Setelah obrolan bersama papanya Giza dan papanya mulai membangun kembali hari-hari mereka yang sempat hilang. Giza sendiri pun mulai akrab juga dengan Natasya walau belum bisa sepenuhnya memanggil Natasya dengan sebutan mama. Namun baik Natasya dan papanya tidak mempermasalahkan asal Giza bisa bahagia.
" kamu bangun gak kepagian Giz" kata Natasya saat melihat anak tirinya itu sudah bangun dan membantunya di dapur.
" gak juga Giza emang bangun jam segini tapi gak langsung turun saja tan. Mau Giza bantuin"
" Boleh dengan senang hati." kata Natasya bahagia.
" Ohh iya sebenarnya tante mau tanya dari kemarin-kemarin tapi gak punya moment"
" mau tanya apa tan?"
" emmmm tapi jangan marah ya, ini masalah tempo hari waktu kita berkunjung kerumah jeng Hana. Setelah ketemu anaknya kenapa kamu gugup dan buru-buru pulang ada apa? maksudku apa dia bikin masalah sama kamu"
Pertanyaan Natasya membuat Giza terdiam. Karena kejadian kemarin itupun baik Giza dan Sehyun seperti jaga jarak. Hubungan mereka semakin canggung dari sebelumnya. Ketika bertemu Giza hanya mampu diam membisu dan begitu pula Sehyun. Ketika mereka bersama pun seperti bongkahan es saja.
" gak kok tan... kita emang gak deket juga. Jadi emang ya gitu"
" masak sih cowok seganteng Sehyun gak bisa buat kamu deket gitu maksud tante nih bikin kalian akrab gitu. sepertinya Sehyun tipikal cowok yang gampang bergaul dengan orang lain."
" gak juga tan... dikelas dia kebanyakan diem. bahkan kalau lagi sama dia kayak ngomong sama tembok es"
" masak sih... beberapa hari yang lalu tante lihat dia main basket sama anak komplek sini dan mereka terlihat cukup akrab"
" mungkin kalau sama sesama cowok mudah mengakrabkan diri tapi sama cewek gak"
" kamu gak sedang jatuh cinta kan Giz" kata Natasya tiba-tiba membuat air dalam mulut Giza menyembur keluar karena saat itu Giza sedang dalam posisi sedang minum. Rona wajahnya pun tak bisa dia tutupi lagi.
" apaan sih tan, Giza gak pengen jatuh cinta" kata Giza kikuk dan berlalu pergi meninggalkan Natasya yang senyum-senyum penuh arti.
" Giza...Giza aku juga pernah muda. Bibir mungkin bilang tidak tapi hati rona merah diwajahmu mengatakan sebaliknya. Hummm kisah anak remaja. Jadi kangen masa sekolah " guman Natasya sambil mengaduk nasi goreng untuk sarapan keluarganya.
Giza pun telah berpakaian rapi dan bersiap menuju kesekolah. Setelah mempersiapkan dirinya dia pun bergegas menuju ke meja makan. Disana sudah menunggu papa dan Natasya. Giza nampak malu melihat Natasya. Mungkin karena pembicaraan mereka tadi pagi. Giza pun duduk dan menyelesaikan sarapannya. " Giz berangkat bareng papa ya" ajak Beni.
" apa gak kejauhan pa, kantor papa gak searah sama sekolah Giza"
" gak kok papa ada meeting didaerah deket sekolah kamu"
" kalau gitu aku boleh nebeng gak" kata Natasya kemudian.
" mau kemana" selidik Beni.
" itu ada reuni sekolah dulu"
" dimana"
" di sekolahnya Giza"
" ohhh lupa kamu juga alumni BAS juga ya" kata Beni.
" tante sekolah disitu juga" tanya Giza penasaran.
