akan menjelaskannya."kata sang peneliti dengan ramah. "Terimakasih atas kemurahan hati Anda,"kata C sembari menunduk. "Kami mohon diri." Kereta kuda melaju dalam kegelapan, meninggalkan Hemlock dalam kebingungan

Hemlock menghempaskan dirinya di atas tempat tidur. Besok, aku harus memikirkan sebuah cara untuk melarikan diri dari sini, katanya dalam hati. Persetan dengan omongan Brug yang dikatakan C. Anjing organisasi seperti dia peduli apa tentangku?

Brug, ayah dan VX pasti menginginkan aku terpilih. Tapi, siapa peduli? Aku akan berkompetisi semauku dan berusaha sekeras mungkin agar aku tak terpilih.

Hemlock menarik selimutnya dan menutup matanya.

Lihat saja, ayah. Akan kubuat Frauwt menjadi cabang Manchineel yang paling menyedihkan. Akan kubuat Frauwt menjadi cabang yang paling bodoh dan terendah.

Kali ini, aku menolak untuk menjadi putramu yang selalu kau banggakan.