Chereads / Giza Cinta Dalam Perbedaan / Chapter 6 - Hujan

Chapter 6 - Hujan

Musim telah berganti. Hukan mulai turun membasahi bumi. Tumbuhan yang kering kembali menghijau. Seperti halnya Giza. Giza pun mulai membuka dirinya. Hatinya yang beku mulai mencair. Jiwa nya yang kering mulai terbasahi dengan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Walau Giza masih tetap sama belum memanggil Natasya dengan sebutan mama bukan bearti dia menolak kehadiran wanita tersebut. Walau tak memanggil mama hubungan Giza dan Natasya semakin dekat. Natasya pun tak mau terburu-buru juga. Natasya yaki suatu saat Giza mau memanggilnya dengan sebutan mama.

" giz...kamu gak bawa payung sepertinya pagi ini akan hujan" kata Natasya saat melihat awan mendung menyelimuti pagi itu.

" gak lah tan...palingan juga php kayak kemarin. Udah bawa payung ternyata gak hujan. Giza berangkat dulu tan ... " kata Giza sambil melambaikan tangannya untuk Natasya. Begitulah pagi Giza dan Natasya sekarang tak ada lagi rasa canggung, tak ada lagi tembok yang membuat skat antara mereka. Baik Giza dan Natasya mencoba untuk memasuki kehidupan masing-masing.

Baru saja Giza berjalan keluar dari gang rumahnya menuju halte bis di depan tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat. Giza yang kaget karena hujan turun dengan cepat sebelum dia berhasil menyelamatkan dirinya dari guyuran hujan. Giza dengan terpaksa lari sambil mengangkat kedua tangannya sebagai payung untuk menjaga dirinya tidak terguyur air hujan tapi percuma tangan mungilnya tidak cukup untuk membuatnya tetap kering.

Giza pun harus rela jika sampai sekolah dia harus basah kuyup ini akibat dari dirinya yang tak mau menuruti perkataan Natasya.

Tiba-tiba sebuah payung melindunginya dari guyuran hujan secara tiba-tiba. Giza pun terdiam sejenak dan melihat payung siapa itu. Dan ternyata orang tersebut adalah Sehyun.

" kamu" kata Giza terkejut saat melihat sehyun memayunginya. Sehyun hanya terdiam dan tetap berjalan.

" kamu gak mau ikut" tanya Sehyun saat melihat Giza masih berada dibekangnya dan hanya terdiam. Mendengar itu Giza pun berlari menyusul Sehyun dan berjalan bersama.

" aku berhenti di halte saja" kata bodoh Giza. Giza pun menyadari kesalahan ucapannya. Tentu saja mereka bakal berhenti di halte. karena Sehyun pun pasti akan naik bis untuk kesekolah. Giza hanya merutuki kata-katanya sendiri dalam hati.

" kita pasti sudah telat sampai kesekolah" jawab Sehyun.

" kok bisa ini masih pukul setengah 7. Bis belum berangkat masih ada waktu sampai kesekolah" kata Giza sambil melihat jam tangan di tangannya.

" kamu gak lihat jadwalnya. Bis yang biasa kita naiki rerhebak banjir dan mungkin bakal terlambat datang"

" darimana kamu tahu"

" dari ini" kata Sehyun sambil melihatkan jadwal bis untuk hari ini dan dia pun memperlihatkan ramalan cuaca untuk hari ini. Giza cukup terkejut Sehyun memiliki jadwal rute bis dan melihat ramalan cuaca.

" apakah di korea kamu sering melihat ramalan cuaca dan rute bis"

" tentu saja ini sangat membantu"

" tapi di sini ramalan cuaca terkadan tidak sama dengan kentataannya. Saat ramalan mengatakan akan hujan tapi ternyata tidak hujan malah bisa hadi besoknya baru hujan begitulah"

" tapi hari ini terbukti huhan"

" yah mungkin hari ini ramalannya tepat" kata Giza.

" kamu mau nunggu bis dihalte atau bareng jalan sama aku" tanya Sehyun ketika mereka tiba di halte bis tempat boasa Giza menunggu. Hujan saat itu masih deras dan Giza ingat kata-kata Sehyun kalau bis yang biasa mreka naiki terjebak banjir akhirnya Giza pun melanjutkan perjalanan mereka bersama di bawah payung yang sama. Giza merasa canggung berjalan berdampingan dengan Sehyun apalagi payung yang melindungi tubuh merrka terlalu lecil untuk dua orang. Alhasil mereka garus berdekatan jika tidak mau basah karena hujan. Setiap pundak mereka saling bersentungan Giza merasakan seperti sliran listrik yang menyengat tubuh Giza. Jantung Giza pun tak bisa disjak kimpromi. Degubannya cukup keras dirasakan Giza. Giza hanya berharap Sehyun tak mendengar degupan jantungnya itu. Bukan hanya Giza , Sehyun pun merasakan yang sama. Bahkan seluruh tubuhnya terasa panas padahal hujan membasahi seluruh pundaknya. Agar Giza terlindungi dia pun merelakan lengan sebelah kanannya basah karena hujan.