" iya dulu tante alumnus situ juga. cuma sayangnya waktu itu ada problem sih jadi gak nerusin ke universitas dan pilih kerja ehh setelah kerja ketemu papa kamu jadi udah deh sekarang jadi ibu rumah tangga saja ngurus kamu sama papa" kata natasya sambil menggoda suaminya yang sedang lahap makan nasi goreng. Beni hanya tersenyum tipis mendengar godaan dari sang istri. Melihat interaksi kedua orang yuanya Giza tersenyum tipis. " mereka seperti sepasang anak rwmaja yang sedang jatuh cinta" pikir Giza. Giza menyadari banyak hal yang tidak dia ketahui tentang ibu tirinya itu. Padahal kalau dipikir lagi Natasya sangat mengenal Giza. Apa yang Giza sukai dan tidak disukai. Seperti apa Giza , apa yang dirasakan Giza bahkan tanpa Giza mengungkapkan dirinya Natasya peka dengan Perubahan diri dari anak tirinya tersebut.
Sepanjang jalan Giza mengamati interaksi dari papanya dan sang ibu tiri di kursi belakang. Walau tak banyak skinsip ( sentuhan) yang terjalin antara mereka tapi Giza menyadari adanya cinta diantara mereka. Giza hanya mampu menjadi penonton keuwuan hubungan romansa antara kedua orang tuanya itu.
" mungkinkah ini yang disebut cinta" pikir Giza. Bahkan dirinya sendiri tak tahu apa itu cinta.
" kamu mau dijemput juga sayang" kata Beni ke Natasya sang istri saat mobil Beni berhenti di tempat tujuan Natasya dan Giza.
" gak usah nanti naik taksi saja"
Setelahnya Beni pun mencium kening sang istri dan kedua pipi anaknya Giza sebelum akhirnya melajukan mobilnya ketempat tujuannya.
" tempatnya dimna tan" tanya Giza.
" diauditorium musik"
" ohh itu searah dengan kelasku mau jalan bareng"
Sejenak Natasya cukup terkejut Giza mengajaknya untuk jalan bersama. Natasyapun mengiyakan sambil tersenyum. Perasaannya pun sedikit berkembang dan bahagia. Giza mulai menyambut kedatangannya kali ini dengan memulai dengan jalan bersama. Walau mereka pada akhirnya mereka hanya terdiam. Baik Natasya maupun Giza tak tahu apa yang harus dibicarakan sampai Eza datang menyapa mereka. " giz pagi" sapa eza dengan gaya manjanya. " ehhh ada tante Natasya , pagi tante." sapa eza lagi setelah mengetahui Natasya bersama dengan Giza.
" kok berangkat bareng ke sekolah ada acara apa?" tanya Eza mulai kepo.
" cerewet lu..." canda Giza.
Natasya cuma bisa tersenyum dengan interaksi dua sahabat itu.
" gak kok tante ada urusan disini. Kamu sekelas sama Giza" jawab Natasya.
" bukan sekelas lagi tan... dia ini udah jadi my shoulmate forever. Kemana-mana bareng tan cuma bedanya dia jomblo saya berstatus hak milik orang." canda Eza disertai dengan tertawa mengejek.Kata-kata Eza pun membuahkan hasil getokan dikepalanya.
" kita temen kecil juga." Giza pun menjawab dengan kebenaran.
" ohhh tapi tante jarang lihat kamu main kerumah"
" sering tante dulu tapi sekarang udah jarang. Giza sih goa mulu. Tapi pas nikahan tante sama om Beni Eza dateng kok"
" ohhh iya. Maaf ya tante gak tahu. "
Disela obrolan mereka yang seru tiba-tiba Sehyun datang dan menyapa natasya.
" annyeong" sapa Sehyun
" ohhh Sehyun pagi..." sapa Natasya.
Ada rona Merah dipipi Giza lagi saat cowok bernama Sehyun itu memperlihatkan senyum manisnya.
" Bentar deh tan... kok nyapa Sehyun. Tante Kenal" kata penasaran Eza.
" kenal dong kan Sehyun tetangga baru rumahnya depan rumah." jawab Natasya.
" tetanggaan tan... kok bisa sejak kapan" kata Eza sambil melirik Giza meminta klarifikasi dari apa yang dia dengar.
