Hai readerss !!!
Apa kabar kalian semua ๐๐
Sebelum lanjut baca, ingat buat komen dan vote cerita ini ya. Oke, kalo gitu langsung aja dibaca. Happy reading !!! ๐๐
Dafa menatap serius kearah Larissa sembari berkacak pinggang. Mendengar perkataan yang tadi dilontarkannya membuat Dafa kembali bingung sekaligus penasaran tentang kondisi sahabatnya tersebut.
"Kenapa harus sendiri ? Biasanya juga bareng gue kan" Dafa mulai menginterogasi.
Larissa gugup sehingga bingung harus menjawab apa. "Itu, itu gue lagi pingin aja" Ucapnya ngawur.
Dafa mengerutkan kedua alisnya hingga nyaris bersatu. "Maksud lo gimana sih ?"
"Ya gue cuman pengen pulang sendiri, udah gitu aja"
Larissa merutuki kebodohannya, harusnya dia memberikan alasan yang jelas supaya Dafa tak curiga.
Tak puas dengan jawaban sahabatnya itu, Dafa akhirnya memilih untuk tak menyetujui permintaannya.
"Gak, gak boleh ! Lo tanggung jawab gue dan harus pulang bareng gue juga pokoknya" Tolaknya dengan keras.
Larissa menggeleng cepat. Masih kukuh dengan keinginannya. "Gue mau pulang sendiri Dafa, titik ! Gak ada koma - koma an"
"Sa, lo sebenernya kenapa sih ? Kalo ada masalah lo cerita ke gue. Kita cari solusinya sama - sama"
"Tapi gue lagi gak ada masalah Dafa, gue cuman mau pulang sendiri aja. Emang kenapa sih ?" Elaknya.
Dafa terlihat gemas dan semakin tidak sabaran. Tanpa aba - aba terlebih dahulu, laki - laki itu menarik paksa salah satu lengan Larissa untuk berdiri.
"Aduh,,Dafa lepasin,,,lepasin.. sakit Dafa !" Rontanya sembari memukul kecil lengan sahabatnya.
"Ayok Rissa ! Pulang bareng gue pokoknya". Dafa mengeluarkan jurus terakhirnya dan dengan sekali tarikan saja bisa membuat Larissa sukses berdiri tegak dihadapannya.
Dafa melotot kaget saat kursi yang di duduki sahabatnya penuh noda darah. Belum lagi bagian pinggir roknya juga sama terkena noda darah juga.
"Sa,,,lo kenapa Sa ? Kok banyak banget darahnya ?"
Larissa menunduk sambil meremas sisi kiri kanan bawah lipatan roknya. Gadis itu malu.
Dafa kembali memegang pundaknya, "Sa, lo lagi PMS ?" Tanyanya ragu.
Larissa mendongak, menatap mata sahabatnya lekat.
Bugh...bugh
Larissa memukul mukul dada Dafa sekuat tenaga, mencurahkan setiap kekesalannya.
"Aduh Sa, sakit, sakit Sa" Rintihnya.
"Lo jahat...jahat sama gue Dafa, gue benci lo,,,benci,.,,,benci pokoknya !!!"
Dengan cepat Dafa merengkuh tubuh Larissa guna menenangkan gadis itu. Dafa kembali teringat pada kilas balik kejadian masa lalu yang menimpa sahabatnya. Larissa, gadis itu mengalami trauma yang cukup mendalam disaat hari pertama menstruasinya. Sejujurnya hal ini normal terjadi di masa SMP. Tapi menurut teman - temannya saat itu hal ini merupakan bahan yang bagus untuk dijadikan sebuah bullyan. Beruntung saja saat itu ada Dafa yang datang dan melihat Larissa sudah menangis sambil terduduk dipojokan kelasnya. Dengan berapi - api Dafa memukul satu persatu dari mereka yang menjadikan sahabatnya sebagai objek untuk di bully.
Dafa menyesali perbuatannya hingga membuat tangis sahabatnya tumpah seketika. Dengan lembut ia belai rambut hitamnya, mencoba memberika ketenangan.
"Sa ! Gue minta maaf" Ucap Dafa penuh sesal.
