Chereads / Ardiansyah: Raja dari Neraka / Chapter 14 - Chapter 9: A New Home

Chapter 14 - Chapter 9: A New Home

Sementara para penyihir Fannar sibuk berurusan dengan warga yang mengamuk, rekan-rekan mereka berusaha secepat mungkin memindahkan setiap barang yang penting untuk dibawa. Pemindahan mereka berlangsung begitu cepat karena pengaturan rapih oleh sihir portal Fannar.

Sihir portal ini membuka pintu ghaib yang jalan keluarnya bisa diatur kemana saja. Sayangnya sihir portal yang membuka pintu besar dan jauh pada masa itu masih belumlah yang bisa diciptakan. Oleh sebab itu, Fannar dan pengikutnya mambangun 3 pos transit untuk agenda perpindahan ini, semenjak para Ilmuan Langit merupakan bangsa yang lemah jika dilihat dari kemampuan fisik mereka.

Tak lama, semua barang pun akhirnya terkumpulkan. Fannar dan pengikutnya kini siap untuk berangkat menuju Daratan. Mereka yang berada di pemukiman berangkat dalam satu grup secara langsung. Sementara yang bertarung kabur sedikit demi sedikit hingga menyisakan dua orang Magistra (penyihir tingkat 8 dari 9) yang tinggal untuk membuat sibuk warga suku Es lainnya.

Dua orang tersebut menyatukan sihir mereka dan mengeluarkan mantra sihir bernamakan Isujfui. Isujfui adalah mantra tingkat tinggi yang berada di puncak keahlian seorang Manshira (penyihir tingkat 7 dari 9). Mantra ini menyebabkan hujan es yang begitu ganas dan membekukan siapapun yang terperangkap di dalamnya.

Dan sebagaimana yang telah direncanakan, hujan pun turun. Kedua Magistra beserta hampir semua warga pun membeku di dalamnya, menyisahakan hanya sedikit warga bebas menggerakkan tubuh mereka. Setelah hujan Isujfui berakhir, warga yang tidak beku hanya bisa berjalan melihat-lihat teman mereka yang beku sambil kebingungan harus berbuat apa.

Lalu tak lama, salah seorang dari mereka mulai berteriak,

"Tidak ada! Aku tak dapat menemukannya!"

"Di mana Fannar!?"

Warga lainnya mendengar perkataan orang itu, semua yang tidak terperangkap bergegas berterbangan mengecek keberadaan Kepala Suku mereka.

Akan tetapi betapa kecewanya, mereka tidak bisa menemukannya di manapun. Dan dalam kebingungan dan amarah, mereka mereka melesatkan diri untuk kembali ke wilayah pemukiman demi mengecek keberadaan Fannar dan para pengikutnya. Namun sayangnya, setiap rumah yang mereka periksa begitu hampa, dan hanya segelintir saja barang yang tertinggal.

Murka tak kuasa melumat, betapa dalamnya amarah menelan mereka hidup-hidup. Para warga kemudian berlari mengitari bongkahan es yang di dalamnya terdapat dua pengikut Fannar yang membeku, dan mereka pun bersiap mengangkat tongkat mereka, mengarahkannya pada bongkahan es tersebut sembari menunggu efek Isujfui untuk habis.

Dan setelah sekian lama, waktu kembali berdetak, es perlahan meluap menjadi kabut putih yang pekat. Walau kembali lagi, lemahnya ilmu mereka akan perkelahian semacam ini membuat mereka meremehkan kemampuan pengemban gelar Magistra. Tanpa mereka ketahui, kedua penyihir itu, masih tersadar bahkan ketika membeku di dalam sana.

Lalu akhirnya, efek Isujfui pun selesai, namun dalam sekejap ratusan bongkahan es seketika muncul, memukul mundur warga yang menodongkan tongkat mereka pada keduanya. Di tengah kekacauan, berdirilah dinding es yang begitu tinggi, dan kedua Magistra pun bisa terdengar memantrakan sihir teleportasi.

