Pagi hari Kenan merasakan aroma yang tidak biasa. Perlahan ia membuka matanya dan senyuman Qia yang ia lihat pertama kali. "Pagi, kak," ucap Qia seraya tersenyum.
"Pagi," jawab Kenan seraya tersenyum.
"Bangun, yuk. Udah jam 7, Tata udah buatin Kakak kopi sama roti bakar, " ucapnya seraya tersenyum.
Kenan mendudukan dirinya dan duduk di sandaran tempat tidur, ia menatap makanan di atas nakasnya dan tersenyum. Ia menatap Qia, "Apa tidurmu nyenyak?"
"Hum," jawab Qia seraya tersenyum senang.
"Ya udah, aku mau mandi dulu, habis itu sarapan. Kamu udah sarapan?"
"Belum, Tata belum lapar."
"Kamu harus makan dan jangan lupa minum obatnya supaya kamu bisa cepat pulih dan masuk sekolah," ucap Kenan seraya tersenyum.
"Iya, Kak," jawabnya seraya tersenyum. Kenan turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi.
"Kak, apa bajunya mau aku siapin?" tanyanya membuat Kenan membalikkan tubuhnya dan menatap Qia.
"Enggak usah, lebih baik kamu bawa sarapannya ke meja makan," jawab Kenan dengan senyumannya.
"Iya, Kak," jawabnya kemudian berdiri dari duduknya yang ada di pinggir ranjang. Qia membawa nampan berisi sarapan dan keluar dari kamar Kenan.
Setelah pintu tertutup, Kenan memegangi jantungnya yang berdetak tidak menentu. "Kenapa harus kamu?" tanya Kenan menatap pintu yang tertutup. "Kenapa harus kamu yang memporak porandakan jantungku?" tanyanya masih menatap pintu kamarnya yang tertutup.
Kenan akhirnya masuk ke kamar mandi, ia melucuti pakaiannya dan meletakkan pakaian kotornya di tempat pakaian kotor. Ia mengguyur tubuhnya dengan air shower, satu tangannya terkepal dan menyentuh dinding kamar mandi. Kepalan tangannya semakin mengerat saat sadar jika jantungnya mulai berdetak tidak karuan karena Qia. "Gua benci wanita rendahan!" makinya dan memukul kuat dinding kamar mandi. Kenangan masa sekolah kembali melintas dalam benaknya.
Kenan memeluk tubuh mungil gadis yang kini menjadi kekasihnya. "Maaf, aku harus memanfaatkanmu. Kedatangamu di hari-hariku membuat para wanita yang mendekatiku berkurang. Jika kamu di ganggu oleh seseorang aku tidak akan kesulitan karena akan ada Nathan yang siap menjagamu," ucap Kenan dalam hati seraya tersenyum.
Kenan melepaskan pelukannya, "mulai sekarang kamu akan menjadi kekasihku," ucapnya sambil merapikan helaian rambut Tata.
"Hum, mulai hari ini Tata akan menjadi kekasih Kakak," ucapnya seraya tersenyum bahagia.
"Jangan pernah menjadi wanita yang cengeng, wanita cengeng itu tidak hebat," ucap Kenan kemudian menjawil hidung Tata.
"Ta, lo mau balik sama gua atau enggak?" tanya Nathan bersedekap menatap adiknya sambil berteriak sebelum Tata menjawab ucapan Kenan.
Tata menoleh kearah kakaknya kemudian melihat kearah kekasihnya. Kenan tersenyum kemudian ia menyentuh satu pipi Tata. "Kalau kamu mau pulang, kamu pulang saja, enggak apa-apa," ucap Kenan seraya tersenyum.
Tata tersenyum, "kalau gitu, Tata pulang duluan ya, Kak. Dah, kakak …. " ucap Tata sambil melambaikan tangannya dan berjalan ke arah Nathan.
Kenan tersenyum sambil melambaikan tangannya. "Ken, gua sama Tata duluan, ya!" pamit Nathan sebelum pergi.
"Ya, hati-hati," jawabnya seraya tersenyum. Nathan dan Tata pun mulai melangkah meninggalkan area belakang sekolah.
"Kalau bukan karena gua yang ingin ketenagan di tahun terakhir gua sekolah SMA, gua enggak akan mau dengan wanita rendahan!" ucap Kenan sambil menatap ke arah dimana tadi Nathan berdiri.
Ia muak dengan para wanita yang mendekatinya. Namun, semenjak Tata terus mendekatinya tanpa henti satu persatu wanita mundur mendekatinya. Mungkin karena mereka takut dengan ancaman Nathan tempo hari. Walau peringatan itu di tunjukkan pada orang-orang yang menyakiti adiknya, tapi bukan tidak mungkin mereka yang mendengar itu membuat mereka tidak berani mengusik Tata yang sedang mendekati Kenan. Kenan melangkahkan kakiknya untuk pulang ke rumah.
Hari-hari berlalu, Tata kembali kekebiasaanya dahulu. Selalu membawakan sarapan dan di letakkan di laci meja Kenan. Saat makan siang, ia akan datang ke ruang kelas Kenan membawakan makanan. Berita tentang Tata dan Kenan yang berpacaran pun sudah terdengar di seluruh kelas. Sikap Kenan yang tidak banyak bicara dan juga dingin itu masih melekat didiri Kenan, tapi itu sama sekali tidak menjadi masalah pada Tata.
