Disebuah desa...
Pemandangan yang begitu hijau,banyaknya sawah dan pepohonan...
Cuaca yang cerah dengan angin yang membawa udara segar...
Semua orang berkumpul di lapangan untuk menerbangkan layang layang.
Saat itu sedang diadakan sebuah festival layang layang.
Banyak seorang pria yang menerbangkan layang layang,dengan saling berusaha memutuskan layangan lawannya.
"Ayo putuskan layangan itu"ucap seorang pria yang terlihat sangat gemas dengan temannya yang memainkan layang layang.
Lalu tiba tiba layangan tersebut malah putus oleh layangan lain.
"Ya..layangannya putus"ucapnya dengan lesu.
"Kita gak bisa biarin..layangan kita tidak boleh diambil oleh orang lain"ucap salah satu temannya.
"Terus sekarang kita harus bagaimana?"tanyanya.
"Tenang,kita panggil saja dia..dan dia akan mengejar layangan kita dengan cepat"jawab temannya.
"Dia..siapa itu.."
"DARA!..."
Seorang gadis membalikkan badannya dengan rambut yang tergerai indah.
Matanya yang indah menunjukkan kecantikan yang luar biasa.
Gadis tersebut menatap ke arah langit melihat layangan yang putus.
Dia tersenyum sambil menatap ke arah langit walaupun cuaca sedang terik.
Beberapa orang pria berlari di depannya untuk mengejar layangan tersebut.
Lalu gadis tersebut ikut berlari mengejar layang layang.
Dia berlari dengan penuh semangat,senyum yang terus mengembang di bibirnya.
Hembusan angis bersatu dengan tekad nya yang tinggi untuk mendapatkan layangan yang putus.
Gadis tersebut berlari melewati para pria didepannya,semuanya tercengang sampai berhenti berlari menatap gadis tersebut.
"Itu dara kan"
"Iya,dia adalah dara"
"Larinya cepat sekali"
Begitulah kata kata yang keluar dari para pria yang menatap gadis tersebut berlari jauh dari hadapan mereka.
Gadis itu terus saja berlari.
Berbagai halangan yang ada di depannya berhasil dia lewati dengan penuh semangat.
Dia terus berlari sampai menuju sawah.
Tatapannya terus tertuju pada layangan yang ada di atasnya.
Saat layangan sudah semakin menurun,dia melompat lalu menangkap layangan tersebut.
Setelah mendapatkannya dia tersenyum sangat senang lalu melompat kegirangan.
Senyumnya sangat indah,dengan rambutnya yang hitam dan terurai indah.
Walaupun seorang gadis,dia sangat senang menangkap layang layang.
Dia adalah Dara Anandia,gadis berusia 18 tahun yang tinggal di sebuah desa dengan keluarga yang sederhana.
Walaupun begitu,dia sangat bahagia dan bersyukur karna bisa terlahir di desa yang makmur.
"Hemm,sepertinya aku harus mengembalikan layang layang ini kepada pemiliknya"ucap Dara sambil menatap layang layang tersebut.
Lalu Dara kembali berlari menuju sang pemilik layangan.
___
"Kemana sih Dara"
"Nah,itu dia"
Dara berlari menghampiri kedua pria yang sedari tadi menunggunya.
"Kau berhasil mendapatkan layang layangnya"ucapnya.
"Tentu saja"balas Dara lalu memberikan layangan tersebut.
"Kau memang unik,Dara..seorang gadis tapi mau mengejar layang layang"
"Kalian ini jangan terlalu puji aku kayak gitu..ini adalah kebahagiaan buat aku"ucap Dara lalu pergi dari lapangan dengan berlari.
___
Disebuah rumah dengan keluarga yang besar.
Ada Nenek,Ayah Yuda,Ibu Maya,Bibi Santi,Paman Jaki,Kakak Ana,dan Kakak sepupu Seli.
Mereka sibuk dengan kegiatan masing masing.
Nenek yang sedang duduk dengan jarum dan kain di tangannya,dia sedang menjahit.
