Tata dan Nathan sedang makan bersama dan saling mengobrol dengan teman-teman Nathan. Di sekolah ini, Tata tidak memiliki teman wanita walau ada Jingga teman sebangkunya, gadis itu tidak begitu akrab dengan Tata di luar kelas. Ia memilih bergabung dengan teman-teman lainnya. Padahal ia sudah mencoba mendekat dengan mereka saat berada di kelas. Kenan yang tadinya ada di belakang sekolah kini sudah duduk di pojok kantin memperhatikan Tata yang begitu ceria saat mengobrol denga teman-teman Nathan.
Tawa lepas yang jarang sekali Kenan lihat saat bersamanya. Setiap kali Tata di dekatnya gadis itu hanya akan tersenyum manis menatapnya. Ia juga terlihat kalem jika hanya duduk tanpa berbicara. Berbeda jika ia mulai berbicara, gadis itu begitu bar-bar dan topik pembahasannya juga banyak. Dari a-z, selalu saja ada yang dia bicarakan.
Kenan melihat seorang laki-laki yang duduk di hadapan Tata sedang mengelap ujung bibirnya dengan tisu dan reaksi Tata walau awalnya sedikit terkejut, tetapi setelah itu ia langsung tersenyum. Senyuman yang selalu ia berikan pada Kenan.
Bel masuk pelajaran selanjutnya telah berbunyi, Tata berdiri dari duduknya. Nathan merangkul pundak adiknya sambil berjalan keluar dari kantin. Kenan pun sudah berdiri dan ia mengikuti mereka dengan jarak yang sedikit jauh. Matanya tidak lepas dari kekasihnya yang masih bercanda dengan kakaknya hingga Kenan pun melihat seseorang yang berjalan satu langkah di belakang Tata terus menatap ke arah pasangan kakak beradik itu.
Reynan - laki-laki di belakang Tata itu terus menatap ke arah Tata dan Nathan. Entah kenapa, hal itu membuat Kenan sedikit risih melihatnya. "Ta," panggil Kenan dan segera menghampiri Tata.
Tata, Nathan dan teman-temannya itu langsung menghentikan langakhnya dan melihat ke sumber suara. "Kak, Ken?" tanya Tata sedikit terkejut.
"Mau, ke kelas, kan? bareng, yuk?" ajak Kenan yang sudah berdiri di samping Tata.
"Oh, ayok," jawab Tata yang masih sedikit terkejut karena Kenan mengajaknya pergi ke kelas berasama. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba kekasihnya ini mengajak ke kelas bersama. Biasanya juga Tata selalu sendirian, Kenan sama sekali tidak pernah mengantarnya ke kelas.
Tata yang di kelilingi para cogan di sekolah itu membuat para siswi yang berpapasan dengan mereka menatap iri pada Tata. Kenan memang bukan anak OSIS ataupun basket, tetapi ia yang sering ikut lomba akademik dan selalu mendapatkan juaralah yang menjadikannya terkenal.
Tata menundukkan kepalanya dan Nathan langsung merangkul adiknya itu. "Adiknya Nathan Putra Mahakam bukan gadis lemah, baru gini aja udah nunduk. Jangan tunjukin kamu terpengaruh dengan omongan mereka, itu bisa buat kamu di kerjain sama mereka. Gimana kalau kakak udah enggak sama kamu lagi?" tanya Nathan berbisik di telinga adiknya.
Tata menghentikan langkahnya kemudian menatap kakanya. "Kenapa?" tanya Nathan heran.
Tata tiba-tiba saja memukul bibir kakaknya membuat Nathan kesal. "Apaan, sih, dek!"
"Mulut, kalau ngomong di jaga! Apaan coba bilang kakak gak sama aku, lagi?" tanya Tata kesal.
Nathan memutar malas bola matanya. Tentu saja ia tidak akan selalu bersama adiknya, apalagi ini tahun terakhirnya di sekolah sebelum ia melanjutkan kuliahnya yang rencananya akan di ITB atau di UGM. Ia kemudian menjitak kening adiknya yang malah di tahan oleh Kenan. "Wah, keributan antara calon kakak ipar dan adik ipar," ucap Aska melihat tatapan Kenan dan Nathan.
"Hei, kalian. Kenapa masih di lorong?" teriak guru olahraga yang terkenal galak sambil berjalan menghampiri mereka.
"Gawat, kabur!" teriak Radit dan segera berlari.
Nathan dan Kenan juga ikut berlari sambil menarik pergelangan tangan Tata, membuat sang empunya mau tidak mau harus mengikuti kedua langkah kaki kakak dan kekasihnya. Sampai di depan kelasnya kedua lelaki itu menatap ke arah Tata yang sedang kelelahan. "Udah, kamu buruan masuk," ucap Nathan dan Kenan bersamaan.