Saat ini Kenan sedang duduk di bebatuan yang ada di belakang sekolah. Nathan tiba-tiba duduk di sebelah Kenan. "Jangan sakiti adik gua!" ucap Nathan tegas dan ia menatap Kenan. Kenan menutup bukunya dan menatap Nathan.
"Apa Tata mengatakan sesuatu sampai kamu harus memperingatiku?" tanya Kenan tanpa ekspresi.
"Dia bukan orang tukang ngadu, kecuali sesuatu hal yang menurutnya ia membutuhkan bantuan maka ia akan mengadu," ucap Nathan dan menatap ke arah depan.
"Terus, kenapa lo tiba-tiba datang dan mengatakan hal itu?" tanya Kenan menatap serius Nathan.
"Gua hanya tidak suka dengan cara lo memperlakukan Tata," jawab Nathan.
"Apa ada yang salah dengan sikap gua?"
"Lo enggak peduli dengan adik gua!" kesal Nathan dan menatap Kenan.
Kenan tersenyum, "Adik lo enggak ada masalah, jadi jangan khawatir. Gua enggak akan nyakitin adik, lo!" ucap Kenan mantap.
"Lo yakin?" tanyanya serius. Belum sempat Kenan menjawab suara melengking Tata terdengar memanggil Kenan.
"Eh, Kak Nat-Nat, kenapa kesini?" tanya Tata yang berdiri di samping kakaknya.
"Memangnya enggak boleh kesini?" ketus Nathan.
"Dih, lagi dapet ya? Sensi amat!" cibir Tata.
"Kak, Ken, makan dulu," ucap Tata sambil memberikan satu bungkus batagor kemudian sebotol air minum.
"Pacar aja terus yang di perhatiin, Kakaknya mana pernah di perhatiin!" sindir Nathan sambil bersedekap.
"Dih, kek bocah! Gitu aja irian," cibir Tata dan langsung duduk di pangkuan Kakaknya.
"Turun oy, berat badan lo!" kesal Nathan.
"Nih, buat Kakakku yang paling ganteng dan perhatiannya enggak ada duanya selain kak Ken," ucap Tata sambil mengulurkan plastik yang isinya terdapat satu bungkus batagor dan air mineral.
"Cih! Engak usah sok, peduli! Udah, lo makan aja," ucap Nathan sambil mengangkat tubuh adiknya agar berdiri.
"Ish, beneran ngambek, coba. Apaan, deh!" kesal Tata.
"Udah, lanjutin aja pacarannya. Gua bisa beli sendiri!" ucap Nathan dan akan berjalan meninggalkan adiknya.
"Kita makan bareng yuk, kak. Udah, lama, kan, aku enggak kumpul bareng sama kakak dan temen-temen Kakak," ucap Qia seraya tersenyum dan menggandeng lengan kakaknya.
"Udah, lo urus aja pacar, lo," ucap Nathan seraya mendoron tubuh adiknya agar menjauh.
"Udah, kok. Tuh, udah aku bawain camilan untuk makan siang. Sekarang aku mau makan bareng kakak," ucap Tata seraya tersenyum dan tangannya masih merangkul lengan Nathan.
Nathan menggelengkan kepalanya, " Ya, udah. Yuk, kita makan siang bareng," ajak Nathan seraya tersenyum.
"Hayuk, lah," jawab Tata seraya tersenyum senang.
"Kamu beneran mau pergi, enggak mau makan bareng sama aku?" tanya Kenan tiba-tiba membuat Tata dan Nathan kini menatap kearahnya.
"Sekali-kali aku gabung sama Kak Nathan dan teman-temannya enggak apa, kan? Lagi pula, kalau di sekolah, aku, kan seringnya sama Kakak. Jadi, sekali-kali, enggak apa, ya?" tanyanya seraya tersenyum.
"Terserah, kamu!" ketus Kenan dan ia kembali membuka bukunya dan melanjutkan bacaannya.
Tata tersenyum melihat sikap kekasihnya yang seperti itu. Ia menarik lengan Kakaknya dan pergi meninggalkan Kenan sendiri. "Kamu yakin, ninggalin pacar kamu sendiri di taman," tanya Nathan saat mereka berjalan di lorong sekolah.
"Iya, kenapa enggak yakin? Lagi pula, Kak Ken lebih nayaman sendiri."
"Kemarin-kemarin aja gatel jauh-jauh dari Kenan, sekarang kayak enggak peduli gitu."
"Kak, Ken mau pergi, jadi aku harus terbiasa jauh dari dia. Lagi pula, aku sudah menjadi kekasih Kak Ken, itu udah cukup buat aku bahagia," jawab Tata seraya tersenyum senang.
"Bucinnya jangan kebangetan, nanti kalau enggak jodoh, sakit hati, lo!" peringat Nathan.
"Aku akan berdoa setiap hari supaya Kak Ken jadi jodoh aku," ucap Tata menghentikan langkahnya kemudian menatap Nathan.
Nathan menyentil jidat adiknya, "Sadar oy! Ngehalu jangan ketinggian. Jodoh itu takdir yang enggak bisa di rubah!"
"Ya, siapa tahu, kan, takdir aku memang sama Kak Ken," jawab Tata sambil cemberut.
"Ya, ya, ya, semoga kamu berjodoh sama dia," ucap Nathan malas dan kembali melanjutkan jalannya.
"Ish, Kak Nat-Nat!" teriak Tata kesal karena kakaknya seperti tidak mendukungnya.