Chereads / TAKE ME HOME / Chapter 2 - |1| CEWEK BAR - BAR

Chapter 2 - |1| CEWEK BAR - BAR

Berawal dari 5 Tahun Yang lalu

"Satu kata memang tak sempat mewakili setiap

rasa. Tapi satu laksana dapat mengartikan

segalanya"

"Bangun woii, bangunnn !!!" Teriak seorang gadis tepat di depan telinga si korban.

Gadis itu rupanya sedang berusaha keras membangunkan seseorang yang masih nyaman tergulung dalam selimut tebal. Beragam makian terdengar berkicau di telinga laki - laki tersebut, namun tak membuatnya kunjung bangun juga. Gadis itu mulai merasakan lelah, terkhusus pada pita suaranya yang sedari tadi sibuk digunakan untuk meneriaki laki - laki itu.

Hingga keadaan membuatnya secara sadar memunculkan sebuah ide gila dalam otaknya. Dengan perlahan namun pasti gadis itu merayap keatas kasur, menyingkap selimut yang membalut tubuh laki - laki tersebut. Sepasang kaki penuh bulunya itu terpampang jelas dihadapannya. Gadis itu seraya tersenyum licik sembari mengarahkan jari jemari mungilnya menuju kearah sasaran dan dengan sekali hentakan mencabut secara paksa sesuatu dari sana.

"Akkhhhhh"

Laki - laki itu menjerit cukup kencang.

"Berhasil !"

Si pencabut bulu kemudian bergegas mengambil ancang - ancang untuk berlari sekencang mungkin menuju keluar kamar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya baku hantam.

"Larissaaaaa, awas lo ya !"

****

Gadis yang bernama lengkap Larissa kemala Anindita tengah terduduk rapi di salah satu kursi meja makan milik keluarga Daniel, gadis itu bersikap santai seolah tidak terjadi apa - apa, terlihat dari cara mengayunkan kakinya dibawah meja makan sambil sibuk menggeser - geser layar ponsel. Entah apa yang sedang ditunggu gadis itu, hingga kemunculan seseorang membuat perhatiannya teralihkan sejenak.

Larissa memandang penuh sebal kearah laki - laki yang sedang menuruni anak tangga itu, tidak lupa ia sipitkan juga matanya agar terlihat lebih menjiwai perannya.

"Adafa Elliot Daniel ! Lo udah lancang ngebuat gue sampek nunggu disini hampir setengah jam" Sahut gadis itu setelah Dafa mencapai anak tangga yang terakhir.

Dafa berjalan santai menuju kearahnya, tatapannya nampak biasa, berlagak seperti manusia tak berdosa. "Ngapain lo nyebut - nyebut nama lengkap gue hah ?" Timpalnya kemudian.

Dengan pedenya gadis itu mengangkat dagunya keatas. "Kenapa ? Masalah buat lo ?"

"Jelas ! Nama gue terlalu suci buat lo sebut - sebut" Balas Dafa dengan segala keegoannya.

"Idihh kepedean banget sih lo jadi manusia, nyesel gue pakek cara halus tadi, kenapa gak sekalian aja gue cabik - cabik tu mukak lo sampek bersih tadi ya" Nyinyir Larissa.

Dafa membelalakan kedua bola matanya tak percaya. "Apa ? Cara halus lo bilang ? Dasar cewek bar - bar, lo emang gak bisa bedain ya sakitnya nyabut bulu kaki sama bulu ketek hah ?"

"Oh sakit ya ? Sorry banget gue gak tahu, gak mau tahu juga sih lebih tepatnya haha. Larissa tertawa mengejek. Apa mungkin karna gue kebiasaan nguris kali ya bukannya nyabut kayak kata lo barusan ?. Lagian caranya udah sopan banget kok menurut gue, jadi lo gak pantes deh buat protes. Siapa suruh molor terusss !" Larissa sedikit menaikkan volume suaranya dipenghujung kata.

Dafa menggertakkan giginya, menahan kesal.

"Bener - bener lo ya Sa !"

"Apa ? Apa ? Mau ngajakin ribut ?" Tantang gadis itu sambil menaik - naikkan dagunya lagi ke atas .

Dafa menarik napasnya dalam - dalam lalu menghembuskannya keluar, mencoba untuk tetap tenang dengan mengubah mimik mukanya dalam sekejap, sehingga tampak datar, normal, dan tidak berekspresi sama sekali. Jujur tak ada waktu luang untuk meladeni gadis itu kali ini, yang ada pasti ujung - ujungnya akan memicu kebrutalan saja dan akan semakin mengulur waktunya.

"Gue lagi gak mood sekarang, tapi next jangan harap lo bisa lepas, tunggu aja pembalasan gue berikutnya" Dafa menampilkan senyum smirknya sedangkan Larissa justru membalasnya dengan tatapan remeh.

"Luzer !" Cibirnya.

Dafa mengabaikan perkataanya, "Ketimbang bacot, mending lo buruan nih pasangin dasi gue ! Entar kalo udah telat bakal ngomel lagi lo. Pusing gue !" Titahnya sembari menyodorkan sebuah dasi kearah gadis itu.

Larissa meraih dasi berwarna abu tersebut meskipun dengan hati yang setengah tak ikhlas. Padahal bibirnya itu masih terasa sangat gatal untuk melanjutkan perdebatannya yang terpaksa harus berakhir begitu saja.

"Heran gue, dari dulu perkara masang dasi doang kagak bisa !" Gerutunya yang masih ingin memancing emosinya lagi.

