Chereads / Berlayar ke Pulau Harta / Chapter 24 - Rebutan Posisi Kapten

Chapter 24 - Rebutan Posisi Kapten

√Pelabuhan Kandara, Distrik Kandara, Kerajaan Mangga

Wanita cantik dengan rambut digelung dengan topi kecil menempel di atasnya serta mengenakan gaun warna hitam itu sedang berjalan menuju tangga yang mengarah naik ke atas kapal itu.

Beberapa orang awak kapal berlarian menghadang langkah wanita tersebut seraya melihatinya dengan tatapan penasaran sekaligus mengintimidasi.

"Berhenti di situ, nona! Jangan lanjutkan langkah. Ini adalah kapal bajak laut Turras. Anda tidak bisa memasuki kapal ini tanpa seizin kapten!" ucap seorang awak kapal sambil menggenggam gagang pedangnya.

Wanita tersebut tersenyum. Tidak terlihat raut ragu-ragu apalagi ketakutan di wajahnya.

"Maaf jika lancang. Kapten kalian telah menjadi tahanan kerajaan Mangga. Ia berhasil dikalahkan seorang bounty hunter (pemburu hadiah) hingga terluka parah. Dengan begitu, kalian sudah tidak memiliki kapten." Wanita itu mengedarkan pandangannya ke seluruh awak kapal yang terlihat terkejut dengan kata-katanya.

"Anda jangan berbohong, nona! Kapten Turras tidak mungkin dikalahkan. Ia adalah petarung yang tangguh. Dia adalah ahli pedang terkuat di seluruh Lautan Zamer." Seorang awak tampaknya tidak percaya dengan apa yang dikatakan wanita itu.

"Iya, anda pasti berbohong! Kapten Turras pasti sedang dalam perjalanan menuju kemari. Kau akan dihukumnya karena berani menginjakkan kaki tanpa izin di kapalnya!" Awak kapal lainnya turut menimpali.

"Wanita ini benar, teman-teman." Seseorang muncul di belakang wanita itu. Seorang laki-laki berkepala plontos dengan badan diperban di bagian dada kanannya.

"Komandan Ranjit? Anda tidak kenapa-kenapa? Anda terluka?" Seorang awak kapal berturban menghampiri Ranjit sambil menatap laki-laki itu dengan khawatir.

Ranjit terkekeh, "Jangan mengkhawatirkanku. Anggap saja ini kenang-kenangan dari pendekar pedang terkuat di benua ini," ucapnya sambil menghampiri wanita itu.

"Nona Rose, senang sekali ada yang berkunjung kemari," tambahnya sambil meraba pinggul wanita itu.

"Apakah ini kebiasaanmu jika bertemu wanita, Ranjit?" Rose tersenyum sinis sambil melirik ke arah Ranjit.

"Aku tidak menyentuhmu dengan nafsu. Aku hanya ingin memastikan kamu tidak membawa alat pembunuh itu." Ranjit mengalihkan pandangan kepada anak-anak buahnya.

"Kapten Turras telah dikalahkan dan ditangkap Kerajaan Mangga. Sekarang kalian putuskan apa yang harus dilakukan. Turun dari kapal atau tetap di atas kapal dengan kapten baru," ujarnya sambil menatap semua orang.

"Lalu siapa yang akan menjadi kapten baru, komandan Ranjit? Kau sendiri atau di antara kami?" tanya seorang awak kapal.

Ranjit sejenak terdiam seperti memikirkan sesuatu.

"Aku mengajukan diri. Bagaimana? Kalian setuju?" Ranjit terperangah saat Rose menawarkan diri.

Semua orang lantas menatap sinis ke arah Rose. Mereka kaget bagaimana bisa seorang asing apalagi perempuan menawarkan diri menjadi kapten kapal bajak laut.

"Apa aku tidak salah dengar? Kau ingin menggantikan Kapten Turras? Jangankan kau, komandan Ranjit saja belum tentu kami setujui," ujar seorang awak kapal sambil menunjuk ke arah Rose.

Rose tertawa kemudian melepas ikatan gaun hitamnya, membuat semua orang yang semuanya adalah laki-laki terkejut hingga melongo.

"Kau mau apa, hah? Jangan telanjang di sini! Telanjanglah di kamar untuk bercinta denganku," kata awak kapal berturban.

Rose benar-benar menanggalkan gaun hitamnya, namun ia rupanya tidak telanjang. Di dalam gaun panjang itu, ia ternyata mengenakan pakaian lain yang lebih manly (seperti pakaian yang dipakai laki-laki) berupa kemeja langsing garis-garis lengan panjang, celana panjang berwarna krem serta sepatu boot.

Rose juga melipat gaun hitamnya sedemikian rupa hingga membentuk suatu topi lebar dengan selembar bulu merak. Ia kemudian memakai topi hasil konversi dari gaun hitamnya tersebut.

"Sekarang bagaimana? Aku sudah pantaskah menjadi kapten bajak laut?" Rose berdiri tegak sembari mengedarkan pandangannya.