Ibu yang sedang memasak di dapur,masakannya selalu jadi yang paling enak,disana juga ada kakak,dia selalu membantu pekerjaan ibu setiap hari.
Ayah dan paman yang sedang duduk dengan teh dan koran.
Sementara itu bibi dan anaknya yaitu kakak sepupu perempuan.
Mereka asik berada di dalam kamar untuk memilih baju.
Mereka semua adalah keluarga besar Dara Anandia...
Maya dan Ana keluar dari dapur lalu menghidangkan makanan di meja makan.
Lalu Santi dan Seli keluar dari kamar dan duduk di meja makan.
Walaupun mereka perempuan,mereka tidak pernah mau membantu untuk memasak di dapur.
Lalu Yuda dan Jaki pun ikut bergabung,begitupun dengan Nenek,dia langsung duduk di kursinya.
"Makanannya pasti sangat enak...kau memang sangat hebat dalam memasak,Maya"ucap Nenek sambil menatap menantunya Maya yang berdiri di sampingnya.
Santi sebagai menantu kedua,dia mulai merasa iri dan risih melihat ibu mertuanya yang hanya selalu memuji Maya sebagai menantu pertama.
Semuanya tersenyum senang tetapi tidak dengan Santi dan Seli.
Lalu Ana menghidangkan makanan kepada para anggota keluarnya.
Setelah selesai dia berdiri bersama ibunya yaitu Maya.
Mereka berdua memang tidak akan makan sebelum seluruh anggota keluarga makan.
"Maya,kau memasak dengan sangat baik"ucap Yuda sebagai suami dari Maya, lalu Maya tersenyum dan mengangguk.
"Wahh,kakak ipar memang yang terbaik"sambung Jaki,adik dari Yuda.
Santi terlihat sangat kesal mendengar semua orang terus memuji Maya.
Lalu mereka semua memakan makanannya dengan lahap.
"Emmm..enak sekali,siapa yang membuat nasi goreng ini"ucap Nenek.
"Ana yang membuatnya,bu"balas Maya sambil menunjuk putri pertamanya yaitu Ana.
"Wah,cucuku ini memang hebat"ucap Nenek lalu Ana tersenyum.
Ana memang tidak banyak bicara,dia lebih senang diam,berbeda dengan Seli yang selalu bertingkah.
Usia mereka tidaklah jauh,hanya terpaut beberapa bulan saja.
Dara adalah penghuni paling muda di rumah tersebut,karna usianya masih 18 Tahun,sementara Ana dan Seli berusia 24 Tahun.
Mereka bertiga adalah cucu dari Nenek Rohana,Nenek yaitu Ibu dari Yuda dan Jaki.
"Terus aja puji Ana nya"ucap Seli menyindir.
"Seli"ucap Jaki menatap tajam kepada Seli.
Seli berdecak kesal.
"Ayah selalu aja belain Ana..anak ayah itu Ana atau aku sih"ucap Seli kesal lalu pergi memasuki kamarnya.
Seketika suasana jadi panas,Nenek menggelengkan kepalanya pusing dengan tingkah salah satu cucunya itu.
Jaki menghembuskan nafasnya kasar lalu beralih menatap istrinya yaitu Santi.
"Santi,tolong beritahu dia,apa yang benar dan apa yang salah"ucap Jaki.
"Kau selalu aja belain keponakanmu itu"balas Santi dengan kesal lalu ikut pergi meninggalkan meja makan.
Jaki sangat merasa tidak enak dengan tingkah istri dan juga anaknya.
Lalu Nenek mengelus punggung Jaki.
"Sudah tidak papa,kita lanjutkan makan saja"ucap Nenek lalu Jaki mengangguk.
Yuda yang sedari tadi memakan makanannya merasa ada yang kurang.
"Oh iya,dimana Dara"ucap Yuda.
"Aku disini!"ucap Dara dengan penuh semangat lalu menghampiri keluarganya.
