Hai..haii 👋👋
Do you miss me ? Thank you banget buat kalian yang udah baca cerita ini. Sorry banget baru sempet up ceritanya hari ini. Nanti setelah membaca, berharap banget kalian bisa support aku lewat vote dan komen kalian. So selamat membacaaa 😁😁
Bel sekolah kembali berdering untuk ketiga kalinya, sebuah peringatan bahwa seluruh kegiatan pembelajaran harus dihentikan saat itu juga.
Vani berjalan mendekati tempat duduk Larissa yang berjarak dua langkah dari tempat duduknya. Meski sudah berteman kurang lebih dua tahun lamanya tak membuat gadis itu ada niatan sama sekali untuk duduk bersama Larissa. Vani tak terbiasa jika harus duduk di posisi depan sepertinya, sedangkan Larissa selalu patuh terhadap Dafa bahkan soal letak tempat duduk sekalipun.
"Lo gak balik Sa ?" Tegur Vani secara tiba - tiba
Larissa menoleh setelah mendengar suara seseorang memanggil di belakangnya. Gadis itu menatap ragu mata Vani, kemudian berusaha bersikap biasa saja dihadapannya.
"Ah,,i,iya Van, ni bentar lagi. Dafa masih ada kelas tambahan katanya. Iya kelas tambahan" Ucap gadis itu kaku.
"Kalo gitu mending lo ikut gue aja. Kasian dari pada lo nunggunya lama kan" Saran Vani.
Larissa dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Gak usah,,gak usah Van. Gue nunggu Dafa aja. Lagian gue udah biasa" Jawabnya terburu - buru.
Vani memicingkan matanya, merasa ada sesuatu yang tidak beres.
"Ke,,kenapa ?" Tanya Larissa dengan gugup. Takut gelagatnya akan kentara oleh Vani.
Vani mengulum senyumnya setelah berhasil membuat Larissa tegang. Beruntung gadis itu tak merasakan sesuatu yang ganjal dari tingkah temannya.
"Muka lo tegang banget Sa. Santai aja kali" Gurau Vani langsung membuat Larissa terkekeh sendirinya.
"Ehe, masak iya sih ?" Ucapnya berpura - pura. Padahal sejak tadi kakinya sudah gemetaran.
"Tapi lo yakin nih gak mau pulang bareng gue ? Atau,,gimana kalo gue temenin lo aja" Tawarnya.
"Big No ya ! Lo kan udah tau gue itu setia banget orangnya"
Vani memoncongkan bibirnya, "Hmm, yaudah deh. Kalah sama yang setia. Kalo gitu gue cabut dulu ya Sa" Pamitnya yang dibalas langsung dengan anggukan oleh Larissa.
Disisi lain Dafa dan kawan satu timnya sedang bersantai ria di kantin. Hari ini mereka pulang lebih awal karna salah satu dari gurunya berhalangan untuk hadir. Terkecuali dengan Deno dan Andi yang berbeda kelas dengan Dafa, Vano, dan Ferdi. Kedua lelaki tersebut sengaja bolos di mata pelajaran terakhir demi bisa nongki bersama mereka. Parahnya, mereka berdua beralasan terkena diare karna salah makan sesuatu saat jam istirahat. Mendengar penuturan tersebut Dafa sampai menggelengkan kepalanya heran.
"Gila lo Ndi, berani banget lo bohongin buk Elsa. Kualat lo tau rasa" Ujar Ferdi menakuti sahabatnya.
"Amit - amit deh gue Fer. Noh salahin tuh si Deno, pinter banget nyari alasan" Sindir Andi pada Deno yang tengah sibuk memakan cemilan.
Deno berhenti mengunyah sesaat, kemudian memicingkan penglihatannya kearah Andi. "Kenapa jadi gue yang salah ? Emang gue ada maksa lo ngikut hah ? Itu kemauan lo sendiri kali" Ucap Deno sewot lalu kembali mengunyah cemilannya.
Andi menggaruk tengkuk lehernya. Merasa malu. "Ya emang gak ada. Cuman tetep aja, gara - gara lo gue jadi terpengaruh" Balasnya ngeles.
Ferdi menepuk bahu Andi. "Ndi,,ndi demen nyari gara - gara lo emang" Cetusnya.
"Udahlah gausah dibahas. Lagian masalah sepele juga, ribet amat lo pada" Tukasnya.
Tatapan Andi lantas beralih kearah Dafa yang sedari tadi tak berkomentar sedikitpun dan justru sibuk dengan ponsel digenggamannya. Andi kemudian mencari kesempatan untuk mengalihkan pembicaraan.
"Daf ! Sibuk amat lo. Nyantai aja kali, bentar lagi juga di telpon" Sahut Andi.
Dafa memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu membalikkan posisinya berhadapan dengan Vano.
"Lo beneran lagi gak ada masalah sama dia kan Daf ?" Tanya Ferdi basa - basi.
"Mana ada lah, ngada - ngada aja lo" Bantah Dafa.
"Lo udah coba hubungin ?" Timpal Vano
"Gue hubungin hpnya gak aktif" Balas Dafa.
"Lo coba cariin ke kelas gih Daf. Kali aja hp curut baterenya habis kan ?" Saran Deno.
Dafa berpikir sejenak, kenapa tidak dari tadi saja dia langsung mengunjungi kelasnya ? Kenapa harus repot - repot menghubungi sahabatnya tersebut ? Ah sudahlah. Sungguh merepotkan. Dafa meraih tas ranselnya kemudian bangkit dari duduk.
"Gue nyari Rissa dulu. Nanti gue kabarin kalo udah ketemu" Ucapnya kemudian bergegas keluar menuju kelas milik gadis itu.
***
Keadaan kelas sebelas IPS satu sudah kosong melompong tepat lima menit lalu. Larissa, gadis itu melirik arlojinya di tangannya. Sudah pukul satu siang, dilihatnya beberapa pesan serta panggilan masuk tak terjawab yang lebih tepatnya sengaja tidak dijawabnya. Sahabatnya itu pasti sudah mengumpatnya sejak tadi. Larissa lantas segera mengemas barang - barangnya lalu memasukkannya ke dalam tas.
Kreek...
Pintu kelasnya tiba - tiba saja terbuka sendiri. Larissa menengok cepat kearah san. Sosok tinggi berbadan tegap berdiri tepat di depan pintu. Memandangnya dengan tatapan tak berekspresi.
"Da,,Dafa..." Ucapnya terbata.
Larissa terlihat cemas saat sahabatnya tersebut berjalan mendekatinya dengan perlahan. Aliran darah disekujur tubuhnya mengalir deras ditambah dengan degupan jantung yang sedari tadi berdetak kencang.
"Masih mau pulang ? Atau milih nginep disini ?" Tanya Dafa dengan nada ketus.
"Itu,,anu,,iya ini juga baru mau pulang. Tapi..." Ucapan Larissa terputus.
Gadis itu menunduk. "Khusus untuk hari ini gue mau pulang sendiri" Lanjutnya.
Dafa tersentak....