Chereads / Black Death Operator / Chapter 2 - Bagian II: Hemlock(2)

Chapter 2 - Bagian II: Hemlock(2)

"Sekali lagi, saya berterimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan rekan-rekan sekalian."kata Oleander sembari tersenyum. "Bersama, kita angkat Kekaisaran Eleanor menjadi kekaisaran terkuat di dunia!"ujar Oleander mengakhiri pidato pelantikannya.

Sorak-sorai menggemuruh, mengiringi pelantikan Oleander, ketua baru daerah Frauwt. Setelah lencana disematkan, Oleander menuruni podium dan mempersilahkan seseorang masuk.

Huh? Apa ini? pikir sang anak. Aula pertemuan yang semula ramai, tenang dalam sekejap. Tidak ada seorangpun yang berani bersuara. Bahkan anjing penjaga yang berdiri di sebelah podium pun menundukkan kepalanya dan berhenti menggoyangkan ekornya.

Sang anak menatap podium dengan seksama. Topi baret biru tua, luka di bawah mata, wajah yang sangar. VX, ujar anak itu dalam hati. Sungguh wibawa yang sangat besar, katanya sembari melihat sekeliling. Semua orang menutup mulutnya, bahkan sebelum ia mulai berbicara. Siapa dia sebenarnya?

"Langsung saja,"ujar VX dari atas podium. "Hemlock, anggota baru, naik ke podium sekarang juga."ujarnya sembari melihat ke arah sang anak. A...pa? Naik ke atas sana? Untuk apa? Ia tak punya hak untuk memerintahkanku melakukan ini dan itu, ujar sang anak dalam hati. Ia duduk tetap di tempatnya dengan tatapan menantang.

Seseorang mengangkatnya dari belakang. "Segera, jendral!" Sang anak menengok ke belakang. Seorang pemuda, berambut jingga dengan bintik di wajahnya tersenyum lebar kepadanya. Wajahnya terlihat seperti orang bodoh, ujar sang anak dalam hati. Ia meletakkan anak tersebut di bahunya, membawanya seperti membawa karung beras dan mulai berlari. Menuruni balkon, menuju aula lantai dasar.

"Turunkan aku! Apa-apaan ini?"ujar sang anak sembari memukul-mukulnya. "Ahahahaha! Anak muda memang sangat bersemangat ya! Ohok!" Tendangan kaki sang anak melayang tepat di perut si rambut jingga. "Ahahahaha! Pukulan yang hebat!"ujarnya sembari terus berlari.

"Turunkan aku! Aku tak mau kesana!"kata sang anak sembari meronta-ronta. "Dengar nak, suatu saat nanti kau akan berterimakasih padaku."katanya sembari terus berjalan. "Kau tak tahu apa yang akan terjadi jika kau tak mematuhi VX." Ia berlari menuju podium, mengangkat sang anak lebih tinggi lagi dan melepaskannya ketika ia sudah menginjak podium. "Terimakasih, Brug."ujar VX dari atas podium. Brug menghormat dan melangkah pergi.

"Ini Hemlock, kuharap kalian bisa bekerja sama dengannya."ucap VX singkat.

Aula yang semula tenang kembali bersuara. Meski mereka berbisik, anak itu bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.

"Seorang bocah?"

"Yang benar saja!"

"Apa bagusnya dia?"

"Dia pasti punya hubungan dengan sang jendral."

"Anak gelapnya?"

"Mungkin saja."

"Diam." Seketika semua orang menutup mulutnya dan duduk tegak di bangku masing-masing. "Jika ada yang keberatan dengan kehadirannya, silahkan bicara."kata VX sekali lagi. Semua orang tetap diam, tak ada suara sedikitpun keluar dari mulut mereka.

VX menyematkan lencana Manchineel di kerah jas laboratorium sang anak. "Mulai sekarang, anak ini adalah anggota resmi Manchineel."teriaknya dengan berwibawa. Sang anak berdiri dengan tegap. Matanya memandang kepada ratusan mata yang memandangnya dengan tatapan iri.

"Jika aku mendapatkan informasi penindasan mengenai anak ini,"lanjutnya lagi. Ia memandang Oleander dengan tajam. "Kalian tahu apa yang akan ku lakukan dengan ketua kesayangan kalian." Beberapa peneliti mulai menunjukkan wajah tak senang.

Sang anak menuruni podium dengan tenang. Dalam hatinya, ia terkikik melihat pandangan orang-orang kepadanya. Aku penasaran, apa yang akan terjadi jika mereka tahu bahwa aku adalah anak sang ketua yang mereka hormati?

