Chereads / Black Death Operator / Chapter 3 - Chapter III: Perubahan

Chapter 3 - Chapter III: Perubahan

"Hemlock!" Hemlock menoleh. Dari jauh, ia mendapati Belladonna berlari ke arahnya. "Tunggu aku!" Hemlock menghentikan langkahnya, menunggu Belladonna dengan sabar. "Kau, berjalan, terlalu, cepat."kata Belladonna sembari mengatur napasnya. "Memangnya apa yang kau cari di sini?"

Hemlock memandang sebuah batu di atas meja seorang pedagang. Matanya mengamati batu tersebut dengan seksama. Seberkas cahaya biru melewati matanya. Itu dia, ujarnya dalam hati. "Selamat siang, pak."ujarnya dengan ramah. "Ya, huam, ada yang bisa saya ban..." Sang pedagang mengamat-amati keduanya dengan teliti. Begitu ia melihat lencana Manchineel, ia merubah sikapnya.

"Selamat siang, tuan dan nona! Sungguh sebuah berkah bagiku jika dapat membantu kalian berdua! Apakah kalian menemukan sesuatu yang menarik?" Belladonna melihat-lihat, ia berharap menemukan sesuatu yang menarik. "Apa yang kau temukan?"tanyanya pada Hemlock.

"Berapa harga untuk ini?"tanya Hemlock. "Itu?"tanya sang pedagang, tak percaya. "200 naele."jawabnya, setengah hati. Para peneliti Manchineel selalu membeli barang-barang berharga tinggi. Mungkin dia hanya seorang anak dengan seragam ayahnya, pikir pedagang tersebut.

"Bagaimana dengan Anda, Nona?"tanya sang pedagang. "Aku belum menemukan sesuatu yang menarik di sini, mungkin lain kali."katanya sembari melirik ke arah sebuah jepit rambut. "Ayo, kita pulang."ujar Belladonna sembari melangkah pergi.

"Berapa harga untuk itu?"ujar Hemlock sembari menunjuk ke arah jepit rambut tersebut. "1000 naele," ujarnya. Tak heran, sebab sebuah permata moonlight menghiasi bagian atasnya. Permata moonlight, yang bagian kecilnya saja mempunyai kemampuan menjernihkan luar biasa. Lab Manchineel biasanya menggunakan permata itu untuk menjernihkan air, udara maupun tanah yang tercemar parah.

Hemlock memberikan dua keping emas pada sang pedagang. "Ambil saja kembaliannya,"katanya sembari melangkah pergi. "Tunggu tuan!"teriak sang pedagang. "Tidak usah sungkan, kau bisa menyimpan..."

"Uangnya kurang,"kata sang pedagang. Wajah Hemlock memerah. Terlalu lama berada di sekitar Brug membuatku bodoh, katanya dalam hati. Hemlock mengeluarkan sekeping emas lagi dari kantungnya. "Nah, ini baru berlebih."kata sang pedagang. "Ya, ya ambil saja."kata Hemlock sembari berlari menyusul Belladonna.

"Hei, kemana saja kau?"tanya Belladonna. "Mengurus beberapa hal,"jawabnya. "Lebih baik kita bergegas, ketua memanggilmu, katanya urusan penting."kata Belladonna. "Tunggu sebentar,"kata Hemlock sembari mengaitkan jepit rambut di kepala Belladonna. "Nah, selesai."katanya sembari tersenyum puas.

"Apa ini?"tanya sang gadis. "Sesuatu yang kau perhatikan di toko tadi." Belladonna meraba-raba rambutnya. "Apa? Aku tak bisa menerimanya!"ujar Belladonna. Ia memegang jepit rambut tersebut, berusaha mencopotnya. "Jangan! Anggap saja hadiah, oke?"

"Tapi..."jawab Belladonna dengan enggan. "Tak apa, sekali-kali."kata Hemlock sembari tertawa kecil. "Terimakasih,"ujar Belladona sembari tersipu malu. "Sekarang, ayo kita bergegas!"kata Hemlock sembari menarik tangan Belladonna. Belladonna menundukkan wajahnya, ia tak ingin Hemlock melihat mukanya makin memerah karena malu.

"Hemlock! Belladonna! Kemana saja kalian? VX sudah datang!" Hemlock dan Belladonna saling menatap. "VX? Kami tak mendapat kabar apapun tentang kedatangannya!"ujar Belladonna. Hemlock menarik tangan Belladonna dan berlari menuju Aula Pertemuan. "Terimakasih atas infonya, C!"teriaknya sembari berlari.

"Hemlock? VX dan Oleander sudah menunggumu sejak lama! Kemana saja kalian berdua?"tanya penjaga di pintu masuk. "Urusan penelitian, maaf!"katanya sembari membuka pintu aula.