Di dalam panik, para warga bergesa-gesa menghancurkan dinding es tersebut. Sayangnya mereka tidak cukup cepat untuk bisa menggagalkan kedua orang tadi untuk berteleportasi. Makin ganaslah murka mereka, seribu kutukan dilontarkan pada Fannar dan pengikutnya. Mereka berikrar janji, bahwa suatu hari para penghianat itu akan musnah sebagai ganjaran atas perbuatan mereka.

Sementara itu Fannar dan pengikutnya sampai di Daratan. Di sana mereka disambut oleh kepala suku Api, Hakan. Para Manguni membuat firasat dan insting Hakan sangatlah kuat, seakan-akan ia bisa melihat masa depan. Kedatangan Fannar dengan mudah bisa ditebak olehnya. Selain itu, semua Kepala Suku, baik di Daratan maupun di Angkasa sudah saling mengenal satu sama lain. Hal ini membuat mereka cukup mudah untuk berkomunikasi.

Fannar lalu menceritakan situasi yang kini mereka alami, termasuk wahyu yang baru diberikan kepadanya. Hakan menemukan solusi yang pas untuk mereka, dia kemudian membawa orang-orang Es menuju lahan tak terkontaminasi yang tersisa di Daratan, di Utara.

Lahan itu dulu dikuasai oleh bangsa yang disebut sebagai Guardian sampai akhir era generasi ke dua, tapi saat ini mereka tak lagi terlihat, mungkin telah punah, dibabat habis oleh suku Kegelapan. Kini lahan tak berpenghuni itu bisa ditinggali oleh kepala suku Es dan pengikutnya.

Setelah sampai, Fannar bersama Hakan pergi mendatangi sang Ratu Hutan Peri, kepala suku Alam. Mereka meminta agar orang-orang Es yang turun meninggalkan Langit, dijadikan bagian dari Daratan sama seperti Penempa Bumi.

Sang Ratu menerima permintaan mereka, dan meminta Fannar untuk memulai ritual penobatan di dalam Pohon Kehidupan. Di sana, Pohon Kehidupan mulai mempelajari Fannar, menduplikat Ilmunya, dan menambahkan satu lagi elemen pada Daratan yang ditumbuhinya.

Begitu selesai, Sang Ratu meminta Fannar untuk kembali ke lahan yang ingin dia dan kaumnya tinggali untuk menanam bibit yang diberikan Pohon Kehidupan. Di tengah tanah kosong utara itu pun, Fannar menggali tanah dan mengubur bibit itu. Lalu ia taruh kristal alam di atasnya, seraya memutaranya. Perlahan-lahan Utara yang awalnya kelabu, mulai membiru. Pepohonan, tanah, hewan dan sebagainya mulai di aliri oleh elemen es. Dan tentu saja, tempat itu menjadi dingin dan sedikit demi sedikit diselimuti oleh salju, menjadikan tempat tinggal yang pas untuk suku Es.

Setelah menyebarkan pengaruh es di seluruh wilayah mereka, Fannar membuat suku baru dan mendaftarkan diri mereka ke dalam aliansi Penempa Bumi. Hakan dengan senang hati menerima mereka. Tetapi dia memperingatkan bahwa pasti akan ada warga Daratan yang tidak senang dengan mereka tergabung ke dalam aliansi bangsa ini, karena mereka tak berasal dari spesies yang sama dengan orang-orang di Daratan.

Suku Api tentu saja lebih dari senang dengan kedatangan suku Es. Mengapa? Karena sifat api yang cenderung untuk mendominasi, suku yang mudah dilahap api seperti suku Es, akan memberi banyak manfaat bagi mereka. Bisa dibilang kini mereka akan mempunyai mainan baru di Daratan, namun jika melihat bagaimana sejarah berjalan di dunia ini, suku Es sendiri yang nampak menawarkan diri menjadi mainan mereka. Katakan saja mereka gila dan masokistik.