Dafa masih tetap sabar, pandangannya ia turunkan kebawah, lebih tepatnya pada sebuah kepala dengan hiasan rambut panjang sebahu yang tergerai dengan bebas. "Gak usah heran, tangan gue emang lagi mager aja soalnya" Ujarnya dengan nada santai.

"Alah, pinter banget dah lo cari alesan !"

Beruntung kali ini Dafa tidak sedang mencari gara - gara dengannya lagi, jadi gadis itu bisa lebih cepat menuntaskan tugasnya. Hanya butuh waktu semenit saja bagi Larissa untuk memasangkan dasi milik Dafa dengan serapi mungkin. Setelah selesai, Larissa sempatkan sebentar untuk melirik ke arah jarum jam di pergelangan tangannya, yang lantas membuatnya bergerak lebih cepat sembari menyambar tas punggung miliknya yang ditaruh diatas meja makan tadi.

Melihat hal itu, Dafa langsung saja menarik tas punggung Larissa yang sudah menyampir di kedua bahu gadis itu dengan cepat.

"Ehh tunggu dulu,,,,mau kemana lo ? Gak sarapan dulu ?"

Larissa menggelengkan kepala, "Udah telat kali Daf !" Jawabnya singkat.

"Ta,,tapi Sa ? kan masih ada waktu lagi dikit. Masih keburu kok nih" Dafa mencoba merayu gadis itu.

Larissa mendelik tajam, "Gak ada tapi - tapian ! Udah cepetan !!" Perintah gadis itu tak bisa diganggu gugat lagi, Larissa memilih pergi dari posisi meja makan.

Dafa menghela napasnya sambil memasang tatapan tak rela. Jujur, laki - laki itu sudah sangat tergoda sejak tadi saat melihat jejeran roti lapis beserta selai pelengkapnya yang telah tertata rapi diatas meja makan. Sungguh sangat kejam sekali gadis itu ! Apa pantas dirinya dianggap sahabat ?.

Dafa melangkahkan kakinya dengan berat mengikuti arah langkah Larissa menuju garase rumahnya. Dengan berhati - hati sekali ia keluarkan sebuah motor Vespa kesayangannya dari dalam garase tersebut, sedangkan Larissa berinisiatif membantunya mengambilkan dua buah helm yang telah tersimpan rapi di dalam rak kaca.

Larissa naik keatas motor itu sesaat setelah Dafa selesai mengenakan helm yang memiliki warna kembar sama seperti yang dipakainya. Gadis itu bergerak maju agar lebih dekat dengan punggung Dafa, lalu mengalungkan tangannya pada pinggang milik laki - laki tersebut dengan maksud agar lebih aman saja.

"Jangan ngebut !" Peringat gadis itu yang langsung diangguki oleh Dafa.

Di perjalanan menuju sekolah, Dafa mengendarai motornya dengan kecepatan normal sesuai permintaan sahabatnya. Larissa tersenyum sumringah menikmati hal itu, tangannya refleks ia rentangkan demi merasakan hembusan angin segar di pagi hari ini. Sesaat kemudian, ada sesuatu yang membuat gadis itu jadi tertegun, Larissa dapat merasakan sesuatu yang bergemuruh di balik seragam milik Dafa - sahabatnya, entah suara apa itu ? yang jelas sampai membuatnya tertawa cekikikan.

Larissa melepaskan pegangannya perlahan pada pinggang Dafa, memutar tubuhnya sedikit hingga bertemu dengan tasnya dari balik punggung. Setelah berhasil, gadis itu lekas mengambil sebuah kotak makan dari dalam tasnya, kemudian membuka kotak tersebut dan mencomot selembar roti dengan selai coklat sebagai isiannya. Ditutupnya kembali kotak itu dan memasukkannnya lagi ke dalam tas.

Mula - mula Larissa membuka kaca helm yang melindungi wajah milik Dafa, jelas sekali membuat si empunya merasa terkejut sekaligus dibuat bingung oleh tindakannya. Larissa mengarahkan roti yang diambilnya tadi tepat ke depan mulut Dafa, dan laki - laki itu tentu saja tersenyum melihatnya dan tanpa ragu langsung menggigit roti yang berada tepat di depan mulutnya itu. Mengantarkan roti coklat tersebut kedalam perut lewat kunyahannya.

Beberapa menit kemudian dua sejoli itu telah sampai di depan pintu gerbang milik SMA Tunas Bangsa. Beruntung pintu gerbangnya masih terbuka dengan lebar, Dafa lantas saja menancapkan gasnya memasuki sekolahan tersebut. Setelah mendapatkan tempat yang cocok, barulah Dafa memarkirkan motor Vespa kesayangan itu, sesudahnya ia pun segera membantu Larissa yang terlihat kesusahan untuk melepaskan helm dari kepalanya.

Dafa mengusap lembut puncak kepala Larissa, "Belajar yang rajin, jangan sering - sering nyontek !" Katanya menasehati namun lebih terdengar seperti menyindir.

Larissa lagi - lagi  menyipitkan kedua matanya kearah Dafa, menatap laki - laki itu dengan tatapan tidak suka. Dengan sengaja ia layangkan kakinya tersebut dari atas ke bawah dengan sekali hentakan ke atas kaki milik Dafa dengan cukup kuat.

"Awhhhhh,,,, dasar cewek bar - bar !" Umpat Dafa mengerang kesakitan.

Larissa segera berlari sekencangnya, kabur menuju ke kelas meninggalkan Dafa yang masih mengusap permukaan sepatunya yang kotor.