" mungkin ada 2 mingguAn deh kayaknya kalao gak salah. iya kan Sehyun" kata Natasya dan melempar peetanyaan balik ke Sehyun.
" aku sudah sebulan disini" jawab sehyun dengan bahasa indonesianya yang masih berlogat korea.
"gimana bisa kok gue gak tahu kalau Sehyun tetanggaan sama lo Giz " Wajah Eza terlihat meminta penjelasan. Mukanya semakin menakutkan jika seorang Eza udah penasaran. Jiwa keponya pun pasti tak bisa dikendalikan.
" tan ... maaf Giza pergi ke kelas ada tugas yang belum selesai " kata Giza malarikan diri.
" ehhh tungguin lo harus jelasin semuanya."
" eza juga duluan ya tan" pamit eza kepada Natasya.
Tinggalah Natasya dan Sehyun dalam situasi yang canggung. Akhirnya Sehyun pun juga menyusul Eza dan Giza menuju kelasnya.
Sedangkan Natasya masih harus melanjutkan perjalanannya ke audotorium sendirian.
Di sepanjang jalan menuju kelas Giza diberondongi dengan pertanyaan oleh Eza.
" lu tuh ya gk setia kawan banget. kenapa gak bilang kalau satu komplek sama Sehyun tetanggaan pula "
" gue juga baru tahu za..."
" trus kenapa gak bilang"
" gak bilang gimana? orang kamu gak tanya masak iya aku harus mulai duluan ngasih tahu kamu aku dan Sehyun tetanggaan. Itu bukan gaya seorang Giza"
" lu gak menyembunyikan sesuatu kan dari gue"
" sembunyiin apa lagi"
" lu gak sedang falling in love sama Sehyun kan" selidik Eza.
Mendengar itu rona merah nampak di wajah Giza.
" apaan sih gue gak mikir cinta-cintaan mulu. Gue mau jadi komponis dulu baru pacaran" kata Giza bersemangat.
Tiba-tiba dari arah belakang Sehyun berjalan diantara Giza dan Eza. Bahkan Sehyun pun sengaja menabrakkan tubuhnya di pundak kedua gadis itu.
" lha dari tadi dia dibelakang kita trus kwnapa tuh orang " kata Eza bingung.
Giza melihat jelas raut wajah kecewa di wajah Sehyun saat itu. " Mungkin kah dia mendengar semuanya " pikir Giza.
Setelah mengetahui bahwa dia dan Sehyun tetanggaan hubungan mereka cukup baik walau tak bantak bicara tapi mereka sering berada ditempat yang sama. Walau gak bisa dikataan dekat tapi mereka tanpa sengaja sering bertemu di lapangan, di supermaket deket komplek mereka, di halte saat berangkat sekolah walau tak banyak bicara tapi ada sesuatu yang tak biasa yang terjadi. Sehyun pulalah yang diam-diam memesankan twmpat duduk setiap pagi agar Giza bisa duduk di bis dan dia gak harus berdiri bergelantungan seperti saat itu. Sehyun sendiri juga gak tahu kenapa dia bisa melakukan seperti itu. Sehyun sendiri pun bingung antara gak mau hal buruk terjadi kepada Giza atau kasihan. Ada sesuatu juga yang tak biasa yang terjadi di dalalm diri Sehyun. Tapi Seehyun sendiri gak tahu bagaimana harus memulainya. Kesan cuek dan dingin sudah tertanam dalam diri Sehyun. Sehyun sendiri pun ingin memulai tahap awal mengenal Giza. Bukannya menjadi tahap perkenalan yang dilakukan meteka berdua hanya diam seribu bahasa tanpa kata jika berdua. Dan sepanjang hari itu baik Giza maupun Sehyun tak ada kata pun yang terucap. Giza tak tahu harus mengatakan apa sedangkan Sehyun dia tak paham seperti apaorang Indonesia memulai sebuah hubungan. Hari itu pun berakhir dengan saling diam namun ada gati yang saling bicara.