Sepanjang jalan mereka hanya bisa terdiam dengan seribu kata yang tak mampu keluar dari mulut mereka. Bahkan mereka tidak sadar bahwa hujan telah reda cukup lama. Sampai sebuah suara membuat mereka sadar jika hujan telah lama berhenti. " duh yang asik berpayungan bersama serasa dunia milik berdua. Hujan telah berhenti sampai kapan kalian berada dibawah payung itu" kata suara itu yang berasal dari Eza.

Giza dam Sehyun salah tingkah saat tahu mereka sudah berada diarea sekolah dan hujan telah berhenti. Sehyun pun menutup payung itu. Sehyun merasa bajunya basah dan sekarang sudah kering bahkan matahari mulai bersinar walau madoh remu-remu.

Giza pun berjalan masuk duluan dan meninggalkan Sehyun dan Eza. Giza lebih menghindari kekepoan Eza sebelum dia mulai bertanya kenapa sampai Sehyun dan Giza bisa berangkat bersama. Dan Si Sehyun pun menyadari kenapa Giza lebih memilih menghondari kekepoan Eza saat itu. Karena hal yang terjadi setelah Giza meninggalkan mereka berdua adalah Eza berubah menjadi srorang penyidik sebuah kasus dan Sehyun adalah terdakwanya. Mata Eza yang melihat Sehyun dari atas kebawah dan kepenjuru dirinya. " apaan sih kamu tuh kalau mau introgasi ke kantor polisi sana" kata Sehyun yang udah mahir berbahasa Indonesia.

Setelah itu Eza menyusul Giza menuju kelas

Sedangkan Sehyun merasa lega setelah Eza pergi. Belum lagi Eza pergi tiba-tiba ada suara yang memanggilnya.

" mas boyband " terdengar suara yang berasal dari pak Abdul.

" bapak manggil saya" kata Sehyun saat tahu suara itu berasal dari suara pak Abdul satpam sekolah.

" mas boyband sini" kata pal abdul sambil menyuruh Sehyun untuk lebih dekat dengannya.

Sehyun yang tanpa curiga pun mendekati pak abdul yang sedangbduduk didepan pos satpam.

" ada apa pak?" tanya Sehyun kemudian.

" fighting mas abdul. Pepet terus jangan kendor" kata pak Abdul dengan senyum lebarnya. Sehyun masih kurang psham dengan bahasa gaul orang Indonesia. Walau tak mengerti dengan perkataan pak abdul Sehyun hanya menganggukkan kepalanya saja dan pergi berlalu. Dalam otaknya muncul berbagai teori tentang kata-kata yang dimaksud pak abdul.

" ahhh mwolla " kata Sehyun pasrah. Kepalanya sangat berdenyut memikirkan arti kata-kata pak abdul tadi.

Setelah sampai dan duduk di kelas baik Giza dan Sehyun masih terdiam membisu. Tapi ada sesuatu yang berubah. Hati mereka perlahan saling menyapa walau dalam diam.

Sepanjang jam pelajaran Giza tak mampu mengatakan sepatah katapun. Tapi mata Giza tak bisa berbohong arah pandangannya selalu tertuju untuk orang yang berada disampingnya siapa lagi kalau bukan Sehyun.

Sentuhan kecil jari Sehyun ke jari Giza mampu membangkitkan aliran listrik disekujur tubuh Giza. Sehyun menyadari kalau dirinya telah jatuh cinta saat itu. Tapi pemuda korea tersebut tidak tahu bagaimana cara untuk memulainya. Walau Sehyun sendiri termasuk flower boy sekolahnya tapi untuk urusan cinta ini untuk pertama masih di Korea juga. Sehyun bukan cowok yang gampang jatuh cinta. Karena itu Giza menjadi cinta pertamanya. Dan itu juga berlaku untuk Giza. Hujan hari ini seperti jalan untuk keduanya untuk semakin dekat. Tinggal menunggu bagaimana hati mereka menjakaninya.