Larissa masih terus menangis tanpa henti, membuat Dafa merasa sangat bersalah. Beberapa menit kemudian tangis gadis itu mereda. Dafa kemudian meraih tasnya menggunakan tangan sebelah, mencari sebuah jaket berwarna hitam di dalamnya lalu menyampirkannya ke pinggang Larissa.
"Gue anter lo pulang ya Sa, gue beliin es krim deh yang banyak" Bujuknya.
Larissa mengangguk setuju setelah mendengar kata es krim yang merupakan cemilan terfavoritnya terlontar dari bibir sahabatnya. Tak ingin kehilangan kesempatan, Dafa lekas merangkul pinggang Larissa dan menggiringnya menuju keluar kelas.
Sesudahnya mengantarkan Larissa pulang dengan selamat sampai rumah, Dafa segera berpamitan menuju ke salah satu supermarket terdekat di komplek perumahannya. Dafa lanjut berdiri di salah satu rak khusus yang menyediakan segala kebutuhan dan perlengkapan wanita. Begitu banyak benda - benda yang dipajang dan jelas tidak diketahui kegunaannya oleh Dafa. Merasa kebingungan dirinya lantas memberanikan diri memanggil salah seorang pramuniaga yang berjaga untuk menolongnya.
"Mbak, bisa tolong kesini sebentar gak !" Pintanya dengan sopan.
Mbak - mbak tersebut menyimpulkan bibir, lalu berjalan kearahnya. "Iya mas, ada yang bisa saya bantu ?"
"Emm, begini mbak. Kalo perempuan lagi datang bulan bagusnya pakek yang mana ya mbak ?" Ucapnya malu - malu.
"Buat pacarnya ya mas ?" Spontan mbak - mbak tersebut.
Dafa tentu langsung menggeleng cepat. "Bukan, bukan mbak. Ini temen saya nitip dibeliin tadi" Bantahnya
"Owalah, begitu toh mas. Ngomong - ngomong pacarnya suka pakek yang bersayap atau enggak mas ?" Tanya Mbak - mbak tersebut.
Dafa kelihatan kesal. "Udah gue bilang kan bukan pacar gue, masih aja" Batinnya.
"Halo mas ?" Tegur mbak - mbak tersebut sembari melambaikan telapak tanganya di depan wajah Dafa.
"Ah iya, kalo itu saya kurang tahu mbak. Mbak pilihin aja yang paling nyaman sama cocok pokoknya buat anak remaja" Jelas Dafa.
"Oh ya sudah. Saya sarankan mas mending pilih ini aja buat pacarnya. Yang ini bagus kok mas, saya kebetulan pakek juga lo" Ungkap mbak - mbak tersebut tanpa tahu malu sedikit pun.
Dafa tersenyum kaku. "Oh yaudah. Makasi ya mbak" Ucapnya lalu bergegas menuju ke kasir.
Setelah selesai membayar, Dafa lanjut mengendarai motornya menuju ke rumah. Sesampainya disana Dafa berjalan menaiki beberapa anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Disana sudah ada Larissa yang tidur - tiduran di atas kasur.
"Lo bawa apaan Daf ?" Tanyanya langsung ketika tak sengaja melihat Dafa membawa dua bungkusan ditangannya.
Dafa berjalan menghampirinya dan meletakkan kedua bungkusan yang dibelinya tadi diatas kasur.
Larissa segera membuka isiian bungkusan tersebut. Ada es krim dan juga sesuatu hal tiba - tiba membuatnya tertawa ngakak.
"Bwuahahah,,,Lo ngapain beli ginian Daf ?"
"Buat lo. Bukan buat gue !" Jawabnya singkat sembari melepas jaket.
Dafa kemudian masuk kedalam kamar mandi dan mengganti seragamnya dengan pakaian rumah sama seperti Larissa. Gadis itu tengah sibuk memakan es krim yang berada di kedua tangannya.
"Jangan banyak - banyak" Peringat Dafa kemudian merebut salah satu es krim rasa coklat ditangannya.
Larissa tersenyum tak jelas. "Lo baik banget sih, sampe repot - repot beliin gue pembalut segala" Ucapnya dengan nada mengejek.
Dafa tak menjawab dan fokus memakan es krim yang direbutnya tadi.