Lagi-lagi mereka berdua saling tatap, Tata menatap Nathan dan Kenan bergantian dengan tatapan kesal. "Kalian berdua, kalau narik tangan orang jangan asal tarik aja. Mana kaki kalian itu panjang. Gak lihat, apa! kakiku pendek?" tanya Tata kesal kemudian ia dengan sengaja berjalan di tengah-tengah Nathan dan Kenan saat masuk ke kelas hingga menyenggol ke dua tubuh orang itu. Nathan dan Kenan saling membuang muka sebelum akhirnya mereka kembali berlari karena suara teriakan guru olahraga mereka.
Hari berlalu entah perasaan Kenan atau apa, tapi ia merasa Tata sering meninggalkannya sendiri di belakang sekolah. Ia selalu bersama kakaknya tidak mau menemani Kenan. Hari ini sepulang sekolah ia akan mengajak Tata pergi berkencan hanya saja Kenan hanya mengartikan kencan itu sebagai hal biasa karena ia tidak memiliki teman jadi, ia meminta Tata untuk menemaninya untuk membeli hadiah untuk adik sepupunya yang berulang tahun.
Ia berjalan ke arah kelas Tata, tapi ia melihat Reynan sedang membantu Tata piket. "Udah, Kak Rey. Aku bisa kerjain sendiri," ucap Tata yang sedang menghapus papan tulis.
"Udah, enggak apa, biar cepat selesai," ucap Reynan seraya tersenyum. Entah apa yang terjadi pada Kenan, ia rasanya ingin menghajar Reynan karena berani mendekati kekasihnya.
"Ta," panggil Reynan.
"Kenapa, kak?" tanya Tata sambil menatap Reynan yang sedang menaikkan bangku ke atas meja.
"Kalau lo belum punya pacar, lo mau enggak jadi pacar gua?" tanya Reynan.
Tata terdiam menatap ke arah Reynan yang kini menatapnya. "Ta," panggil Reynan berjalan mendekati Tata.
Tata mengerjapkan matanya dan menatap Reynan. "Aku ... " ucapan Tata menggantung karen tiba-tiba saja Kenan memanggil namanya di ambang pintu.
"Kak Ken!" ucap Tata terkejut.
"Jadi, ini? alasan kamu lebih sering bareng sama kakak kamu?" tanya Kenan sinis.
"Ka, gak gitu. Aku ... "
"Kita putus!" tegas Kenan memotong ucapan Tata dan langsung berjalan pergi meninggalkan kelas.
"Kak Ken!" panggil Tata begitu panik.
Ia segera berlari dan melepaskan sapu yang ia pegang begitu saja. "Kak Ken, tunggu!" panggil Tata sambil berlari. Langkah Kenan begitu cepat dengan kaki panjangnya sedangkan Tata sudah kelelahan karena langkah kakinya yang kecil tidak bisa menyainginya. Kenan sudah berada di dalam mobilnya dan bersiap akan memundurkan mobilnya.
"Kak Ken, dengerin aku dulu!" teriak Tata sambil merentangkan tangannya di belakang mobil Kenan.
Kenan hanya memperhatikan Tata dari kaca spion, ia pun mulai menggerakkan mobilnya mundur karena di depan mobilnya sudah dinding sekolahan. Ia mengklakson, tetapi Tata masih tidak mau menyingkir sampai akhirnya satpam datang. "Eh, dek. Ngapain berdiri disini, ayo pergi itu mas Kenannya mau mundurin mobil," ucap satpam sekolah.
"Enggak mau!" teriak Tata membuat sang satpam memegangi telinganya yang berdengung. Tata langsung duduk bersila di tanah masih dengan merentangkan kedua tangannya. "Aku enggak peduli kalau kakak nabrak aku, aku cuma mau jelasin kalau semua enggak seperti yang kakak lihat!" teriak Tata dan tidak lama ia pun menangis histeris.
Untunglah sudah tidak ada murid lagi yang berlalu lalang di parkiran. Semuanya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu. Kenan masih memaju mundurkan mobilnya, tetapi semua itu tidak membuat Tata takut. Tata masih menangis keras dengan posisi duduk dan ke dua tangannya terentang.
Kenan dengan kesal akhirnya turun dari mobil dan menghampiri Tata yang masih menangis. "Menyingkir dari situ!" marah Kenan dengan suara begitu dingin.
Tata mendongakkan kepalanya menatap Kenan. Wajahnya sudah basah di penuhi air matanya. "Kak Ken, dengerin dulu penjelasan aku," ucapnya sesegukan.
"Penjelasan apa?" tanya Kenan sambil memalingkan wajahnya.
"Aku sama kak Rey enggak ada apa-apa. Kak Rey tadi cuma bantuin aku piket aja."
"Ngapain dia bantuin kamu piket?" tanyanya ketus.
"Katanya biar lebih cepet," jawab Tata masih sesegukan.
"Ngapain dia di kelas kamu?" tanya Kenan masih ketus.
"Di suruh Kak Nathan untuk anter aku pulang, soalnya Kak Nathan lagi ada urusan. Katanya dia bakalan pulang malem," jawab Tata.
"Ada aku, kenapa harus dia?" tanya Kenan kembali emosi. Dia kekasihnya kenapa harus Reynan yang mengantarnya. Ia merasa tidak dianggap menjadi kekasihnya jika Tata malah di antar teman kakaknya.