Dara memeluk nenek kesayangannya lalu ibu dan juga kakaknya Ana.
"Kau dari mana saja,kenapa baru pulang.Dan lihat,pakaianmu kotor"ucap Maya sambil menatap pakaian putrinya yang kotor karna lumpur.
"Kau pasti berlari di sekitar sawah kan"tebak Jaki lalu Dara tersenyum.
"Benar sekali,paman memang yang terbaik"balas Dara lalu menghampiri Jaki dan memeluknya.
"Hey,pamanmu saja yang kau puji,ayahmu tidak"ucap Yuda yang merasa tidak adil.
Lalu Dara beralih memeluk ayahnya dengan penuh kasih sayang.
"Ayah,walau aku memuji orang lain selain ayah..ayah harus percaya kalau ayah yang terbaik"ucap Dara sampai membuat semuanya tersenyum.
Keluarga itu sangat bahagia...
"Dara,bagaimana dengan pendidikan kamu?"tanya Nenek.
"Aku sudah lulus sma dan sekarang rencananya aku ingin pergi ke kampus"jawab Dara sampai membuat semuaya langsung terdiam.
Terutama Yuda,dia bingung bagaimana memikirkan biaya masuk ke kampus.
"Ayah..ayah akan memasukkanku ke kampus kan?"tanya Dara dan Yuda hanya tersenyum saja.
Lalu tiba tiba Santi kembali datang dengan kata katanya yang pedas.
"Dara,kau itu jangan terlalu meminta hal yang tidak mungkin,mana bisa ayahmu itu memasukkanmu ke kampus,apa kau pikir biaya kuliah itu murah"ucap Santi lalu memutar bola matanya malas.
Dara langsung terdiam,apa yang dikatakan bibinya memang benar.
Kondisi ekonomi keluarganya tidak memungkinkan dirinya untuk bisa kuliah.
Lalu Dara pergi dari hadapan mereka menuju kamarnya tanpa mengucapkan apapun.
Semuanya merasa bingung,hanya Dara lah satu satunya harapan mereka.
Ana tidak melanjutkan sekolahnya karna dia memiliki trauma masa kecil,dimana dulu dia pernah di kejar seorang pria sampai pingsan,karna kejadian itu Ana tidak bisa melihat keramaian hingga akan membuatnya kejang kejang.
Sementara itu Seli tidak melanjutkan sekolah karna dikeluarkan oleh pihak sekolah.
Hanya Dara lah yang bisa sekolah bahkan sampai tingkat SMA.
"Biar aku yang bujuk Dara"ucap Maya dan hendak akan pergi namun langsung dicegah oleh Ana.
"Tidak ibu,biar aku saja"ucap Ana lalu maya mengangguk setuju.
Ana pun pergi menuju kamar Dara...
___
Setelah sampai di dalam kamar Dara.Ana melihat Dara yang sedang melamun di depan cermin.
Ana pun menghampiri Dara lalu memeluknya dari belakang.
Dara langsung menghapus air matanya dan tersenyum.
Ana melepaskan pelukannya.
"Kau kenapa?"tanya Ana.
"Tidak papa,kak"jawab Dara.
"Dengar,aku tau bagaimana keinginanmu untuk bisa masuk ke kampus..kami memang tidak bisa membiayai kuliahmu,karna kau tau kan bagaimana kondisi ekonomi kami"ucap Ana lalu Dara mengangguk.
"Tapi walaupun begitu,kau harus tetap berusaha dan berdoa agar kau bisa melanjutkan pendidikan dan mewujudkan impian ayah...hanya kaulah satu satunya harapan ayah"sambung Ana lalu memeluk Dara dengan erat.
Tanpa mereka sadar kalau yuda mendengar semua yang mereka katakan.
Yuda meneteskan air mata,merasa gagal menjadi seorang ayah.
"Aku ini ayah seperti apa..anakku hanya ingin sekolah tinggi,bagaimana mungkin aku tidak mewujudkannya."kata Yuda dalam hati.