Begitu pintu dibuka, tampak VX dan Oleander tengah bercakap-cakap dengan muka gusar. "Akhirnya, mereka datang."kata Oleander. "Tsk, lovebirds."ujar VX dengan wajah tak senang.

"Kemana saja kalian? Kami sudah menunggu lama!"ujar Oleander dengan nada tinggi. "Simpan amarahmu untuk nanti, Oleander. Aku sudah menyiapkan hukuman untuk mereka berdua."kata VX, dingin. "Keluar, dan bawa dia." VX menunjuk Belladonna dengan tatapan marah. Oleander melangkahkan kakinya dan mendampingi Belladonna berjalan keluar.

"Ada apa?"tanya Hemlock. VX memandang Hemlock dengan tatapan marah. "Kurasa aku perlu mengajarkan ulang padamu apa arti kedisiplinan." Ia mengeluarkan sebuah gulungan dan memberikannya kepada Hemlock. "Aku akan melakukannya lain kali, sekarang baca surat itu."

'Pindahkan Hemlock ke Lab Penelitian Utama malam ini juga.'

Tertanda, Raja Eleanor

Frederick August Rofrig

"Kemasi barangmu sekarang, kereta kuda sudah menunggu di depan."kata VX sembari berbalik. "Aku tidak bersedia,"kata Hemlock. VX menatapnya tajam, "Apa maksudmu?" Hemlock menatapnya balik, "Kau tau apa alasanku tetap di sini bukan? Sudah 5 kali raja berusaha memindahkanku ke sana dan selalu ku jawab dengan jawaban yang sama. Frauwt adalah daerah dengan jenis tumbuhan dan hewan beracun terbanyak di benua Iore, jadi untuk apa aku ke lab penelitian pusat?"

"Kau tak tahu apa yang sedang terjadi."kata VX dengan nada serius. "Riff berniat bersekutu dengan tiga negara besar,"jelasnya. "Ametyra, Paladokia, Sakimu. Kau tahu jelas siapa mereka ini,"

"Negara dengan tembok yang tak bisa ditembus, negara yang belum pernah kalah dalam peperangan dan negara yang terkenal dengan ilmu hitam."

VX mengangguk. "Yang Mulia telah memerintahkan untuk mengumpulkan peneliti terbaik dari 50 daerah untuk membuat sesuatu yang bisa melumpuhkan Riff secara total."

"Apa maksudnya?"tanya Hemlock dengan nada curiga. "Sebuah wabah, tidak, epidemi."kata VX dengan serius. "Kau tidak tahu bahaya dari apa yang kau cari,"kata Hemlock. "Sayangnya, itu bukan wewenangku,"kata VX dngan tenang. "Bagaimana jika aku menolak?" VX tersenyum, "Kau tak punya pilihan, bocah. Otoritas negara akan membawamu secara paksa,"

"Aku bisa melawan mereka, kau tahu itu,"kata Hemlock sembari mengambil langkah mundur. "Aku tahu,"kata VX. Ia menjentikkan jarinya dan beberapa orang terlihat memasuki ruangan. "Lalu, bagaimana dengan mereka?"

Ageratina, Brug, Abrus dan Ricinus memasuki ruangan sembari menatap tajam ke arah Hemlock. Tak mungkin, mereka tak mungkin melakukan hal ini padaku. Hemlock memandang sekelilingnya. Setidaknya ayah dan Belladonna akan membantuku, katanya dalam hati.

"Oleander, kau boleh masuk sekarang."kata VX dari dalam ruangan. Oleander memasuki ruangan dengan wajah pucat pasi. Belladonna yang ada di sampingnya pun memasang wajah yang sama. "Seharusnya, aku tahu."kata Hemlock dengan setengah berbisik. Belladonna menunduk. Keenamnya mengarahkan senapan ke arah Hemlock dari berbagai penjuru. Tangan Belladonna bergetar hebat, begitu pula Oleander. Mereka bahkan tak berani melihat ke arah Hemlock.

"Baiklah, kita mulai perburuannya,"ujar Brug sembari tersenyum.

DUAR! Brug memulai penembakan pertama. Hemlock menghindar sejauh mungkin. Ia melempar bom yang ia simpan dalam tasnya dan meledakkan tembok Aula Pertemuan. "Kejar dia!"teriak Brug memimpin pengejaran. Kelimanya mengejar Hemlock dari belakang, meninggalkan Oleander dan VX di Aula Pertemuan.

"Putramu memang merepotkan, bukan begitu, Oleander?"tanya VX padanya. "Salahkan ibunya yang menurunkan sifat keras kepalanya padanya."kata Oleander sembari berlari pergi. "Yah, kau tak salah soal itu."kata VX sembari membuka liontin kalungnya. Foto sebuah keluarga dengan ayah, ibu dan seorang bayi kecil tersimpan dengan rapi di sana.

"Tak salah lagi, dia memang anakmu,Abla." gumamnya sembari melangkah pergi.