Pukul tujuh malam waktu setempat, Dafa telah sampai di rumah milik sahabatnya. Malam ini tingkat ketampanannya kian bertambah dua kali lipat sebab setelan kemeja dan jeans abu panjang yang dikenakannya. Begitu santai, rapi, dan fashionable.
Mendengar bel pintu masuk berbunyi Kemala bergerak cepat menuju kesana dan membukakan pintu tersebut. Dilihatnya sosok tinggi berparas tampan berdiri tegak di depan pintu.
"Ehh, ada Dafa. Mau kemana nih rapi banget" Sapanya ramah.
Dafa tersenyum manis. "Iya tante, ini mau ngajak Larissa ke acara ulang tahun" Balasnya sopan.
"Tapi yang ultah bukan pacar kamu kan ya ?" Goda Kemala yang disambut tawa ringan oleh Dafa.
"Haha,,, bukan kok tante. Cuman temen biasa aja. Ngomong - ngomong pacar saya dimana ya tante ?" Balasnya penuh canda juga.
"Oh iya, pacar kamu ya ? sampek lupa loh. Ayok sini,,sini masuk dulu. Pacarnya lagi dandan tuh" Kemala mempersilahkan Dafa duduk di atas sofa lalu melangkahkan kaki nya kearah anak tangga.
"Isaaa dandannya jangan lama - lama !, Dafa udah nunggu dibawah tuh" Kemala menjerit kencang dari lantai bawah.
"Iya,,iya ! Bentar lagi turun" Balas Larissa setengah berteriak dari dalam kamarnya.
Kemala kembali mengalihkan perhatian pada Dafa. "Eh, Tante tinggal ke belakang sebentar ya, lagi goreng ikan di dapur takut gosong"
"Oh iya silahkan tante, santai aja"
Kemala tersenyum lembut lalu berbalik arah menuju ke dapur. Sementara Larissa, suara derap kakinya terdengar jelas sedang menuruni anak tangga.
"Heyoo !!" Tegurnya membuat Dafa seketika menoleh.
Penampilan Larissa terlihat sangat cantik dan anggun kali ini. Dafa yang melihat tentu saja dibuat melongok beberapa detik. Malam ini dress biru polos selutut menjadi pilihannya, rambutnya dibiarkan tergerai rapi hingga menutupi leher putih jenjangnya. Sentuhan terakhir berada pada wajahnya yang dibalur dengan polesan make up natural.
Dafa menurunkan pandangannya kearah bawah tepat di telapak kaki Larissa yang bertelanjang. Dirinya kemudian berinisiatif mengambilkan salah satu sepatu diantara sepatu - sepatu lain yang terjejer rapi di dalam kotak kaca dekat pintu garase. Dafa memilih satu yang berwarna hitam dan memiliki hak yang tidak terlalu tinggi.
"Pakek yang ini !" Titahnya sambil menyerahkan sepasang sepatu tersebut.
"Yah kenapa yang ini sih ? Itu kan ada yang hak nya lebih tinggi ! Kalo pakek yang ini gue pasti keliatan pendek Dafaa !" Protes Larissa.
"Bahaya kalo hak nya terlalu tinggi Sa" Sarannya.
Larissa hendak protes lagi tetapi hal tersebut langsung dipotong oleh Dafa.
"Pakek atau lo gak usah ikut ?" Ancamnya.
Dengan setengah hati Larissa mengambil sepatu itu secara kasar dari tangannya. Kemudian memasangnya sendiri meski sempat akan dipasangkan langsung oleh Dafa. Gadis itu lalu berjalan keluar dengan raut wajah cemberut dan Dafa mengekorinya dari belakang.
"Motor lo mana ?" Tanya Larissa jutek.
"Gue bawa mobil ! Biar bisa sekalian jemput anak - anak juga" Jawabnya singkat kemudian membukakan pintu depan untuk Larissa dan disusul olehnya juga.
Dafa melajukan mobilnya dengan kecepatan biasa. Sesekali matanya melirik kesamping mengamati sahabatnya yang tidak aktif mengoceh seperti biasanya. Dafa kemudian berinisiatif memulai pembicaraan.
"Sa ! Lo ada nyiapin kado gak ?"
"Ada !" Juteknya lagi.
"Apaan ?" Tanyanya lagi.
"Ada pokoknya"
Dafa menelan ludahnya kasar, apa sebegitu kesalnya hingga sampai seperti ini ? Hanya perkara sepatu saja ? Oh sungguh wanita memang rumit. Batinnya.
Dafa tidak bertanya lagi dan memilih fokus melajukan kemudinya saja. Beberapa menit setelahnya mereka sampai di tujuan dan disambut sumringah oleh Andi, Ferdi, Beno, dan juga Vano.
Dafa turun dari mobil, sedangkan Larissa tetap berada di dalam.
"Widihh, mobil lo keren abis Daf !" Seru Andi antusias.
Beno dan Ferdi juga ikut - ikutan memuji. "Gila ! Ini sih kece parah ngalahin mobilnya si Vano juga mah"
"Bukan mobil gue kali. Lo pada berlebihan. Ini mobil bokap gue" Terang Dafa pada semuanya.