Ranjit berdehem, "Padahal aku yang sejak lama mengincar posisi kapten. Mungkin aku harus mengesampingkan egoku dulu agar aku dapat melihat apakah kepemimpinan seorang perempuan itu bisa diandalkan," ucapnya seraya berlalu melewati Rose begitu saja.

"Hei, mau ke mana, kau?" Rose berseru seraya menyusul Ranjit.

"Kapal ini kekurangan orang kuat. Kita harus merekrut awak baru yang lebih kuat. Awalnya aku sangat berharap Sullivan bisa menjadi petarung terhebat di kapal ini. Sayangnya dia juga ditangkap berikut Daniel dan juga Turras sendiri," kata Ranjit seraya menengok ke dalam kabin.

"Kapten, silahkan katakan apa yang harus kita lakukan sekarang," tambahnya seraya membalikkan badan kemudian menatap Rose.

Rose tersenyum manis. Seraya menyentuh bibirnya, ia berbicara, "Kita mulai berlayar. Tapi jangan dulu keluar dari Samudera Marsmar. Kita terlebih dahulu mengunjungi Tanjung Koli di Kalangga. Di sana kita bisa menemukan para pendekar berbakat yang siap mengarungi lautan bersama kita."

Ranjit menggangguk kemudian berseru ke arah para anak buahnya, "Naikkan jangkar! Kita berlayar sekarang!"

√Istana Kerajaan Mangga

Ado dan kawan-kawan kini berada di istana yang baru kali ini mereka kunjungi, yaitu istana Kerajaan Mangga.

Kedatangan mereka ke istana Raja Gerald adalah atas undangan raja sendiri. Raja Gerald telah banyak mendengar mengenai sepak terjang Ado dan kawan-kawan dalam memerangi para bangsawan yang tergabung dalam kelompok One Ring.

Apalagi kelompok Ado juga berhasil mengalahkan kapten bajak laut yang telah memperkosa dan membunuh adik perempuan Raja Gerald.

Atas jasa-jasa mereka itulah, Raja Gerald mengundang mereka ke istana untuk memberikan penghargaan yang layak kepada Ado dan kawan-kawan.

"Kalian benar-benar para ksatria tiada tara. Saya tidak tahu harus mengucapkan apa sebagai rasa terimakasih saya kepada kalian yang telah berhasil membekuk kapten bajak laut durjana itu. Kehadiran kalian menandakan bahwa negeri ini belum kehilangan para pahlawan pelindung. Apa yang kalian lakukan sangatlah heroik dan patut dicontoh oleh semua orang. Saya sangat-sangat berterimakasih kepada kalian," ujar Raja Gerald di hadapan Ado dan kawan-kawan.

Raja Gerald pun menjamu Ado dan kawan-kawan untuk makan-makan serta menyaksikan sejumlah pertunjukkan hiburan.

Tidak lupa raja juga menyerahkan medali penghargaan kepada para pahlawan baru yang sangat berjasa tersebut.

√Dua hari kemudian di rumah panjang

"Jadi bagaimana?" tanya Ado kepada Farha yang sedang berdiri sambil melihat ke arah dermaga di danau di mana Marcell sedang duduk berdua dengan Listi.

"Aku belum menemukan titik terang keberadaan pembantai keluargaku. Will Yaswar seolah hanya legenda yang ada namanya tapi belum dapat dibuktikan bahwa dia benar-benar ada," kata Farha kemudian berjalan ke arah sebatang pohon di halaman rumah.

"Aku sudah menelusuri seluruh Desa Terigu. Tidak ada petunjuk yang benar mengenai keberadaan Will Yaswar. Mungkin kita sudah saatnya keluar dari desa ini. Uday bisa membawa kita ke Desa Wijen tanpa harus susah payah menelusuri sungai," ucap Ado.

Sementara Marcell dan Listi tidak terlihat sedang berbincang-bincang. Mereka terlihat canggung untuk mengobrol.

"Umm, Listi. Kamu tertarik untuk ikut bersama Ado ke mana pun itu?" ucap Marcell alakadarnya.

"Aku tidak tahu, cell. Aku ragu karena Ado selalu memutuskan untuk terjun ke dalam marabahaya. Sejauh ini kita telah melewati marabahaya. Namun, marabahaya berikutnya sedang mengintai kita," tutur Listi.

Marcell terdiam sejenak.

"Aku sih merasa harus tetap ikut dengannya. Apa yang dia rencanakan bagiku selalu menarik. Aku selalu ingin ikut dalam rencananya," katanya kemudian.

Ketika sedang berbincang itu, Ado datang menghampiri mereka berdua.

"Kalian harus siap-siap. Kita akan meninggalkan tempat ini. Kita akan ke Desa Wijen. Siapa tahu Yaswar benar-benar ada di sana," ujarnya kemudian berdehem. "Ehmm, pacarannya nanti saja, ya."