"Brug, Hemlock akan menjadi rekanmu. Kuharap kau memperlakukannya dengan baik."kata Oleander. "Tentu saja, ketua. Aku akan memperlakukannya seperti adikku sendiri!"katanya sembari menghormat. "Bagus, bawa dia ke lab tempat kerjamu setelah rapat kita hari ini selesai. Brug menghormat, mendudukkan Hemlock di atas pundaknya dan mengantarnya kembali ke bangkunya.

"Kembali ke topik utama rapat ini."kata Oleander sembari menekan sebuah tombol. Sebuah layar muncul dan menampilkan wilayah Eleanor bagian barat. Rumah-rumah hancur secara mengenaskan, mayat bergelimpangan di jalan dan asap kehijauan meliputi kota tersebut.

"Riff kembali menyerang kota di sebelah barat daya, Edenflower. Dan para peneliti yang saya hormati tentunya tahu dengan apa mereka menyerang kita." Para peneliti berbisik-bisik. Asap kehijauan bisa berasal dari banyak hal. Tetapi, asap hijau yang satu ini berbeda. Mereka berkilauan, tetap berada di area dalam waktu yang lama, dan yang lebih parahnya lagi, mematikan. Laporan mengatakan Edenflower diserang 1 jam yang lalu, tepat sebelum rapat dilaksanakan dan para prajurit mengatakan mereka tak melihat atau mendengar apapun. Yang artinya asal serangan mereka pun belum diketahui.

"Tiga peneliti sudah dikerahkan ke tempat kejadian perkara dan mereka tengah memeriksanya sekarang. Akan sangat membantu jika ada salah satu diantara kita yang tahu tentang hal ini."lanjut Oleander lagi. Suasana kembali hening. "Ada yang tahu tentang asap ini?"tanya Oleander lagi.

"Ya, Hemlock, silahkan." Seluruh mata memandang ke arah sang anak. "Sombong sekali, dia pikir dia tahu apa?"bisik seseorang. "Ia hanya mempermalukan dirinya sendiri."kata seseorang sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ia hanya mencari perhatian ketua, ia pasti tak tahu jawaban yang sebenarnya."

Hemlock memandang Oleander dengan tajam. Ia tak peduli apa yang dikatakan orang-orang padanya. Yang jelas, ia tak akan membiarkan kerja kerasnya terbuang sia-sia. Ia memang masih bocah, tetapi sejak lahir, ia telah mendedikasikan dirinya untuk sains.

"Dresden Green Agave, mereka mengambil getahnya dan mencampurnya dengan bahan dasar untuk membuat bom."katanya dengan penuh percaya diri. "Hijau, berkilauan, tahan lama dan beracun adalah karakteristik dari getah Dresden Green Agave."lanjutnya.

"Titik uap getah Dresden Green Agave tidaklah tinggi. 45 derajat Celcius cukup untuk mengubah wujud mereka." Sang anak memandang Oleander. "Jika perkiraanku tak salah, Edenflower mencapai suhu tertingginya hari ini bukan?" Olender membuka laporannya. Tak lama kemudian, ia mengangguk.

"Hahahahaha! Kau bergurau, anak muda!"teriak seorang ilmuwan tua di lantai dasar. "Dresden Green adalah jenis berlian! Agave adalah jenis tumbuhan! Tidak ada tumbuhan bernama Dresden Green Agave di muka bumi ini! Hahahahaha!"

Tawa bergemuruh meramaikan aula yang semula sepi. Tawa sang kakek, diikuti ilmuwan lain makin lama makin keras, mengolok-olok sang anak. Sang anak berdiri tegap, wajahnya tak berubah sedikitpun. Ia yakin jawabannya benar. VX berjalan maju, mengambil tempat Oleander dan mulai berbicara.

"Seharusnya kalian menertawakan kebodohan kalian sendiri."ujarnya singkat. "Ageratina, Belladona, Abrus, Ricinus, Brugmansia. Kalian berlima tahu dimana tumbuhan itu berada." Kelimanya berdiri dan menjawab satu per satu. "Lab penelitian rahasia negara Riff,"ujar Brug.

"Sungai bawah laut Gilderoy,"ujar Ageratina. "Hutan Rotterrolling,"sambung Belladona. "Gua Kematian Deflagon,"jawab Abrus. "Lab penelitian utama Eleanor,"kata Ricinus. Semua peneliti terdiam mendengar jawaban mereka.

"Sekarang, kalian sadar siapa yang bodoh?"