"Yaelah Daf, mobil lu juga kali. Lo kan semata wayang. Ya pasti bakal diwarisin ke elo juga lah" Ujar Andi yang ditanggapi senyuman saja olehnya.
Beno masih meraba - raba sampai ke kaca mobilnya juga. Dilihatnya seseorang melambai kearahnya, Beno tak melihat begitu jelas karna warna kaca mobil Dafa terlihat sangat gelap di malam hari. Bulu kuduknya tiba - tiba saja merinding dan memaksanya menjauh dari sana.
"Eh, Daf,,Daf !" Beno menepuk pundak Dafa tak sabaran.
"Gue liat ada setan rambut panjang di mobil lo Daf" Bisik Beno namun masih bisa didengar oleh lainnya.
"Yang bener aja lo Nok ? Mobil bagus gini masak ada hantunya sih" Ucap Andi tak percaya.
"Sumpah ! Gue tadi liat sendiri. Percaya deh. Mukanya emang kurang jelas, tapi sempet lambaiin tangan ke gue juga" Jelas Beno meyakinkan.
"Mana coba gue liat sendiri" Ferdi lantas melangkahkan kakinya ke mobil.
Tiba - tiba saja kaca mobil Dafa turun dengan sendirinya. Semuanya seketika terkejut.
"Larissa !" Sahutnya berbarengan terkecuali Dafa yang senyum - senyum sendiri.
Larissa kemudian melambaikan lagi tangannya menyapa teman - teman Dafa tersebut.
"Kaget ya ?" Ledek gadis itu.
Semuanya langsung memusatkan pandangannya pada Larissa, entah kenapa mereka sampai lupa bagaimana caranya berkedip. Beruntung ada Dafa yang langsung memecah suasana tersebut.
"Ekhmm,,,pada mau naik gak nih ?" Tegurnya.
Dafa lanjut mengemudikan mobilnya setelah semuanya naik. Diperjalanan banyak hal yang mereka bahas hingga tak terasa waktu ikut berlalu cepat dan mereka sampai di tujuan.
Terkhusus untuk Andi, Ferdi, dan Beno begitu antusiasnya ketika memasuki pesta ulang tahun yang cukup terbilang mewah. Berbagai jamuan makan malam tersuguh rapi diatas meja. Warna warni kue yang ditata indah semakin membuat ketiganya terkhusus Beno langsung ketagihan.
Andi dan Ferdi terkesiap ketika bertemu dengan para undangan yang didominasi oleh puluhan bidadari cantik didalamnya. Mereka berdua sangat tak sabaran dan langsung berpencar guna mencari kesempatan.
Kebetulan sekali Hana yang sedang menjamu para tamunya tak sengaja berpapasan dengan Dafa, Vano, dan juga Larissa. Hari ini dirinya tampil mewah dan elegan dengan gaun pesta yang pasti bukan main harganya. Gadis itu lalu berjalan penuh anggun menghampiri ketiganya terkhusus untuk Dafa yang memang menjadi tamu spesialnya kali ini.
"Hey Daf ! Gue seneng banget lo bisa dateng kesini" Seru Hana sumringah.
Dafa tersenyum santai menanggapinya.
Sorot mata Hana menelisik kearah seorang gadis yang berada disampingnya.
"Emm, ngomong - ngomong ini siapa ya ?" celetuk Hana.
Larissa refleks mengulurkan tangannya kedepan. "Hai, kenalin gue Larissa sahabatnya Dafa. Gue nemenin dia sama yang lain kesini. Ngomong - ngomong yang ultah mana ya ?" Ucap Larissa polos.
Dafa dan Vano menatapnya bersamaan, sedangkan Hana langsung tertawa kecil karnanya. Hana lalu ikut mengulurkan tangannya kedepan setelah melihat Larissa menatapnya kebingungan.
"Gue Hana, orang yang ultah hari ini" Jelasnya.
Pipi Larissa seketika memerah. "Oh sorry, jadi elo yang ulang tahun ? Gue pikir yang ultah cowok, pantes aja dekorasinya feminim banget. Btw happy birthday ya" Sahut Larissa.
Hana tersenyum kecut. "Oh santai aja. Yaudah yuk gabung sama yang lainnya" Ajaknya sembari merebut gandengan Dafa dari Larissa.
Perhatian para tamu undangan teralihkan sejenak setelah saat diberi aba - aba oleh MC bahwa acara akan segera dimulai. Semuanya segera diarahkan untuk mendekat kearah panggung kecil.
"Baik, untuk para tamu undangan yang terhormat kami persilahkan untuk mendekat kearah panggung. Acara sebentar lagi akan dimulai" Ujar MC.
Hana keluar setelah tirai dibuka, beberapa tamu undangan merasa terkejut dibuatnya. Bukan karna Hana yang baru saja keluar. Tetapi seseorang yang berdiri disampingnya itu.
Hana menatap seseorang disebelahnya untuk seseorang, senyumnya seketika terbit, lalu kembali mengalihkan tatapannya ke para tamu.